Mohon tunggu...
Wildan Hakim
Wildan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Arek Kediri Jatim. Alumni FISIP Komunikasi UNS Surakarta. Pernah menjadi wartawan di detikcom dan KBR 68H Jakarta. Menyelesaikan S2 Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia. Saat ini mengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta dan Peneliti Senior di lembaga riset Motion Cipta Matrix.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Potensi Besar Lulusan Politeknik

30 Juli 2016   15:47 Diperbarui: 1 Agustus 2016   11:33 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas kerja praktik program studi teknik sipil di Polines. Sumber foto: polines.ac.id

 Di antara Anda mungkin pernah membaca istilah middle skilled workforce. Di hampir semua negara, tenaga kerja berketrampilan menengah ini selalu dibutuhkan. Bahkan di negara yang sedang berkembang, kebutuhan terhadap tenaga kerja jenis ini menjadi keniscayaan.

Di Indonesia, middle skilled workforce ini banyak dipasok dari lulusan politeknik dan pendidikan D3. Cukup kuliah selama tiga hingga empat tahun, setelah lulus, para mahasiswa ini langsung siap kerja. Kemampuan kerja atau kompetensi para lulusan politeknik atau D3 ini biasanya sudah disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja. Proses kuliahnya juga lebih banyak praktik guna membekali ketrampilan teknis sesuai fokus studinya.

Saat ini di Indonesia ada 262 kampus politeknik negeri dan swasta. Menurut data dari Staf Ahli Menristek Bidang Relevansi dan Produktivitas, Agus Puji Prasetyono, dari jumlah tersebut,  ada 43 politeknik negeri. Sisanya, sebanyak 166 merupakan politeknik swasta.

Masih berdasarkan data dari Agus Puji Prasetyono, peminatan studi mahasiswa politeknik masih didominasi bidang engineering. Artinya, dari 234.495 orang mahasiswa politeknik yang terdaftar saat ini, sebanyak 93.798 di antaranya kini tengah berkonsentrasi kuliah di bidang engineering. Fokus studi bidang engineering ini mulai dari: Konstruksi Sipil, Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung, Perancangan Jalan dan Jembatan, Teknik Mesin, Teknik Konversi Energi, Teknik Mesin Produksi dan Perawatan, Teknik Listrik, Teknik Elektronika, Teknik Telekomunikasi, Teknik Informatika, serta Teknik Telekomunikasi.

Dengan variasi program studi sebanyak itu, para calon mahasiswa punya keleluasaan memilih jurusan atau program studi bidang engineering sesuai minatnya. Di luar program studi engineering, calon mahasiswa juga berkesempatan memilih jurusan non-engineering mulai dari akuntansi, perbankan, analis keuangan, hingga administrasi. Di Indonesia, saat ini juga ada enam politeknik yang secara khusus membuka program studi pertanian. 

Selain program studi di atas, di Semarang bahkan ada kampus politeknik yang khusus mengajarkan teknik bidang kemaritiman. Namanya Politeknik Maritim Negeri atau Polimarin. Inilah kampus yang membekali para mahasiswa atau tarunanya agar siap kerja sebagai pelaut. Di kampus ini, mahasiswa belajar mengemudikan kapal berukuran kecil hingga besar, navigasi kelautan, pengendalian mesin kapal, hingga membaca radar.

Dengan fokus studi yang bersifat technical skill oriented, politeknik punya potensi besar mencetak lulusan sesuai kebutuhan industri yang membuka berbagai jenis lowongan kerja. Atas dasar itulah, aliansi (kerjasama) antara politeknik dengan pelaku industri sebagaimana dinyatakan Agus Puji Prasetyono harus mulai direalisasikan. Selengkapnya baca: Politeknik Perlu Beraliansi dengan Industri.

Dengan potensi besarnya itulah, politeknik takkan kehilangan peminat dari para lulusan SMU maupun SMK. Di tengah persaingan pasar kerja yang kian ketat, lulusan politeknik boleh dibilang lebih siap melakukan kerja-kerja teknis di berbagai ranah industri.

Dalam focus group discussion (FGD) bersama Kemenristekdikti di Politeknik Negeri Semarang (Polines), penulis mendapatkan cerita menarik dari Dirjen Kelembagaan dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti Patdono Suwignyo. Saat bertemu dengan para pengusaha anggota Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Patdono menanyakan hal ringan kepada para pengusaha yang hadir.

“Selaku pengusaha, bapak mencari tenaga seperti apa?” tanya Patdono Suwignyo.

“Kami mencari tenaga kerja yang punya kompetensi,” jawab salah satu pengusaha.

Dari dialog di atas bisa dipahami, kompetensi hal kunci yang harus dimiliki semua tenaga kerja. Di sini, politeknik berpotensi menjadi pilihan bagi mereka yang ingin segera bekerja setelah lulus kuliah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun