Mohon tunggu...
Wildan Hakim
Wildan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Arek Kediri Jatim. Alumni FISIP Komunikasi UNS Surakarta. Pernah menjadi wartawan di detikcom dan KBR 68H Jakarta. Menyelesaikan S2 Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia. Saat ini mengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta dan Peneliti Senior di lembaga riset Motion Cipta Matrix.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Puasa Anti Bangkrut

23 Juni 2015   11:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:39 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puasa yang bermakna menahan diri, pada praktiknya tak semudah mengatakannya. Bagaimana agar puasa kita bebas dari bangkrut? Mari kita pahami kiat anti bangkrut berpuasa.

Tanpa disadari, bulan puasa terkadang menjebak sebagian orang dalam kebangkrutan. Terlebih jika sudah mendekati Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran.

Kebangkrutan di sini adalah kebangkrutan finansial atau keuangan. Pada 2015 ini, umat Islam Indonesia berpuasa di tengah angka inflasi yang melejit seiring kebijakan penaikan bahan bakar minyak atau BBM Premium yang kini bertengger di harga Rp7.400 per liter. Hampir semua harga barang kebutuhan maupun jasa naik seiring naiknya harga BBM Premium ini.

Penaikan ini diyakini pengamat ekonomi bakal menurunkan kemampuan beli sebagian masyarakat pada bulan puasa yang berlangsung antara 18 Juni hingga 17 Juli 2015. Terlebih, puasa tahun ini juga berlangsung di tengah kelesuan ekonomi. Padahal, seperti halnya terjadi di tahun sebelumnya, tingkat konsumsi barang dan jasa masyarakat justru sedang mencapai puncaknya pada bulan Ramadan ini.

Mengaca pada situasi di atas, siapapun pasti tak ingin bangkrut atau kehabisan cash money di bulan puasa ini. Penghasilan yang tak naik, sementara harga beragam kebutuhan yang melambung memaksa sebagian orang bangkrut. Pengaman finansial berupa Tunjangan Hari Raya (THR) yang diterima karyawan jika tak dikontrol dengan baik boleh jadi akan lewat begitu saja demi meladeni hasrat beli dan beli.

Tips anti bangkrut

Rumus klasik yang kerap diajarkan perencana keuangan menganjurkan kepada siapapun agar bijak dalam memakai uang. Yang penting diingat di sini adalah your limit is your cash money. Uang tunai yang ada di dompet Anda itulah yang seharusnya menjadi patokan kekuatan beli Anda. Kalau ada kartu kredit di dompet, maka pemiliknya harus ingat bahwa itu bukan uang tunai. Kartu kredit justru sarana bagi Anda untuk berhutang ke bank. Saat jatuh tempo dan membayar tagihannya, uang tunai dari penghasilan Anda juga yang akan terkuras.

Bertolak pada peringatan your limit is your cash money inilah, semua pemegang uang wajib sadar memilah antara kebutuhan dan keinginan. Dahulukan kebutuhan. Singkirkan keinginan. Jangan sekali-sekali merekayasa keinginan menjadi kebutuhan. Yakinkan diri Anda untuk mengutamakan fungsi bukan gengsi.

Tips semacam ini bisa diterapkan bagi orang yang gemar ganti telepon genggam. Fungsi utama telepon genggam adalah untuk menelepon dan berkirim pesan singkat. Koneksi data untuk berselancar di jejaring sosial hanya pelengkap. Jadi, kalau handphone Anda sudah terlihat jelek jangan memaksakan diri untuk beli baru jika fungsinya masih berjalan baik.

Bagi yang sudah berkeluarga, ada baiknya berbelanja kebutuhan rumah tangga dalam jumlah besar sekaligus. Misalnya belanja kebutuhan makanan atau minuman yang tidak basi untuk 3-4 minggu sekaligus. Langkah ini bisa menghindari Anda bolak-balik ke supermarket atau toko swalayan. Perlu diingat, aktivitas ke supermarket atau toko swalayan cenderung memicu orang menjadi lapar mata. Bila dituruti, lagi-lagi keinginan dengan cepat direkayasa menjadi kebutuhan. Kalau sudah begini, uang di dompet atau saku bakal dibelanjakan.

Tips berikutnya, usahakan perut terisi saat mengunjungi supermarket. Artinya, jangan masuk supermarket pada saat belum makan. Ini akan memaksa orang membeli makanan di sekitaran supermarket. Jelas ini akan menambah ongkos belanja. Bagaimana kalau pas belanja sedang puasa? Nah tipsnya, hindari belanja sore hari. Datangilah supermarket pagi atau siang hari. Dengan begitu, Anda punya alasan kuat untuk tidak berlama-lama di supermarket. Begitu selesai belanja, segera saja pulang agar bisa berbuka bersama di rumah.  

Adakah tips lain agar tercegah dari kebangkrutan di bulan puasa? Ada. Carilah penghasilan tambahan. Caranya? Manfaatkan peluang yang ada. Peluangnya adalah memanfaatkan sifat boros orang lain. Seperti jamak terlihat di pinggir jalan, selama bulan puasa ini banyak pedagang makanan dadakan muncul. Anekan penganan disajikan dan ditawarkan. Bagi orang yang berduit dan sedang melintas, aneka jenis penganan berbuka ini tentu menggugah selera. Transaksi pun terjadi. Pada kenyataannya, banyak orang yang tak sempat memasak makanan di bulan puasa. Membeli penganan jadi solusi praktis.  

Artinya, selama masih ada daya beli, jualan apapun berpotensi laku. Hanya saja penting diingat, pandai-pandailah memilih lokasi jualan dan menentukan apa yang hendak dijual. Di sini kreativitas Anda ikut menentukan apakah calon konsumen tertarik atau justru enggan menjajal dagangan yang ditawarkan. Selamat mencoba tips anti bangkrutnya dan selamat berpuasa.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun