Mohon tunggu...
Wildan Fuady
Wildan Fuady Mohon Tunggu... Tutor - Penulis, Blogger dan Web Developer

Penulis | Guru | Enterpreneur | Web Developer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

ValentiNo Sorry!

5 Februari 2015   00:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:49 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14230464521687282908



Belakangan ini, mulai marak desas-desus hari Valentine di kalangan remaja dan anak muda. Hal ini dianggap tradisi oleh sebagian orang. Meski berkali-kali para ustadz, ‘ulama dan para Kiai telah memberikan nasehat tentang valentine namun masih saja ada yang merayakannya.

Indonesia (negeri yang mayoritas Muslim) membuat barat tertawa. Pasalnya, banyak budaya dari mereka yang secara mentah-mentah ditelan langsung oleh orang Muslim di Indonesia. Propokasi yang besar-besaran melalui media asing telah berhasil meracuni pikiran anak Muslim Indonesia. Pasalnya, orang miskin di Indonesia pun sudah memiliki TV. Tidak seperti dulu, yang apabila mau menonton TV saja harus ke rumah tetangga atau RT.

Salah satu budaya Barat yang sukses meracuni kaum remaja dan pemuda Muslim adalah Valentine. Hari yang dipropokasi Barat sebagai hari kasih sayang ini sukses membodohi remaja dan pemuda Muslim Indonesia.

Strategi Asing

Seorang muallaf (orang yang baru masuk Islam) bernama Hj. Irena Handono ia pernah mengakui sebelum masuk Islam ia adalah agen kristenisasi, salah satunya di Indonesia. Indonesia adalah target utama kristenisasi yang sangat empuk dan renyah.

Seperti dikutip dari islampos.com, Ibu Hj. Irena Handono menulis, “Valentine’s Day disebut ‘Hari Kasih Sayang’, disimbolkan dengan kata ‘LOVE’. Padahal kalau kita mau jeli, kata ‘kasih sayang’ dalam bahasa inggris bukan ‘love’ tetapi ‘Affection’. Tapi mengapa di negeri-negeri muslim seperti Indonesia dan Malaysia, menggunakan istilah Hari Kasih Sayang. Ini penyesatan.

Makna ‘love’ sesungguhnya adalah sebagaimana sejarah LUPERCALIA pada masa masyarakat penyembah berhala, yakni sebuah ritual seks/perkawinan. Jadi Valentine’s Day memang tidak memperingati kasih sayang tapi memperingati love/cinta dalam arti seks. Atau dengan bahasa lain, Valentine’s Day adalah HARI SEKS BEBAS.

Dan pada kenyataannya tradisi seks bebas inilah yang berkembang saat ini di Indonesia. Padahal di Eropa sendiri tradisi ini mulai ditinggalkan. Maka, semua ini adalah upaya pendangkalan akidah generasi muda Islam.

Inilah yang dikatakan Samuel Zweimer dalam konferensi gereja di Quds (1935): “Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslim. Sebagai seorang Kristen tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas yang hanya mengejar kepuasan hawa nafsu.”

Jauh sebelum budaya ini menyebar, Allah Swt telah memberikan kabar tentang misi jahat ini di dalam Al-Qur’an, Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. (Q.S. At- Thaariq :  15)

Misi kejahatan ini bukan dengan cara menghancurkan Islam secara keseluruhan, tapi lebih spesifik, yakni penghancuran akhlak. Sasarannya kaum muda. Mereka ingin agar para pemuda dan remaja Muslim jauh dari Al-Qur’an, para ‘Ulama dan bermalas-malas.

Mengapa dengan penghancuran akhlak?

Sebab, seorang pendeta Yahudi secara jujur pernah menyatakan, “Kami baru akan takut kepada Islam jika mereka shalat subuh seperti barisan dalam shalat Jum’at.” (Keajaiban Shalat Subuh – Dr. Raghib As-Sirjani)

Karena ketakutan itulah, Orang-orang yang membenci Islam berusaha menjauhkan remaja dan pemuda Muslim tidak dengan cara kekerasan. Karena jika dilawan dengan kekerasan, orang muslim bagaikan lebah yang diganggu sarangnya. Terbukti Islam dalam pentas sejarah Nabawiyyah selalu menang melawan musuhnya. Hanya dua hal yang membuat Islam menang, Mati syahid, menang mulia.

Penghancuran akhlak ini salah satunya dengan budaya Valentine. Sebuah budaya yang di kalangan remaja dan pemuda Muslim dianggap sebagai hari kasih sayang, tukeran kado dan cokelat.

Memang, memberikan kado / hadiah adalah hal yang baik seperti yang pernah dianjurkan Nabi, “Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai.” Namun, ini menjadi masalah saat pemberian kado / hadiah itu di khsususkan pada tanggal 14 Februari. Jelas ini adalah bukan budaya Islam. Budaya Islam tak mengenal waktu khusus untuk berbagi ataupun memberikan sebuah hadiah. Kapan saja, hadiah diberikan, asal niat karena Allah pasti akan mendapat balasannya.

Buka Hati, Siapa Valentine Sebenarnya?

Tidak ada kejelasan, siapakah sesungguhnya yang bernama Valentine itu. Beragam kisah dan semuanya hanyalah dongeng tentang sosok Valentine ini. Tetapi setidaknya ada tiga dongeng yang umum tentang siapa Valentine.

PERTAMA, St Valentine adalah seorang pemuda bernama Valentino yang kematiannya pada 14 Pebruari 269M karena eksekusi oleh Raja Romawi, Claudius II (265-270). Eksekusi yang didapatnya ini karena perbuatannya yang menentang ketetapan raja, memimpin gerakan yang menolak wajib militer dan menikahkan pasangan muda-mudi, yang hal tersebut justru dilarang. Karena pada saat itu aturan yang ditetapkan adalah boleh menikah jika sudah mengikuti wajib militer.

KEDUA, Valentine seorang pastor di Roma yang berani menentang Raja Claudius IIdengan menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan dan menolak menyembah dewa-dewa Romawi. Ia kemudian meninggal karena dibunuh dan oleh gereja dianggap sebagai orang suci.

KETIGA, seorang yang meninggal dan dianggap sebagai martir, terjadi di Afrika di sebuah provinsi Romawi. Meninggal pada pertengahan abad ke-3 Masehi. Dia juga bernama Valentine.

Ucapan ”Be MyValentine”

Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan kata“Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.
Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be myValentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut syirik, artinya menyekutukan Allah Subhannahu wa Ta’ala.

Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut Tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!

Tradisi penyembah berhala

Sebelum masa kekristenan, masyarakatYunani dan Romawi beragama pagan yakni menyembah banyak Tuhan atau Paganis-polytheisme. Mereka memiliki perayaan/pesta yang dilakukan pada pertengahan bulan Pebruari yang sudah menjadi tradisi budaya mereka. Dan gereja menyebut mereka sebagai kaum kafir.

Di zaman Athena Kuno, tersebut disebut sebagai bulan GAMELION.Yakni masa menikahnya ZEUS dan HERA. Sedangkan di zaman Romawi Kuno, disebut hari raya LUPERCALIA sebagai peringatan terhadap Dewa LUPERCUS, dewa kesuburan yang digambarkan setengah telanjang dengan pakaian dari kulit domba.

Perayaan ini berlangsung dari 13 hingga 18 Februari, yang berpuncak pada tanggal 15. Dua hari pertama (13-14 Februari) dipersembahkan untuk Dewi Cinta (Queen of Feverish Love) Juno Februata. Di masa ini ada kebiasaan yang digandrungi yang disebut sebagai Love Lottery / Lotre pasangan, di mana para wanita muda memasukkan nama mereka dalam sebuah bejana kemudian para pria mengambil satu nama dalam bejana tersebut yang kemudian menjadi kekasihnya selama festival berlangsung. Seiring dengan invasi tentara Roma, tradisi ini menyebar dengan cepat ke hampir seluruh Eropa.

Hal ini menjadi penyebab sulitnya penyebaran agama Kristen yang saat itu tergolong sebagai agama baru di Eropa. Sehingga untuk menarik jemaat masuk ke Gereja makadiadopsilah perayaan kafir pagan ini dengan memberi kemasan kekristenan. MakaPaus Gelasius Ipada tahun 469 M mengubah upacara Roma Kuno Lupercalia ini menjadi Saint Valentine’s Day.

Ini adalah upaya Gelasius menyebarkan agama kristen melalui budaya setempat. Menggantikan posisi dewa-dewa pagan dan mengambil St Valentine sebagai sosok suci lambang cinta.

Ini adalah bentuk sinkretisme agama, mencampuradukkan budaya pagan dalam tradisi Kristen. Dan akhirnya diresmikanlah Hari Valentine oleh Paus Gelasius pada 14Pebruari di tahun 498.

Bagaimanapun juga lebih mudah mengubah keyakinan masyarakat setempat jika mereka dibiarkan merayakan perayaan di hari yang sama hanya saja diubah ideologinya. Umat Kristen meyakini StValentino sebagai pejuang cinta kasih. Melalui kelihaian misionaris, Valentine’s Day dimasyarakatkan secara internasional.

Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari tradisi masyarakat di zaman Romawi Kuno, masyarakat kafir yang menyembah banyak Tuhan juga berhala. Dan hingga kini Gereja Katholik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya StValentine. Meskipun demikian perayaan ini juga dirayakan secara resmi di Gereja Whitefriar Street Carmelite di Dublin-Irlandia.

Nah, mari bukan mata dan hati kita. Masihkan akan ikut-ikutan merayakan Valentine. Stop! Nggak akan.

Buya Yahya pun pernah menuturkan bahwa, Valentine sendiri sudah mulai ditinggalkan di Barat. Perlahan mereka mulai cerdas, namun alih-alih mereka masih menikmati acara ini untuk terus membuat Islam semakin dijauhkan.

Berakhirlah Semuanya

Di Indonesia, banyak acara-acara keislaman yang jauh lebih baik ketimbang merayakan Valentine. Seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Tabligh Akbar, Seminar-seminar, syukuran dll yang jelas lebih mendekatkan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Acara-acara demikian lebih mendatangkan kebarakahan ketimbang harus ikut-ikutan budaya yang tak jelas dari mana berasal.

Buya Yahya pun sering menasehati agar pemuda dan remaja Muslim senantiasa mencintai Nabi Muhammad SAW, yang cintanya tak akan pernah redup, selalu menghadiri hingga akhir kiamat kelak.

Sekarang bukanlah waktunya kita merayakan apa yang seharusnya tidak kita rayakan. Ditambah lagi, angka perzinaan di Indonesia semakin menaik. Padahal, Indonesia adalah negara yang mayoritas Muslim. Yang lebih sedih lagi, anak SD, SMP dan SMA mulai mengenal arti pacaran yang seharusnya mereka tak kenal.

Berita-berita di koran dan media cetak tentang pengkroyokan seorang wanita usia SD, kroyokan seorang wanita SMP berjilbab di Cirebon yang dilecehkan membuat hati kami teriris. Bagaimana tidak, hal yang tak sepantasnya dilakukan oleh seorang Muslim dilakukan oleh seorang Muslim itu sendiri. Sungguh membuat kami harus banyak berjuang demi kebaikan Muslim terutama di Indonesia.

Jangan berhenti berjuang memberi kabar yang terbaik untuk sahabat-sahabat, keluarga dan rekan-rekan kita ya. Mereka adalah saudara kita. Menasehatinya adalah sebuah kewajiban. Dengan hikmah, akhlak yang baik dan tauldan yang baik. InsyaAllah, langkah kita akan mendapat balasan dari Allah SWT kelak. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun