Masyarakat Pesawaran seharusnya tidak lagi mau dininabobokkan dengan janji-janji, maupun didoktrin oleh sudut-sudut pandang sempit para calon pemimpin Pesawaran. Bahkan, masyarakat harus menolak Money politik (politik uang) yang terbukti sudah merusak sendi-sendi demokrasi dan kehidupan masyarakat Pesawaran.
Generasi pemuda-pemudi Pesawaran Rindu dengan perubahan, sudah saatnya menunjukkan eksistensi dan berkiprah.
Dengan melihat keberanian anakmuda di kabupaten Pesawaran, yang melakukan terobosan untuk menembus kebuntuan dalam menentukan pemimpin, Benedict Anderson dalam bukunya "The Pemoeda Revolution: Indonesian Politics 1944-1946" Revolusi Tumbuh anak-anak muda yang dibesarkan oleh nilai utopia, hidup sederhana dengan keyakinan religius yang menawan.
Biasanya ini anak-anak muda yang besar di Pesantren, dimana nilai-nilai rohani ditanam dengan bimbingan seorang kyai.Â
Tapi mithos anak muda dalam legenda Jawa memang berunsur pemberontak: mula-mula bandit kemudian mulai melakukan aneka kejahatan hingga semua itu diperbuatnya sebagai bukti kesakten. Simbol anak muda itu ada pada diri Ken Arok, pendiri dinasti Singosari. Setidaknya ini beda dengan anak muda hari ini yang mapan, normal dan suka uang.
Jika membaca dan mendalami sejarah, banyak sekali peran pemuda untuk kemajuan Negri ini. Semua masa pergerakan nasional diperankan oleh kaum pemuda terpelajar yang tetap berpegang teguh pada tradisi bangsanya, bahkan meskipun ada yang berpendidikan Barat mereka tidak justeru ke-Barat-baratan, seperti Wahidin Soedirohusodo, Soetomo, HOS Cokroaminoto, Cipto Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantara, Semaun, Soekarno, Hatta, Moh Yamin, Soegondo Djojopoespito, Amir Syarifuddin Harahap, Kartosoewirjo, A.K Gani, Soenario, dan masih banyak lagi.
Peranan pemuda  menjadi relevan yang diperbincangkan saat ini di tengah situasi Politik daerah yang sering tersekap defisit moralitas, absennya prinsip-prinsip yang dikukuhi, dan selebihnya kerumunan politisi yang dengan kepala kosong dan hanya mengandalkan kepalan tangan, retorika murahan, dan nafsu memburu kekuasaan yang kelewat batas, tanpa solusi yang ada melahirkan kegaduhan.Â
Saya menyadari sepenuhnya pemuda bukanlah penyelenggara pemerintahan, namun pemuda adalah sebuah entitas sakral yang harus kepadanya bangsa-negara dititipkan, tidak berlebihan jika Pemuda dikatakan pewaris peradaban bangsa. Tidak terbantahkan bahwa rekam jejak yang pernah ditorehkan telah menjadi memory bangsa ini, memory itu kemudian mewujud dalam sebuah imaji-imaji akan perannya yang selalu dirindukan oleh bangsa.Â
Pemuda dan Mahasiswa  adalah aktor intelektual, yang sadar dan ingin mengabdi kepada masyarakat dengan gagasan yang cemerlang memiliki ideologi yang jelas yang dipilihnya secara sadar dan membimbingnya untuk memimpin gerakan progresif dan menyadarkan umat terhadap kenyataan hidup. Realistasnya memimpin masyarakat bukan hanya dengan janji-janji, tetapi memimpin adalah bagaimana masyarakat menuju perubahan, mendorong perwujudan pembenahan semua strukturtural, memiliki rasa Amanah terhadap masyarakat.
Bukan sekelompok pemuda yang mata duitan, mau bekerja jikalau ada uangnya, bukan pula pemuda yang pasif acuh tak acuh dengan keadaan kabupaten Pesawaran saat ini, bukan pula pemuda yang tuna konsep, dan hanya bias menadahkan tangan pada penguasa, juga yang sering berteriak mengutuk segala bentuk penyelewangan tetapi secara langsung maupun tak langsung mereka melakukannya. Kita juga tidak butuh pemuda yang meletakkan kepentingan subyektif diatas kepentingan bersama.Â
Sudah saatnya Buruh tani mahasiswa dan rakyat  Pesawaran melakukan konsolidasi untuk memantapkan ikhtiar memerjuangkan keadilan dan etik-moral sosial masyarakat, mengawal dan bersuara lantang terhadap Tirani pemerintahan yang semakin hari semakin tidak sesuai dengan harapan masyarakat.Â