Setelah buka bersama (bukber), reuni dan halal bil halal menjadi dua kosakata penting saat merayakan Lebaran. Reuni dan halal bil halal menjadi perekat ikatan emosional yang mengendur akibat sekat-sekat.
Kesibukan kerja, mengurus rumah tangga, hingga alasan klise 'tak sempat berkunjung', menjadikan banyak orang hidup dalam sekatnya masing-masing. Beruntung ada hari raya Idul Fitri. Libur dua hari yang hanya setahun sekali ini memang selalu dinanti. Perbincangan di grup-grup WhatsApp pasca ramadan takkan pernah jauh dari rencana menggelar halal bil halal maupun reuni.
Ide menggelar reuni ini sudah jauh-jauh hari diperbincangkan anggota keluarga Bani Roekan Manan di grup WhatsApp 'Keluarga Bani Manan'. Meski keturunan Bani Roekan Manan sebagian besar tinggal di Jawa Timur, namun untuk urusan tanggal reuni, tak semuanya langsung akur.
"Kita sepakati ya, reuni pas hari raya kedua," tulis Mien Anwariyah di grup WA. Mbak Mien -- demikian saya menyapa -- menjadi sosok vital di grup Keluarga Bani Manan agar rencana reuni bisa dilaksanakan.
![Mbak Mien - berjilbab merah di tengah - menjadi orang penting yang selalu mengingatkan rencana reuni keluarga.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/06/27/foto-bersama-3-59522ba8425ce0261b50a3e2.jpg?t=o&v=770)
"Kalau hari raya kedua nggak bisa. Biasanya di hari raya kedua saya berlebaran dengan keluarga Padangan," tulis Khusnul, kakak sepupu saya yang lain.
Penentuan tanggal reuni memang jadi masalah tersendiri. Musababnya sederhana, tiap orang punya urusan dan terikat dengan agenda keluarganya sendiri-sendiri. Padahal, sang tuan rumah yakni Masykur, sudah dengan suka cita membuka pintu rumahnya demi terselenggaranya reuni.
"Ditunggu kehadirannya," tulis Masykur penuh harap di grup WA. Saya bisa menangkap harapan itu karena dialah sosok yang 'dituakan' di antara cucu mbah Roekan Manan. Lahan di depan rumahnya yang disulap menjadi kolam renang Tirta Ria siap menerima kehadiran adik-adiknya.
![Foto tuan rumah yakni mas Masykur wajib tayang.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/06/27/foto-keluarga-masykur-59522c02425ce02629659122.jpg?t=o&v=770)
![Mbah Manan memiliki tujuh anak laki-laki. Kini tinggal tiga anak lelaki mbah Manan yakni pakpuh Ladjumono (duduk di tengah) dan paklik Subeki (berdiri paling kanan).](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/06/27/foto-keluarga-subeki-59522caa77111726c730b172.jpg?t=o&v=770)
Sama halnya dengan mudik atau pulang kampung, reuni adalah jeda yang mempertemukan. Dalam menjalani hidup, masing-masing dari kita butuh mengambil jeda atau istirahat sejenak. Jeda dibutuhkan agar jarak yang memisahkan keturunan Bani Roekan Manan sedikit dilupakan. Berkumpul, berbincang, bersalaman, hingga makan dalam suasana kekeluargaan menjadikan kita tak lagi berjarak.
Tulisan ringan ini hanya usaha kecil saya agar 'jarak' yang berhasil dihilangkan dalam reuni Bani Roekan Manan yang dihelat pada 26 Juni 2017 kemarin bisa diingat. Kelak, keturunan Bani Roekan Manan bisa membaca ulang tulisan ini saat mencarinya di Google dengan kata kunci; Reuni Bani Roekan Manan.
Ada beberapa foto pilihan yang saya sertakan sebagai pelengkap tulisan. Ada wajah pakpuh, mas, mbak, dan adik-adik yang terlalu panjang untuk disebutkan namanya. Sebagian foto di grup WA saya unggah di blog sekadar untuk merawat kenangan. Mohon maaf, penulis sendiri tidak hadir di reuni. Catatan ringan ini semoga bisa mewakili.