Renault telah memulai revolusi penggunaan mesin turbo pada tahun 1977 dan membuktikan bahwa teknologi tersebut bekerja dengan memenangi GP Prancis yang dramatis di tahun 1979.Â
Namun di permulaan musim 1981, mereka hanya memenangi tiga balapan. Ferrari mengikuti tren penggunaan mesin turbo yang segera diikuti juga oleh BMW. Â
Renault RE20 cukup cepat untuk memenangkan balapan 1980 namun kurang tangguh sehingga sang desainer Michel Ttu menciptakan mobil baru yang dirancang dari bahan aluminium honeycomb dan semakin ringan dengan adanya elemen dari serat karbon.Â
Pembalap rekrutan baru Alain Prost dan versi yang lebih bertenaga dari mesin V6 twin-turbo diperkenalkan.Â
Namun pengembangan mobil baru yang dilakukan oleh Renault harus dihentikan sementara oleh kebingungan atas kebijakan FIA untuk melarang penggunaan aerodinamika ground effect.Â
Untuk memerangi peningkatan kecepatan saat menikung, FIA melarang skirt samping yang bisa digeser yang mana banyak tim yang menggunakaanya untuk menyegel dan melancarkan aliran udara di bawah bodi mobil.Â
Ketika Renault RE30 memulai debutnya di Monako, mobil baru Renault itu tidak langsung mengantarkan kemenangan bagi tim karena faktor kurang beruntung seperti yang dialami Prost yang memiliki masalah girboks selama sesi kualifikasi di Monako dan kemudian menderita kerusakan karena bertubrukan dengan mobil milik Andre de Cesaris di garis start.Â
Sementara itu rekan satu tim Prost, Ren Arnoux mengalami kecelakaan di sesi kualifikasi dan sesi pemanasan dan kembali menggunakan Renault RE20B.Â
Setelah RE30 masuk, mobil itu terbukti sangatlah kompetitif dan di tangan Prost mobil itu lebih kompetitif ketimbang Arnoux.Â
Di depan kerumunan suporter di kampung halamannya di sirkuit Dijon-Prenois Arnoux meraih pole namun pada saat balapan Prost meraih keuntungan terbaik dari kondisi yang berubah menjadi kemenangan.Â
Jika kemenangan di Prancis merupakan sebuah keberuntungan, kemenangan Prost selanjutnya di Zandvoort dan Monza memang benar benar layak diperoleh dan Arnoux meraih posisi kedua di Austria.
Renault berhasil meraih peringkat ketiga klasemen konstruktor di musim itu. Michel Ttu dam ahli aerodinamika Jean-Claude Migeot merevisi mobil itu di musim dingin dengan tujuan membuatnya lebih reliabel dan aero efisien.Â
Setelah skirt geser sudah legal kembali dengan skirt versi tetap, tim membuat suspensi mobil itu sangat kaku yang menyebabkan RE30B hampir tidak bisa dikendarai.Â
Renault RE30B hanya membutuhkan sayap depan dasar. Perubahan terbesar pada mobil ini adalah di bagian ruang mesin berkat sistem injeksi bahan bakar baru yang canggih yang menghasilkan tambahan tenaga 50 tk, meraih output mendekati 600 tk namun dengan perubahan ini masalah baru muncul.Â
RE30B yang merupakan senjata pilihan tim saat kualifikasi, meraih pole position di 10 dari 16 balapan.Â
Akan tetapi kedua pembalap melengkapi tahun tersebut dengan masing-masing hanya meraih dua kali kemenangan saja.Â
Itu semua karena sebagian besar akibat masalah pada mesin.Â
Perubahan peraturan yang baru menyebabkan keluarga dari Renault RE30 menjadi ketinggalan zaman namun penerusnya tidak lebih baik dan tim Renault keluar dari F1 di akhir tahun 1985.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H