Mohon tunggu...
Wildania Putri Agustina
Wildania Putri Agustina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Biologi Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menjaga Harmoni Alam: Eksplorasi Agroforestri Kopi di Sekitar Telaga Rambut Monte

8 November 2024   11:00 Diperbarui: 8 November 2024   13:12 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan praktikum lapang merupakan wadah terbaik untuk belajar sekaligus berinteraksi dengan alam. Delapan mahasiswa dari program studi Biologi Universitas Brawijaya didampingi oleh dosen pengampuh mata kuliah Survei Manajemen Data dan Sumber Daya Hayati melakukan perjalanan ke Wisata Telaga Rambut Monte. 

Tempat tersebut terletak di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, kurang lebih 30 km dari Kota Blitar. Tempat ini tidak hanya menyuguhkan pemandangan alam yang indah, tetapi juga kaya akan nilai budaya dan sejarah.

Telaga Rambut Monte dipercayai masyarakat sekitar memiliki aura mistis dan dijaga oleh ikan-ikan yang dianggap sakral yaitu Ikan Sengkaring atau biasa disebut dengan Ikan Dewa. 

Walaupun demikian, pesona Telaga Rambut Monte tidak hanya terletak pada mitologinya saja, melainkan juga pada keindahan alam dan ketenangan yang ditawarkan. Air telaga yang jernih kebiruan menunjukkan bahwa kebersihan dan keaslian telaga masih sangat terjaga.  Telaga ini juga dikelilingi pepohonan hijau di sekitarnya, memberikan kesan tenang dan damai bagi penikmatnya.

Gambar 2. Foto bersama di Telaga Rambut Monte (Sumber: Pribadi)
Gambar 2. Foto bersama di Telaga Rambut Monte (Sumber: Pribadi)
Telaga Rambut Monte dikelilingi oleh kawasan agroforestri yang didominasi oleh tanaman kopi. Kopi yang ditanam di sini merupakan bagian dari sistem agroforestri. Tanaman kopi tumbuh berdampingan dengan pohon lain seperti mahoni dan sengon yang berfungsi sebagai pelindung alami dari adanya erosi. 

Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting di Indonesia. Tanaman ini termasuk dalam famili Rubiaceae dan memiliki ciri khas morfologi yang unik. Tanaman kopi mulai dapat menghasilkan buah kopi setelah berumur 4-5 tahun. Tanaman kopi yang dijumpai di kawasan ini terdiri dari dua spesies yaitu kopi arabika (Coffea arabica) dan kopi robusta (Coffea canephora), yang memang cocok tumbuh di daerah dengan iklim sejuk dan ketinggian seperti Blitar.

Gambar 3. Tanaman kopi yang terdapat di agroforestri (Sumber: Pribadi)
Gambar 3. Tanaman kopi yang terdapat di agroforestri (Sumber: Pribadi)

Kopi arabika memiliki daun lonjong dengan panjang 8-15 cm dan lebar 4-7 cm. Bunga majemuk berbentuk payung dengan kelopak lonjong. Buahnya berbentuk bulat telur dengan diameter 0,5-1 cm dianggap sebagai kopi dengan cita rasa yang paling baik dan tingkat keasaman yang lebih tinggi, sehingga banyak diminati oleh para pencinta kopi. 

Kopi robusta memiliki daun bulat telur dengan panjang 5-15 cm dan lebar 4-6,5 cm. Bunga majemuk dengan mahkota bunga berbentuk bintang. Buahnya berdiameter 5 mm dan berwarna merah saat matang. Karakteristik rasa kopi robusta lebih kuat yakni lebih pahit, sedikit rasa asam, serta kandungan kafein yang lebih tinggi dibandingkan dengan kopi arabika. Kopi robusta dikenal sebagai kopi yang tahan terhadap penyakit dan lingkungan yang tidak menentu. Selain itu kopi robusta juga memiliki sifat yang lebih unggul dan cepat berkembang, sehingga banyak dibudidayakan di Indonesia.

Gambar 4. (A) kopi arabika, (B) kopi robusta (Sumber : https://www.researchgate.net/publication/330602017_Introduction_to_Coffee_Plant_and_Genetics)
Gambar 4. (A) kopi arabika, (B) kopi robusta (Sumber : https://www.researchgate.net/publication/330602017_Introduction_to_Coffee_Plant_and_Genetics)

Praktikum di Telaga Rambut Monte bukan hanya sekadar pembelajaran akademis, tetapi juga apresiasi terhadap potensi alam lokal. Agroforestri kopi di kawasan ini menunjukkan bahwa pertanian ramah lingkungan dapat selaras dengan pelestarian alam. Keindahan alam dan pertanian berkelanjutan terbukti bisa hidup berdampingan di sini. 

Muncul pertanyaan yang layak direnungkan lebih jauh, dapatkah pengembangan wisata di area ini dilakukan tanpa mengorbankan ekosistem? Dan bagaimana peran masyarakat lokal dalam menjaga kelestarian agroforestri di kawasan ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun