Mohon tunggu...
Juwilda
Juwilda Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis adalah media dakwah lintas generasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Iri Tanda Insecure?

26 Mei 2022   21:34 Diperbarui: 26 Mei 2022   21:41 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iri tanda Insecure ?

Akhir-akhir ini banyak sekali bermunculan berbagai istilah yang mengundang insecurity pada seseorang. Padahal kenyataanya insecurity hanya akan membuatmu menjadi manusia yang tak pandai bersyukur dan tak menerima pemberian dari sang Maha Rahman. Karena kenapa? Semua yang ada pada diri kita saat ini merupakan kehendak sang Pencipta. 

Tapi segala hal dan alur apa yang kita tempuh dalam menjalani kehidupan ini dibawah dari kendali kita. Fokus saja pada apa yang kita kendalikan tak perlu terlalu memikirkan sesuatu yang diluar dari kendali kita, bagaimana validasi orang terhadap diri kita misalnya, bagaimana pendapat orang tentang pribadi kita misalnya, dan segala hal yang membuat kita merasa selalu ada yang kurang pada diri dan pada akhirnya membawa kita pada rana mengkufuri nikmat yang selama ini kita nikmati namun selalu lupa untuk kita syukuri.

Insecure menurut alodokter.com adalah perasaan cemas, ragu, atau kurang percaya diri sehingga membuat seseorang merasa tidak aman. Akibatnya, orang yang insecure bisa saja merasa cemburu, selalu menanyakan pendapat orang lain tentang dirinya, atau bahkan membandingkan dirinya dengan orang lain

Tak perlu menjadi berbeda untuk menemukan teman yang setia atau pasangan yang mau menerima segala lebih dan kurang yang ada pada diri kita, sebab ketulusan itu hadir dari seseorang yang mau menerima dengan kelebihan dan karakterisktik yang kita miliki. 

Jika pada nyatanya dia menerima saat kau telah mengubah jati diri, berarti sejatinya dia bukanlah orang yang tulus. Fokuskan saja pada perbaikan diri, maka yang terbaik pun nantinya akan datang menghampiri.

Jika ditengah kegersangan pemikiran dan krisisnya pemahaman banyak lisan yang datang menyakiti maka tak perlu dimasukkan hati, dia hanya tak tahu bagaimana menjadi pribadi yang dicintai, dia hanya tidak tahu bagaimana mempergunakan lisan sesuai porsinya, dia hanya tidak tahu bagaimana menjaga sehatnya hati dengan tidak mengotori, dia hanya tidak tahu bagaimana cara mengontrol pikiran, dia hanya tidak tahu bagaimana cara berinteraksi untuk bisa saling mencintai dan menyayangi. 

Intinya, dia hanya tidak tahu, tapi berani memberi predikat yang berasal dari penilaiannya sendiri. Padahal ia pun memiliki banyak celah untuk mampu dikritisi tapi karena tak ingin sama dengannya, tak ingin menjadi sepertinya, maka kita harus melakukan sesuatu yang tak sama dengannya yakni tak memiliki sifat tidak tahu agar mampu menjadi pribadi yang berkualitas dan dinantikan.

Tak perlu meilirik apa yang orang lain telah miliki, cukup syukuri apa yang telah digenggaman kita saat ini, sebab yang kita miliki belum tentu menjadi kebutuhannya dan yang dia miliki belum tentu bermanfaat untuk kehidupan kita. Sebab, setiap manusia memiliki kapasitas dan takarannya masing-masing.

Mungkin saat ini banyak hal yang kita ingini namun belum dikasih oleh sang Maha Pemberi. Namun, apakah karena itu kita lantas menjadi hamba yang gemar menimpali segala apa yang belum mampu menjadi milik pribadi ?

Bukankah itu adalah bentuk pembangkangan nyata bagi seorang hamba yang sejatinya hanya dititipi ? kenapa harus mengguruti dan mendikte ejaan dan imbuhan apa yang perlu kita miliki dalam kehidupan ini, serahkan saja pada sang pemilik skenario kehidupan yang Maha Tahu atas segala takdir terbaik untuk kita nanti.

Kenapa harus berlarut pada penyesalan, bukannya mencari solusi malah menambah beban yang tak seharusnya menjadi opini yang diyakini. 

Coba kita menelaah segala pencapaian yang telah kita miliki saat ini, tak cukupkah itu menjadi bahan untuk berintropeksi bahwa jika terdapat kekurangan maka jadikan sebagai bahan untuk memperbaiki, dan jika terdapat kelebihan maka jadikan itu sebagai motivasi untuk terus melejit dan menciptakan karya yang melangit.

Pada akhirnya, memang semua butuh validasi untuk membuktikan kelayakan diri berada di ruang publik agar mampu menumbuhkan yakin yang masih merawat ragu hingga kini, tapi jangan jadikan itu sebagai prioritas utama untuk segera terpenuhi, jadikan ia sebagai bonus atas ketulusan dan niat yang selalu kau jaga kemurniannya. 

Apapun yang kau pikirkan saat ini, arahkan ia agar mampu menjadi sarana kebaikan yang memberi manfaat bagi sekitar, hindari pemikiran yang bisa mengotori pikiran sebab ia bisa saja menghancurkan dan datang meruntuhkan pertahanan dan keyakinan tanpa permisi.

Lebih selektif dalam memilih setiap bahan informasi yang akan ditelaah oleh otak. Sebab segala hal yang diserap mampu tersimpan dalam memori dan pada akhirnya menjadi sebuah kebiasaan dan membentuknya menjadi karakter yang menjadi ciri khas diri. Selamat menjadi pribadi yang pandai mensyukuri, semoga segala hal baik yang kau impikan segera menghampiri. 

Selamat untuk setiap pencapaian yang kau miliki saat ini. Semoga Allah karuniakan keberkahan atas segala aktivitas dan kesibukan yang telah kau pilih untuk mengisi hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun