Tahun 1954, diperkenalkannya mesin 2,5 liter bertepatan dengan kembalinya Mercedes-Benz ke ajang balap Grand Prix.Â
Mereka tertarik untuk kembali ke balapan Grand Pix karena tahun tersebu merupakan tahun pertama regulasi penggunaan mesin 2,5 liter yang membuat tiap tim harus memulai dari nol untuk membangun mobil mereka yang membuat tim yang sudah terjun duluan mendapat lebih sedikit keuntungan dibandingkan tim pendatang baru. Â
Karena tim Mercedes berfokus dengan pengembangan mobil, Mercedes-Benz W196 memulai debutnya yang telat di GP Prancis di Reims dengan bodi streamlinenya yang dikendarai oleh Juan Manuel Fangio, Karl Kling dan Hans Hermann.
Fangio berhasil memenangkan balapan pertamanya dengan W196. Selama 18 bulan berikutnya, dua tipe dari W196 yaitu open wheel (terbuka) dan streamline telah mendominasi balapan Grand Prix.Â
Mercedes melanjutkan kebijakan untuk mengerahkan sumber daya yang cukup besar untuk balapan. Mereka memisah divisi desain dan riset demi membangun dan mengembangkan mobil balap mereka.
Lebih dari 200 desainer, insinyur dan teknisi ditempatkan di pabrik milik Mercedes dan mereka menggelontorkan anggaran yang tak terbatas yang mana sulit untuk ditiru lawan-lawannya.Â
Mercedes-Benz W196 bukan hanya tercepat namun juga memiliki teknologi yang sangat canggih.Â
Menggunakan sasis space-frame yang berkontribusi untuk menjaga bobot mobil agar tetap ringan. Suspensi menggunakan dual wishbone dengan pegas batang torsi di depan dan suspensi swing axle dengan pegas batang torsi di belakang.Â
Rem tromol yang besar dipasang di sasis untuk meningkatkan pengendalian. Bermesin 8 silinder segaris berkapasitas 2.490 cc yang memiliki dua blok dari empat silinder dengan kepala integral.Â
Keluarannya awalnya 257 tk pada putaran 8.200 rpm namun meningkat menjadi 290 tk pada putaran 8500 rpm.Â
Tahun 1955, Stirling Moss bergabung dengan tim Mercedes. Di awal musim Juan Manuel Fangio berhasil memenangkan balapan di kampung halamannya di GP Argentina.Â