Mohon tunggu...
Wildan Hamdi
Wildan Hamdi Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik

Aktif mengajar di PTKIN Mataram, juga terlibat dalam pelatihan untuk pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Mengajar dan Mendidik

7 September 2024   11:35 Diperbarui: 7 September 2024   11:38 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua pasti sering bahkan selalu mendengar hal yang selalu sama untuk menyebut tugas guru, yaitu mengajar. Berangkat dari rumah, lalu izin kepada orang tua yang diucapkan; 

"Bapak-Ibu, saya mau berangkat mengajar dulu"...., 

atau dalam perjalanan bertemu dengan teman-teman, sahabat, sambil menyapa, 

"mau ngajar ya?", 

"ngajar jam berapa hari ini?"

Atau juga anda, kita semua datang ke sebuah sekolah, madrasah dengan maksud menemui seorang teman yang mengajar di sekolah tersebut. Sampai di sekolah tersebut, kita disuruh menunggu dulu karena teman tersebut sedang berada di dalam kelas. Salah seorang guru menyampaikan kepada kita dengan kalimat: "Silahkan Bapak tunggu  sebentar beliau sedang mengajar di kelas"....

Setiap kalimat yang diucapkan oleh seseorang di atas, selalu menyebut kata mengajar, tidak satupun menyebut kata "mendidik". Misalnya; tunggu sebentar beliau sedang mendidik, jam berapa mendidik hari ini, saya mau berangkat mendidik, mau mendidik ya?.

Jika kata itu kita gunakan setiap mengucapkan kalimat terkait dengan kegiatan atau tugas guru seperti di atas, tentu terdengar janggal, agak ganjil. Tugas guru disadari tidaklah terbatas pada mengajar saja, tetapi ada tanggungjawab mendidik, meneruskan nilai-nilai baik, termasuk nilai-nilai agama, nilai-nilai sosial, nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat. Guru sebagai lini terdepan dalam pelaksanaan pendidikan pembelajaran di sekolah adalah mereka yang setiap tindak tanduknya mengandung nilai-nilai yang patut ditiru oleh semua peserta didik di sekolah. Sehingga ada yang menyebut di dalam diri guru ada kurikulum yang tersembunyi. Di mana dalam diri guru ada banyak hal yang memberi pengaruh terhadap perubahan sikap peserta didik. Tentang disiplin, tentang tanggungjawab, tentang menghargai sesama, tentang cara-cara berbicara dengan orang lain. Itu semua akan nampak dalam diri guru yang terlihat oleh peserta didiknya.

Dengan demikian antara mengajar dan mendidik tidak dapat dipisahkan dalam implementasi tugas-tugas guru. Keduanya seperti dua sisi mata uang, jika salah satu sisinya menghilang atau dihilangkan, maka uang tersebut tidak memiliki nilai sebagai alat tukar. Demikian pula jika guru hanya melaksanakan tugas mengajar tidak disertai dengan mendidik, maka tugas guru sebagai pendidik dapat dianggap gagal. Dengan guru melaksanakan tugas keduanya yakni mengajar dan mendidik, itulah kemudian tugas ini disebut sebagai tugas yang mulia.

Bagaimana dengan kondisi saat ini? masihkah kedua tugas tersebut (mengajar dan mendidik) dilaksanakan seimbang?

Apa dampak teknologi terhadap tugas mendidik guru? Masihkah guru dapat melaksanakan tugas mendidik dengan baik sebagaimana tugas mengajar?

Seharusnya teknologi tidak boleh mengesampingkan tugas guru dalam mendidik, memang sampai saat ini teknologi belum mampu menggantikan tugas-tugas guru tersebut. Karena interaksi guru dengan peserta didik secara langsung menjadi media yang penting dalam melaksanakan tugas mendidik. Oleh karena itu pada bagian ini teknologi yang hadir saat ini belum mampu menggantikan tugas-tugas guru dalam mendidik. Kecanggihan teknologi memang dapat memaksimalkan tugas guru dalam mengajar, informasi dalam bentuk apapun sangat mudah didapatkan. Akan tetapi untuk memilih berbagai informasi tersebut dibutuhkan pendampingan oleh guru.

Saat ini tugas guru dalam menyiapkan berbagai perangkat untuk mengajar dianggap masih menyibukkan guru. Guru harus mengikuti berbagai kegiatan training, workshop, seminar dengan dalih meningkatkan kompetensi agar menjadi guru profesional. Kesempatan ini ternyata juga dapat memperkecil kehadiran guru di kelas-kelas mengajar mereka. Belum lagi guru tersebut dinobatkan sebagai instruktur, fasilitator. Tentu keadaan ini  berdampak kepada proses pembelajaran yang dibina guru. Dengan alasan harus mengikuti banyak kegiatan, guru menyiapkan berbagai tugas-tugas yang dibebankan kepada peserta didik, kemudian dijadikan cara untuk meningkatkan aktivitas, kreativitas peserta didik. Tetapi dengan bimbingan yang kurang, sehingga tugas-tugas tersebut mungkin saja ada peserta didik yang menganggapnya sebagai "ancaman".

Lalu bagaimana tugas mendidik yang merupakan tugas utama kita sebagai pendidik? 

Menjadi guru profesional, tidak sekedar memiliki keahlian memadai pada bidang yang kita tekuni, tetapi tugas atau profesi ini harus dilihat sebagai sebuah penggilan jiwa/nurani dan berkomitmen untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dan pengajar.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun