Momentum yang baik untuk lebih menaruh perhatian terhadap anak-anak dunia, khususnya anak-anak Indonesia jatuh pada tanggal 20 November 2020. Dunia merayakan hari anak sedunia pada hari tersebut. Indonesia tidak boleh melewatkan begitu saja momentum ini.
Dengan adanya peringatan ini, pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia diharapkan dapat berartisipasi dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas di masa depan.
Dunia menaruh perhatian dan perlindungan terhadap anak-anak pada UNICEF (United Nation Children’s Fund), lembaga perlindungan anak-anak dan ibu di negara berkembang yang dibentuk oleh PBB. Permasalahan anak-anak secara global dapat ditangani melalui lembaga ini.
Lembaga ini juga membantu Indonesia dalam menangani permasalahan anak-anak yang terjadi di Indonesia. Sudah banyak riset yang telah dilakukan lembaga ini terhadap kondisi anak di Indonesia.
Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh UNICEF pada Bulan Mei 2020, Indonesia sudah berhasil meningkatkan angka kesejahteraan terhadap anak, akan tetapi Indonesia masih dihadapkan dengan tantangan-tantangan dan persoalan mengenai pemeretaan pembangunan. Sekitar 95 persen anak Indonesia telah menamatkan pendidikan dasar.
Pencatatan kelahiran pun kini mencapai 85 persen. Hal ini memiliki arti anak-anak akan memiliki akses publik yang baik di kemudian hari. Capaian tersebut harus ditingkatkan oleh pemerintah Indonesia, jangan sampai tantangan yang ada sekarang justru membalikkan keadaan.
Masalah pemerataan pembangunan merupakan masalah klasik yang selalu ada dan terlihat sulit untuk diatasi. Hal tersebut memicu masalah sosial lain dalam kehidupan. Dalam hal kehidupan anak, terjadi ketimpangan antara anak-anak yang hidup di daerah perkotaan dengan daerah pedesaan.
Anak-anak di perkotaan mendapatkan akses terhadap pendidikan, rumah, sanitasi, dan komponen penunjang kehidupan lain yang jauh lebih baik daripada anak-anak yang tinggal di pedesaan. Masalah ini sering kali dipicu terbatasnya dana untuk pembangunan di daerah pedesaan, khususnya di luar pulau jawa.
Meskipun data statistik menunjukkan adanya perbaikan kualitas pada anak-anak, acapkali masih ada kasus-kasus kriminal di Indonesia yang pelakunya adalah anak-anak.
Pencurian, narkoba dan tindakan asusila merupakan kasus kriminal yang pelakunya terkadang anak-anak. Hal tersebut dapat dipicu karena kondisi lingkungannya.
Pembangunan yang tidak merata baik dari segi ekonomi dan pendidikan bisa juga menjadi faktornya. Anak-anak ingin kebutuhannya tercukupi, tetapi sumber daya yang dimilikinya kurang, sehingga mendorong dirinya untuk melakukan tindakan kriminal.
Kemajuan zaman akibat globalisasi pun menjadi tantangan pemerintah dalam pembangunan kualitas anak di Indonesia. Banyak informasi yang diterima anak tidak sesuai dengan umur mereka. Pornografi, narkoba, dan pergaulan bebas adalah jurang bagi anak akibat globalisasi ini.
Selain itu, semakin gamblangnya konten-konten yang tidak bermutu di media sosial membuat anak-anak secara tidak sadar meniru tindakan tersebut.
Istilah “anjing” dan “goblok” yang berkonotasi negatif seolah menjadi hal biasa dan lumrah sehingga anak-anak pun dapat dengan mudah menirunya.
Jika hal ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin akan terjadi kemerosotan moral pada anak-anak di kemudian hari dan masyarakat Indonesia nantinya memiliki kualitas yang kurang baik.
Pemerintah melalui Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) telah memberikan perlindungan dan dan bantuan-bantuan hukum bagi anak-anak yang mengalami masalah.
Banyak program LPAI seperti SPARTA (Seksi Perlindungan Anak tingkat Rukun Tetangga) dan TATAKA (Tanda Cinta Kepada Anak) yang diharapkan mampu memberikan pelayanan terbaik terhadap anak-anak di Indonesia, sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan baik dan memiliki masa depan yang cerah.
LPAI bekerja sama dengan berbagai pihak terkait dalam melaksanakan program kerja tersebut sebagai upaya melindungi anak Indonesia. Upaya-upaya yang dilakukan oleh LPAI hendaknya dapat terus dilakukan secara efektif sehingga dapat mencapai tujuan yang berkelanjutan.
Dibutuhkan peran bersama dari banyak pihak seperti keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas anak-anak di Indonesia secara merata sebagai modal pembangunan bangsa.
Berdasarkan penelitian para ahli, Indonesia akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020-2030. Pada rentang tahun itu, komposisi penduduk yang berusia 15-64 tahun lebih banyak daripada penduduk dengan usia lebih dari 64 tahun.
Artinya, penduduk produktif tersebut diharapkan dapat berkontribusi dalam pembangunan di segala bidang dengan baik, sehingga cita-cita Indonesia menjadi negara maju dapat diwujudkan.
Jangan sampai momentum ini terlewat begitu saja sehingga banyak penduduk usia produktif yang menganggur. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, anak-anak Indonesia mulai dari sekarang harus diberikan edukasi sehingga nantinya bisa menjadi manusia yang bermanfaat dan dapat menerapkan diri di masyarakat secara baik.
Anak-anak merupakan aset yang penting. Mereka akan melanjutkan kehidupan yang diwariskan oleh generasi sekarang. Maju mundurnya suatu bangsa dipengaruhi salah satunya oleh anak-anak.
Kelak merekalah yang akan memimpin bangsa Indonesia. Dengan adanya peringatan hari anak sedunia ini, seluruh pihak diharapkan dapat memberikan perhatian yang lebih lagi kepada anak-anak agar nantinya bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan berdaulat di segala bidang kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H