Sudah sejak lama pemikiran ini muncul di benak saya. Sebagai orang Jakarta, (baca: Bapak saya asli Jakarta) menggunakan Ondel-ondel sebagai alat ngamen tentu membuat hati saya teriris. Mungkin bukan hanya saya yang merasakannya, juga Anda sebagai pembaca.
Saya mencoba untuk memikirkan penyebabnya sampai saat ini. Setidaknya ada beberapa alasan yang menjadi penyebabnya:
1. Dilupakan Masyarakat
Ondel-ondel kini sudah mulai dilupakan masyarakat. Betapa banyak yang lebih mempopulerkan budaya asing ketimbang budaya sendiri. Anak-anak sudah mulai mengikuti trend ketimbang budaya sendiri. Parahnya, orang tua juga ikut-ikutan mengikuti trend asing sehingga "lupa" memperkenalkan budaya Ondel-ondel kepada anaknya.
2. Dianggap Kuno
Animo masyarakat era millenial mulai diperkenalkan teknologi canggih. Hal ini berdampak pada perubahan sikap, sosial dan budaya. Salah satunya adalah budaya Ondel-ondel mulai dianggap kuno. Anak sekarang lebih berpikiri ke depan dan apa yang bakal ngetren di kemudian hari. Sedangkan ondel-ondel belum ada perubahan.
3. Tak Melestarikan Budaya
Salah satu yang membuat ondel-ondel ini dibuat ngamen karena kurangnya pengetahuan bagaimana cara melestarikan ondel-ondel sendiri. Pengamen itu bisa saja berpikir sambil ngamen sekalian melestarikan budaya. Padahal, cara seperti itu tidak dibenarkan.Â
Dari situ kita bisa beranggapan adanya kekurangan pengetahuan cara melestarikan budaya ondel-ondel kepada masyarakat.Â
4. Pemerintah Belum Tegas Mengambil Sikap
Pemerintah saat ini belum mengambil tindakan tegas terkait penggunaan ondel-ondel untuk mengamen. Seharusnya mereka diedukasi, dibina dan dicarikan alternative lain untuk mengamen. Saya yakin, program ini nanti akan mengurangi penggunaan ondel-ondel untuk mengamen. Pemerintah pun akan terlihat peduli terhadap budaya Jakarta.Â