Mohon tunggu...
Wildan Hakim
Wildan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Arek Kediri Jatim. Alumni FISIP Komunikasi UNS Surakarta. Pernah menjadi wartawan di detikcom dan KBR 68H Jakarta. Menyelesaikan S2 Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia. Saat ini mengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta dan Peneliti Senior di lembaga riset Motion Cipta Matrix.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gelitik Harga Batu Bacan di Ternate

10 Desember 2014   20:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:36 3892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1418191389850678105

Datanglah ke Kota Ternate Maluku Utara. Ada geliat usaha anyar yang menyedot minat banyak orang. Jual beli batu cincin. Bacan paling banyak diburu.

Aktivitas pedagang batu ini bisa ditemui di sepanjang Jalan Tapak Dua Ternate. Di sana, puluhan pedagang kaki lima berderet menjajakan batu. Tak cuma batu bacan yang ditawarkan. Aneka jenis batu lainnya ikut dipajang dan mengundang minat beli pengunjung.

Dari sekian banyak jenis batu, bacan menjadi incaran orang-orang berduit. Dua jenis bacan yang diburu yakni bacan doko dan bacan palamea. Harga kedua jenis batu ini bisa mencapai jutaan rupiah. Awalnya, saya kurang percaya dengan fenomena ini. Bersama seorang rekan yang bertugas di Ternate, Darusman, saya bertanya langsung kepada pedagang. Harga batu bacan memang mahal di pasaran.

[caption id="attachment_358801" align="aligncenter" width="300" caption="Inilah penampakan sekeping batu bacan doko seharga Rp12,5 juta"][/caption]

Sekeping batu bacan doko yang bisa dipotong-potong kecil menjadi delapan butir harganya mencapai Rp12,5 juta. Sebuah harga yg menurut saya tergolong fantastis. Melihat ukuran kepingan dan beratnya, harga batu ini bisa sudah melebihi harga logam mulia; emas.

"Ini kualitas super. Bapak tinggal potong dan jadi cincin," ujar si pedagang.

Merasa tak sanggup beli, saya dan Darusman melipir ke pedagang lain. Batu mentah (belum digosok) jenis lain menarik minat kami. Kami membeli batu yang harganya sesuai dengan isi kantong saja. Beberapa keping batu kami tebus dengan harga Rp70 ribu. Satu di antaranya batu giok dari Halmahera Timur. Saya sendiri sempat heran, kok mau-maunya juga saya membeli bongkahan batu mentah yang sekilas tak ada artinya itu.

Asal usul batu bacan

Batu bacan dipercaya penggila batu sebagai batu bernyawa. Ada energi tersembunyi yang dipancarkan batu jenis ini. Energi dari batu ini kian memancar saat batu bacan diangkat ke permukaan dan terpapar oksigen.

"Ada orang dari Aneka Tambang yang menjelaskan tentang hal ini. Batu yang bernyawa ini yang jenisnya bacan doko. Yang warnanya biru. Batu jenis ini warna birunya bercampur dengan warna hitam. Seiring waktu, warna atau bintik hitamnya ini bisa hilang. Proses inilah yang dinikmati para kolektor batu," urai Darusman.

Rekan saya, Darusman, memang tergolong fasih menjelaskan soal bebatuan dan aspek bisnisnya. Beberapa tahun tinggal di Ternate membuatnya begitu paham soal batu cincin. Termasuk cara menawar harga batu di pasar.

"Pas melihat dan menawar, pura-pura aja gak butuh. Biar para pedagang nggak menyebut harga seenaknya," paparnya.

Merunut pada namanya, batu bacan yang kini tengah menjadi primadona pengguna batu cincin itu berasal dari Pulau Bacan. Ini adalah salah satu pulau di wilayah Provinsi Maluku Utara.

Proses mendapatkan batu bacan jenis doko dan palamea tergolong sulit. Butuh perjuangan keras dari para penambang yang menggali bebatuan di kedalaman tertentudengan cara tradisional. Kepingan batu yang dijual di pasaran pada akhirnya tak beraturan. Kualitas batu yang didapat penambang pun tak bisa dipastikan. Kadang penambang mendapat batu kualitas super. Bila sedang apes, batu yang didapat kualitasnya biasa-biasa saja.

"Saya pernah patungan beli batu Bacan seharga dua juta rupiah. Pas digosok nggak ada yang jadi. Ternyata isinya kapur semua. Padahal kami mengira kualitas batunya itu bagus. Orang sini menyebutnya batu lombok yang berarti batu lembek," kenang Darusman.

Dari situlah Darusman menyimpulkan, untuk membeli batu bacan jenis doko atau palamea butuh kehati-hatian. Sebelum digosok, belum bisa dipastikan apakah sebongkah batu tergolong bagus atau justru sebaliknya. Ada baiknya membeli batu mentah yang sudah dipotong-potong dan bentuknya sudah mendekati persegi panjang.

Batu yang sudah mengalami proses pemotongan dengan mesin biasanya sudah terbukti bagus. Sementara, membeli batu yang masih berbentuk bongkahan penuh spekulasi. Ini yang menjadikan batu bacan yang sudah berbentuk potongan berharga lebih mahal. Batu bacan yang sudah dipotong dengan ukuran tertentu juga memudahkan pembeli untuk memperkirakan berapa butir batu yang nantinya bisa dijadikan cincin. Berminat berburu batu? Hati-hati dengan harganya, kalau tak terbiasa mendengar harganya bisa pening kepala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun