Mohon tunggu...
Muhammad Wildan Baihaqi
Muhammad Wildan Baihaqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Muhammad Wildan Baihaqi. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan diperguruan tinggi negeri, tepat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Jurnalistik, semester satu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Beda Arti antara Mengajar dan Mendidik

8 Oktober 2023   20:15 Diperbarui: 8 Oktober 2023   20:22 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Umumnya, orang mengetahui ajar dan didik memiliki makna yang sama, yakni sama-sama berkaitan dengan proses transformasi pengetahuan.  Tetapi, tidak banyak yang mengetahui adanya perbedaan arti antara kedua kata tersebut. 

Prof. Asep Usman Ismal, M. Ag., sebagai dosen pengampu mata kuliah akhlak tasawuf menyampaikan perbedaan arti antara keduanya dalam perkuliahan yang dilaksanakan di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada Senin (25/10/23). 

Secara sederhana, beliau mengartikan kata ajar hanya sebatas kegiatan transformasi pengetahuan dengan tujuan untuk mengubah diri seseorang. Sedangkan arti kata didik lebih dari itu. Mendidik didefinisikan sebagai upaya pengembangan potensi manusia agar menjadi manusia yang aktual, terutama dalam sikap dan tata lakunya.

Mengacu pada KBBI, kata ajar berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Sementara itu, kata didik berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. 

Dari acuan ini dapat disimpulkan jika ajar ditujukan agar seseorang mengetahui sesuatu. Berbeda dengan didik dimaksudkan untuk menjaga dan membimbing ajaran yang secara khusus berkenaan dengan akhlak dan pikiran manusia.

Lebih lanjut, terdapat 6 potensi manusia yang berkembang dalam proses mendidik. Yaitu fisik/jasmani, intelektual/nalar/pikiran, emosi/perasaan, spiritual/rohani, kepribadian, dan sosial (manusia dan alam). Berdasarkan keenam potensi tersebut, mengajar tidak menumbuhkan potensi emosi dan rohani manusia.

Jika dikaitkan dengan fenomena saat ini, banyak penelitian yang mengatakan jika salah satu profesi yang tidak dapat digantikan oleh Artificial intelligence (AI) adalah guru. 

Karena emosi dan rohani diperlukan hubungan antar manusia, antar orang tua dan anaknya, antar guru dan muridnya, antar dosen dan mahasiswanya, antar diri dan lingkungan sosialnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun