Tentang After Waste
Keberadaan sampah plastik hingga saat ini masih belum bisa dikendalikan. Pertanyaan tentang bagaimana regulasi diberlakukan masih menjadi sebuah misteri. Kemana sampah yang tidak terhitung jumlahnya itu berakhir? Bagaimana lagi harus dikendalikan?
Menjawab pertanyaan itu, After Waste tak tinggal diam. Salah satu penggerak dari industri yang bergerak di bidang pengolahan sampah plastik High-Density Polyethylene (HDPE) dan Low-Density Polyethylene (LDPE) daerah Cianjur. After waste memilih fokus pada sampah tutup botol plastik yang kemudian disulap menjadi barang-barang yang memiliki nilai jual. Sama halnya dengan industri lain, barang-barang yang dihasilkan berupa furnitur, tatakan gelas dan yang tidak terduga yaitu gitar elektrik.
Industri yang berdiri tahun 2022 ini menyebut bahwa bukan tanpa alasan mereka membangun After Waste. Adhim mengatakan bahwa Naufal sang partner pernah bekerja di salah satu perusahaan daur ulang di Jakarta sebelum akhirnya mengajak dirinya untuk membangun industri ini. Kurangnya kesadaran warga sekitar terhadap jumlah sampah di tempat industri ini berdiri menjadi salah satu motivasi mereka. Tak sedikit pula warga Cianjur hanya tau cara memakainya tanpa tahu cara mendaur ulang limbah plastik yang dihasilkan sehari-hari. Selain itu, belum ada juga kesadaran untuk sekadar mengurangi penggunaan plastik dalam berkehidupan setiap harinya. Pemerintah juga belum maksimal dalam menangani sampah, di Cianjur sendiri pengelolaan sampahnya hanya dibuang di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) tanpa dipilah, pemerintah juga tidak menyediakan tempat daur ulang. Beberapa fakta tersebut dirasa cukup untuk Naufal dan Adhim memulai industri ini.
Naufal dan Adhim berhasil membuat inovasi baru dalam industri kreatif khususnya bidang pengolahan sampah. Siapa yang tidak kenal gitar? Dengan popularitasnya, gitar menjadi salah satu alat musik yang paling sering digandrungi pemusik, baik yang handal maupun pemula ketika ke toko musik. Alunan musik yang tercipta membuat siapapun yang dengar terpana. Namun, siapa sangka? Alat musik yang biasanya terbuat dari kayu ini berhasil disulap dengan ciamik. Menjadikannya sebagai produk pertama yang dihasilkan, gitar elektrik milik After Waste menjadi gitar pertama milik Indonesia yang terbuat dari bahan tak lazim.
“Produk pertama yang dibuat adalah gitar listrik, alasannya karena emang suka musik dan rekan saya, Naufal juga punya band”, ujar Adhim, salah satu founder dari After Waste.
Gitar Elektrik Berbahan Plastik Pertama di Indonesia
Perjalanan Naufal dan Adhim dapat dikatakan tidak singkat, mereka membutuhkan waktu sekitar 6 bulan untuk belajar mengolah sampah tutup botol menjadi sebuah gitar yang layak pakai. After Waste dalam pembuatan gitar elektriknya tidak melakukannya seorang diri, After Waste hanya bertugas untuk membuat body gitar. Hal ini sebab After Waste juga mempertimbangkan banyak hal, seperti suara yang dihasilkan. Sehingga, untuk pembuatan satu gitar utuh diperlukan kolaborasi dengan industri lain. Pengrajin gitar dan kayu yang bertugas untuk memproduksi neck gitar dan memastikan gitar yang dihasilkan sesuai dengan standar gitar pada umumnya.