Satu produksi body gitar membutuhkan sekitar 3 kg atau sekitar 3000 tutup botol. Tutup botol ini juga didapatkan dari hasil kolaborasi dengan pengepul sampah yang berada di sekitar Cianjur. Tidak hanya pengepul yang dilibatkan dalam pengumpulan bahan, After Waste juga melibatkan masyarakat sekitar untuk turut berkontribusi menyelamatkan bumi. Masyarakat sekitar juga ikut dilibatkan dalam pembuatan gitar jika sekiranya membutuhkan tenaga lebih. Namun, Adhim mengatakan bahwa produk-produk yang dihasilkan oleh After Waste saat ini masih terbatas dengan penggunaan tutup botol plastik sebagai bahan utamanya karena keterbatasan alat produksi yang digunakan.
Gitar yang diproduksi selama kurang lebih tiga minggu itu dibanderol dengan harga kisaran 2,5 juta rupiah. Sejauh ini penjualan hanya dapat dilakukan melalui sosial media instagram dan salah satu e-commerce dengan sistem custom atau sesuai request customer. Industri milik Naufal dan Adhim ini berhasil menjual 4 buah gitar elektrik. Penjualan secara langsung hanya bisa dilakukan ketika mereka membuka booth di pameran-pameran tertentu.
Prestasi After Waste
“Sebenarnya kita punya program kayak kalo pengen custom produk di After Waste itu boleh bawa tutup botol sendiri dari customer-nya. Kalau customer bawa tutup botol sendiri harganya jadi lebih murah. Pernah terjadi sih waktu itu bikin tatakan gelas, bikin lima tatakan jadi pake kurang lebih 1 kg tutup botol”, tukas Adhim.
Program kerja yang dibuat ini diharapkan dapat mengurangi sampah plastik secara perlahan, meskipun kecil setiap tindakan dari masyarakat akan sangat berarti. Melalui program kerjanya ini After Waste secara tidak langsung mengajak customer-nya untuk turut mengambil peran dalam menjaga bumi dari musuh terbesarnya.
Gitar elektrik kebanggan mereka pernah turut menyumbangkan bantuannya untuk tempat di mana mereka berdiri. Gempa bumi yang melanda Cianjur pada akhir tahun 2022 berhasil menggerakan After Waste untuk ikut berkontribusi memberi sumbangan kepada saudara mereka dengan cara melelang satu gitar listrik tutup botolnya dan berhasil terjual. Lelang dimulai dengan harga 2,5 juta rupiah, tanpa berekspektasi tinggi ternyata gitar itu berhasil terjual di angka 6 juta rupiah. Hal ini juga yang membuat After waste dilihat oleh musisi ternama, Kunto Aji. Menjadi sebuah kebanggaan juga untuk mereka. Bak pepatah mengatakan sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Selain dapat saling membantu korban gempa mereka juga dilirik oleh musisi ternama Indonesia.
Terhitung cepat dalam proses pembuatannya, Naufal dan Adhim mengaku belum pernah gagal dalam membuat gitar elektrik. Pernyataan tersebut yang melatarbelakangi kerja sama atau kolaborasi yang mereka lakukan dikatakan selalu berhasil. Melalui kanal instagram milik mereka, masyarakat atau customer dapat menilai bagaimana After Waste menyulap suatu produk. After Waste juga memproduksi barang lainnya yang digunakan oleh industri lainnya. Bahkan industri ini juga sudah berkolaborasi dengan brand-brand yang sudah cukup terkenal, terakhir kali mereka berkolaborasi dengan Adorable Projects menciptakan sepatu dan tas yang juga diperjualbelikan.
Tidak sampai sana, After Waste terus mengembangkan industri milik mereka, yang awalnya tidak diketahui siapapun untuk lebih dikenal lagi. Melalui berbagai kesempatan, mereka mengikuti lomba-lomba yang diadakan. Salah satunya adalah lomba yang diadakan oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (KemenPerIn). After Waste, industri kecil dari Cianjur ini berhasil keluar sebagai juara satu. Memenangkan perlombaan ini, lagi-lagi menerbangkan nama industri mereka. After Waste juga berhasil memperkenalkan produk kebanggan mereka dalam perlombaan tersebut yaitu gitar elektrik.
Dampak After Waste untuk Masyarakat
Meskipun sudah banyak membawa inspirasi dan perubahan bagi masyarakat, khususnya daerah Cianjur. Melalui pernyataannya, Adhim mengaku kurang puas akan pencapaiannya. Menurutnya industri miliknya ini belum banyak membantu Cianjur khususnya dalam mengurangi sampah plastik.