Mohon tunggu...
Wildan Hakim
Wildan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Arek Kediri Jatim. Alumni FISIP Komunikasi UNS Surakarta. Pernah menjadi wartawan di detikcom dan KBR 68H Jakarta. Menyelesaikan S2 Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia. Saat ini mengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta dan Peneliti Senior di lembaga riset Motion Cipta Matrix.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendikbud: Ini Bukan Rakor Upacara

13 Februari 2015   18:23 Diperbarui: 30 Juli 2019   22:16 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan rapat koordinasi atau Rakor yang diselenggarakan sebuah kementerian kadang dianggap sebagai kegiatan yang diikuti sekadarnya. Tapi, bagi Mendikbud Anies Baswedan, Rakor merupakan acara penting yang harus diikuti secara serius.

Saya harap inrakor betulan. Bukan rakor upacardan ikuti secara serius.Para peserta membawa misi dari daerah masing masing. Jadikan pembahasan di komisi-komisi sebagai exchange communication. Yang pasif dicatatdan tolong wakili daerah Anda. Sampaikan masalah Anda. Ini workshop betulan,” tegas Anies.

Penegasan itu disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Rasyid Baswedan saat memberikan sambutan dalam rapat koordinasi yang diselenggarakan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Kemendikbud di Ruang Serbaguna Universitas Terbuka di Jalan Cabe Raya Pondok Cabe Pamulang Tangerang Selatan Banten, Selasa (10/02/2015) kemarin.

Rakor yang berlangsung tiga hari itu mengusung tema Sinergi Pemanfaatan TIK untuk Pendidikan Menuju Indonesia yang Lebih Pintar.

Ada beberapa Kepala Dinas Pendidikan Provinsi yang hadir dalam Rakor tersebut. Tapi, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten justru tak hadir dalam acara pembukaan. Padahal, Rakor kali ini dilaksanakan di wilayah Banten.

Mendikbud Anies Baswedan sangat berharap agar para peserta Rakor yang hadir bukan datang karena diundang. Menurutnya, dari Rakor ini bisa muncul ide gagasan yang sangat bernilai dan diharapkan bisa memunculkan terobosan.

TIK dan pendidikan

Sebelum mengingatkan pentingnya mengikuti Rakor secara serius, Anies dengan kemampuan retorikanya memaparkan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi bagi pendidikan. Kehadiran saya di pembukaan Rakor Pustekkom ini terjadi secara tak sengaja. Berkat kebaikan hati seorang sahabat bernama Hasan Chabibie, saya bisa menyimak paparan menarik dari sosok Anies Baswedan.

Bagi Anies, kehadiran teknologi informasi dan komunikasi tak bisa ditolak. Termasuk pemanfaatannya di ranah pendidikan. Pemanfaatan TIK bisa digunakan membekali navigasi bagi anak-anak Indonesia di masa depan.

Mendikbud Anies Baswedan mengakui, saat ini terjadi perubahan yang begitu cepat. Khususnya dalam hal pemanfaatan teknologi informasi untuk keseharian.

“Kita ini imigran dalam penggunaan teknologi informasi seperti gadget. Sementara anak-anak kita adalah native dalam penggunaan teknologi tersebut. Mereka itu pribumi yang dengan mudah menggunakan teknologi,” papar Anies.

Ditegaskan Anies, kehadiran TIK itu sangat penting. Tapi, Mendikbud menghimbau agar tidak mendewakan TIK. “Jangan beranggapan seakan-akan semua urusan bisadiselesaikan TIK. Ini adalah alat. Ini tak bisa ditolak,” ujarnya.

Dengan adanya perubahan yang begitu cepat itulah Anies Baswedan mengingatkan pentingnya mendidik anak-anak sesuai masa depan mereka. Referensi dalam mendidik anak-anak bukan lagi masa lalu, sebab mereka akan hidup untuk masa depan.

We are educating our children for their time. Jangadidik anak-anak untuk zaman kita. Kita harus mempersiapkan anak-anak kita perubahan yang begitu cepat. Menjaga prinsip harus, tapi mengekspresikannya beda,” paparnya lugas.

Anies Baswedan memaparkan, saat ini tantangan yang dihadapi para guru adalah mendidik para siswa agar punya nilai dan karakter yang solid sekaligus membekalinya dengan skill untuk navigasi di masa depan. Mantan rektor Universitas Paramadina Jakarta ini kemudian menjelaskan arti penting penggunaan e-sabak. Menurutnya, e-sabak merupakan learning tool. Adapun yang dicari peserta didik ialah materi yang sudah disiapkan oleh Kemendikbud.

“Jadi, e-sabak hanya bisa dipakai di sekolah. Dari situ kita harus berpikir agar how we do become producent?” ujarnya.

Diakuinya, hal sulit yang dihadapi sekarang ini adalah memprediksi situasi yang tak bisa diprediksikan atau one difficult thing is predicting unpredictable. Tugas besar para guru dan pengambil kebijakan di sektor pendidikan adalah membawa peserta didik ke state the art of knowledge atau puncak ilmu pengetahuan. Bila hal ini tak dilaksanakan, para pihak berkecimpung di ranah pendidikan takbisa menyiapkan anak-anak menghadapi anak-anak dari negeri tetangga.


Ini harus dilakukan secara hati hati. Ini seperti api dan kita butuh api. Api bisa digunakan untuk memasak dalam batas tertentu, tapi api bisa membakar dan merusak. Sementara, kita tidak bisa bilang no kepada api,” urainya.

Pendidikan daerah terdepan

Selain mengingatkan pentingnya pemanfaatan TIK untuk pendidikan, Anies juga mengimbau peserta Rakor untuk tidak melupakan peserta didik yang tinggal di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal. Ditegaskannya, para siswa di daerah terluar harus dipercepat untuk mengejar masa depan bukan masa kini saja.

“Jadi, kalau mereka diajar dengan referensi masa sekarang, mereka akan tetap tertinggal. Sebab mereka hidupnya di masa depan. Ini yang harus diingat,” tegasnya.

Mendikbud lantas mencontohkan pemanfaatan teknologi informasi berupa handphone di kalangan para nelayan di Fak Fak. Dulu, sebelum ada telepon genggam, para nelayan terpaksa menjual ikannya sesuai dengan harga yang disepakati di Tempat Pelelangan Ikan atau TPI. Padahal, harga ikan di pasar bisa jadi lebih tinggi.

Dengan adanya telepon genggam, para nelayan ini bisa menelepon kepada informan yang ada di pasar untuk mengetahui berapa harga ikan di pasaran. Informasi yang diperoleh inilah yang dijadikan dasar bagi nelayan untuk mengajukan penyesuaian harga ikan di TPI.

“Ini dimungkinkan berkat adanya connectivity melalui teknologi informasi,” paparnya.

Anies lantas mencontohkan perbedaan Indonesia dulu dan sekarang. Dulu, wilayah Jawa dan Kalimantan dipisahkan oleh laut. Setelah merdeka, seluruh wilayah yang ada berada dalam satu teritori bernama Indonesia.

Hari ini kita satu teritori tapi belumsatu harga dan satu daya beli. Yangbisakita ubah adalah manusianya,” tegasnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun