Mohon tunggu...
Wilda Hurriya
Wilda Hurriya Mohon Tunggu... Human Resources - HR & Marketing Executive

Wilda Hurriya. Kelahiran Jakarta, berdomisili di Bogor. HRD dan Marketing di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Anggota Community Pena Terbang (COMPETER) Indonesia. Telah menulis 12 buku antologi cerpen dan puisi. Juara II lomba menulis cerpen remaja oleh WRAcademy 2021. Puisi-puisinya bisa dibaca di blog pribadi; wildahurriya.com. Dan dimuat di beberapa media online seperti Riau Sastra, Ngebut Kata, Pahatan Sastra, KKR Bali, Bambang Kariyawan, Jurnal Tinta, FLP Riau dll. Komunikasi melalui email: hurryawilda@gmail.com. IG: @wildahurriya.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Dari Halal Lifestyle hingga Ekspor Negara OKI

19 November 2022   20:20 Diperbarui: 19 November 2022   20:29 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Dilansir dari data The State of Global Islamic Economy Report 2018/2019, Indonesia adalah runner up negara yang mengembangkan busana muslim terbaik di dunia, setelah Arab Saudi. Beberapa tahun belakangan ini banyak brand lokal busana muslim bermunculan.

Bahkan sederet selebriti  pun banyak yang membuka bisnis busana muslim. Gamis atau Abaya tidak lagi dilihat sebagai pakaian orang tua yang ketinggalan zaman. Variasi model yang modern searta kualitas bahan yang baik menjadi nilai jual tersendiri bagi kalangan muda.

Hal ini tentu merupakan angin segar bagi pelaku industri kecil dan menengah untuk mengembangkan produksi busana muslim dan bagi para desainer untuk terus berinovasi dalam membuat model busana muslim yang up to date dan diterima oleh masyarakat. Tren busana muslim ini tidak lepas dari semakin meningkatnya kesadaran masyarakat yang mayoritas muslim untuk mengikuti ajaran atau syariat  islam dalam berpakaian.

Selain dari sektor fashion, kesadaran mayoritas muslim untuk lebih syar’i serta mementingkan kehalalan suatu barang dan jasa merambah juga ke sektor lainnya, misalnya makanan, minuman, kosmetik, media, pariwisata, sampai transaksi perbankan atau non perbankan. Banyak umat muslim lebih memilih Bank Syariah sebagai tempat menginvestasikan hartanya untuk menghindari riba. Semakin kompleks lah ekosistem halal dalam perekonomian.

Halal (Arab: حلال‎, ḥalāl; "diperbolehkan") adalah segala objek atau kegiatan yang diizinkan untuk digunakan atau dilaksanakan, dalam agama Islam (id.wikipedia.org). Seiring perkembangan halal lifestyle kemudian tidak hanya sebatas gaya hidup tetapi juga menjadi sebuah potensi dan tantangan untuk meningkatkan perekonomian regional, nasional, maupun internasional. 

Peran aktif pemerintah diharapkan tidak hanya sebatas regulasi Undang-Undang saja tetapi juga menjadikan perbankan syariah sebagai lokomotor industri halal. Tidak hanya dalam pembiayaan modal usaha tetapi juga pengawas integritas halal. Pengendalian proses produksi dari logistik hingga verifikasi. Sehingga dalam pengajuan sertifikasi halal juga dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam mendukung perekonomian nasional dari industri halal diharapkan juga peran aktif masyarakat agar lebih mencintai produk dalam negeri. Saya pernah mendengar informasi dari seorang desainer ternama Indonesia yang mengatakan bahwa kita bisa produksi busana yang kualitasnya sama dengan produk impor namun dengan harga yang lebih murah. 

Jadi sayang sekali jika harus membeli produk luar dengan biaya yang lebih mahal untuk kualitas yang sama baiknya dengan produk lokal. Maka, mari hargai karya anak bangsa dengan membeli produk dari negeri kita sendiri.

Lalu bagaimana negara memperkenalkan industri halal kita ke kancah internasional? Pada siaran pers Kementerian Perdagangan, Bisnis.com mengutip perkataan Mendag - Agus Suparmanto, bahwa “Sebagian besar negara anggota OKI dengan mayoritas penduduknya beragama Islam memiliki tuntutan standar pemenuhan atas jaminan produk halal yang cukup tinggi. Hal ini menjadikan negara-negara OKI sebagai pasar dengan peluang yang besar.”

Jika dalam skala nasional sudah jelas Indonesia sendiri memiliki potensi lebih dari 85% penduduk mayoritas muslim. Maka secara internasional tidak salah jika negara Organisasi kerja Sama Islam (OKI) menjadi target pasar yang luar biasa potensial. 

Perdagangan internasional sebagai salah satu motor penggerak perekonomian menjadi hal yang sangat penting. Saat ini nilai ekspor produk halal Indonesia ke negara OKI belum maksimal bahkan masih kalah dengan negara-negara non muslim. 

Namun data dari The State of Global Islamic Economy Report 2018/2019 yang diterangkan diatas merupakan gambaran bahwa Indonesia juga memiliki potensi. Dan “PR” kita bersama adalah bagaimana cara melejitkan potensi yang ada itu.

Dalam proses ekspor tentu memiliki banyak hambatan, salah satunya adalah standarisasi halal Indonesia yang masih kalah dengan negara lain, misalnya Malaysia. Pengakuan global atas standarisasi halal Indonesia tentu akan memberikan dampak positif  dan  nilai tambah bagi produk halal yang kita miliki. 

Maka dari itu, sertifikasi halal sangat penting diperhatikan. Kita harus memiliki SDM (Sumber Daya Manusia) untuk menjadi auditor halal yang berkualitas karena ia merupakan ujung tombak dari sertifikasi halal

Biaya sertifikasi dilakukan secara online dan transparan. Tertuang dalam akad yang diketahui dan disetujui oleh perusahaan  Sedangkan untuk pihak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Menteri Keuangan, Sri Mulyani pun berencana membantu dengan menggratiskan sertifikasi halal agar UMKM lebih leluasa untuk masuk ke ranah global..

Hal lain yang tidak kalah penting  untuk diperhatikan dalam meningkatkan nilai tambah dari produk halal kita yaitu Branding. Bagaimana masyarakat mampu mengenal dan mengingat nama, merek, gambar, logo, atau slogan yang digunakan brand tertentu dan mendorong konsumen untuk membeli. Pada masa ini, media internet khususnya sosial media memiliki peran yang cukup efektif dan efisien dalam mempromosikan produk barang dan jasa apapun. 

Melalui sosial media, sebuah brand dapat langsung berinteraksi dengan konsumen atau calon konsumennya. Promosi melalui sosial media diperlukan konten marketing (baik berupa text, audio, atau video) yang menarik , relevan, dan memiliki nilai. 

Ketika branding produk halal sudah berhasil di level nasional, maka akan lebih mudah memperkenalkan brand halal Indonesia ke mancanegara. Dibarengi dengan strategi pemerintah dalam memanfaatkan kebijakan dan menguatkan akses pasar produk halal Indonesia di pasar luar negeri. 

Saya yakin jika sinergi antara instansi pemerintah, swasta, daerah, masyarakat, bahkan sampai perwakilan perdagangan di luar negeri dapat dilakukan dengan sangat baik, sangat mungkin suatu saat nanti Indonesia dapat menjadi kiblat halal dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun