Bukankah itu adalah bentuk pembangkangan nyata bagi seorang hamba yang sejatinya hanya dititipi ? kenapa harus mengguruti dan mendikte ejaan dan imbuhan apa yang perlu kita miliki dalam kehidupan ini, serahkan saja pada sang pemilik skenario kehidupan yang Maha Tahu atas segala takdir terbaik untuk kita nanti.
Kenapa harus berlarut pada penyesalan, bukannya mencari solusi malah menambah beban yang tak seharusnya menjadi opini yang diyakini.Â
Coba kita menelaah segala pencapaian yang telah kita miliki saat ini, tak cukupkah itu menjadi bahan untuk berintropeksi bahwa jika terdapat kekurangan maka jadikan sebagai bahan untuk memperbaiki, dan jika terdapat kelebihan maka jadikan itu sebagai motivasi untuk terus melejit dan menciptakan karya yang melangit.
Pada akhirnya, memang semua butuh validasi untuk membuktikan kelayakan diri berada di ruang publik agar mampu menumbuhkan yakin yang masih merawat ragu hingga kini, tapi jangan jadikan itu sebagai prioritas utama untuk segera terpenuhi, jadikan ia sebagai bonus atas ketulusan dan niat yang selalu kau jaga kemurniannya.Â
Apapun yang kau pikirkan saat ini, arahkan ia agar mampu menjadi sarana kebaikan yang memberi manfaat bagi sekitar, hindari pemikiran yang bisa mengotori pikiran sebab ia bisa saja menghancurkan dan datang meruntuhkan pertahanan dan keyakinan tanpa permisi.
Lebih selektif dalam memilih setiap bahan informasi yang akan ditelaah oleh otak. Sebab segala hal yang diserap mampu tersimpan dalam memori dan pada akhirnya menjadi sebuah kebiasaan dan membentuknya menjadi karakter yang menjadi ciri khas diri. Selamat menjadi pribadi yang pandai mensyukuri, semoga segala hal baik yang kau impikan segera menghampiri.Â
Selamat untuk setiap pencapaian yang kau miliki saat ini. Semoga Allah karuniakan keberkahan atas segala aktivitas dan kesibukan yang telah kau pilih untuk mengisi hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H