Mohon tunggu...
Wilberth M. S. Noenoehitoe
Wilberth M. S. Noenoehitoe Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna Poltekip

Great men are not born great, they grow great.

Selanjutnya

Tutup

Film

Penyimpangan dalam Film "Lets Go To Prison"

11 Agustus 2024   12:34 Diperbarui: 11 Agustus 2024   12:40 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Dalam film tersebut, salah satu pemeran utama yang bernama John Lyshitski yang sudah masuk penjara sebanyak tiga kali tidak tobat untuk masuk penjara lagi demi mencapai tujuannya yaitu untuk membalaskan dendamnya kepada Hakim Nelson Biederman III, tetapi karena hakim tersebut telah meninggal maka ia menyalurkan pembalasan dendamnya tersebut melalui anaknya hakim tersebut yaitu Nelson Biederman IV. 

Hal ini menunjukan bahwa pembinaan yang dilakukan di dalam Lapas tempat John Lyshitski dibina sebelumnya tidak berjalan dengan baik sehingga sisi hidup, kehidupan, dan penghidupannya yang retak tidak diperbaiki dengan benar yang mengakibatkan John Lyshitski tidak pernah kapok melakukan kejahatan yang mengakibatkan ia diberi hukuman pidana penjara.

Ketika baru sampai di Lapas tempat mereka akan dibina, petugas Lapas tersebut melakukan penyimpangan dengan melakukan pemukulan dan pengancaman dengan semena-mena hanya untuk dijadikan lelucon antar sesama petugas. Ini merupakan penyimpangan yang dilakukan oleh petugas lapas kepada narapidana dan hal tersebut juga melanggar prinsip pemandu kelima dalam SMR atau Nelson Mandela Rules yang menyatakan bahwa semua bentuk penyiksaan yang kejam dan tdk manu-siawi atau menurunkan derajat kemanusiaan, dilarang. Hal ini berlaku bagi semua katagori baik tahanan maupun narapidana.

Ketika pembagian kamar untuk narapidana baru, John Lyshitski yang ingin sekamar dengan Nelson Biederman IV demi dapat mencapai tujuannya melakukan penyuapan terhadap petugas agar dapat ditempatkan di kamar yang sama dengan Nelson Biederman IV. Penyuapan terhadap petugas oleh narapidana yang ditunjukan dalam film ini bukan hanya dalam pembagian kamar saja, tetapi dalam berbagai hal lainnya seperti yang dilakukan oleh John Lyshitski yang sengaja menyuap petugas agar pura-pura memberikan ia tugas kebersihan agar dapat meninggalkan Nelson Biederman IV sendirian di kamar sehingga rencananya dapat berjalan lancar. Ini merupakan penyimpangan lainnya yang dilakukan oleh John Lyshitski karena praktik suap menyuap di dalam Lapas merupakan hal yang dilarang.

Ketika melakukan makan siang, satu hal yang sering dilakukan oleh para narapidana adalah pada pukul 12.45 akan selalu terjadi perkelahian antar narapidana. Perkelahian antar narapidana ini merupakan penyimpangan yang terjadi di dalam Lapas, hal ini membuktikan bahwa pembinaan kepribadian dalam Lapas tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga narapidana yang seharusnya ketika masuk ke dalam lapas berubah menjadi lebih baik agar kembali ke masyarakat nanti bisa memberikan dampak positif kepada narapidana tidak terwujud karena pembinaan kepribadian yang tidak berjalan ini yang mengakibatkan perilaku narapidana tidak berubah atau bahkan menjadi lebih buruk.

Di dalam film tersebut juga memperlihatkan penyimpangan seksual yang terjadi dalam Lapas tersebut. Penyimpangan seksual yang terjadi antar sesama narapidana karena dikurung di dalam Lapas dan terpisah dari dunia luar, narapidana laki-laki yang terbiasa berhubungan seksual dengan perempuan sudah tidak bisa lagi melakukannya di dalam Lapas sehingga demi memuaskan hasratnya mereka melampiaskannya kepada narapidana laki-laki lainnya yang dianggap lebih lemah bahkan ada yang diperjual belikan oleh sesama narapidana.

Perundungan yang dilakukan di dalam Lapas juga diperlihatkan dalam film ini. Di dalam Lapas tersebut terbentuk kubu-kubu antar narapidana dan kubu terkuat adalah kubu yang bernama "White Power". Karena kubu tersebut terlalu kuat, mereka dapat melakukan apapun yang mereka mau terhadap narapidana lainnya seperti perundungan ataupunn pemukulan yang merupakan salah satu bentuk penyimpangan dalam Lapas.

Dalam Lapas tersebut juga terjadi praktik pengedaran narkotika dan obat-obatan terlarang. Hal ini merupakan penyimpangan dan bukti kegagalan Lapas dalam melakukan tugasnya untuk memperbaiki relasi hidup, kehidupan, dan penghidupan narapidana. Lapas yang harusnya melakukan tugas revitalisasi kepada narapidana yaitu menurunkan tingkat risikonya dari risiko tinggi menjadi rendah sehingga ketika kembali ke masyarakat tidak menimbulkan permasalahan di dalam relasinya dengan masyarakat tidak dapat melaksanakan tugasnya. 

Kegagalan pembinaan ini  yang mengakibatkan timbulnya efek prisonisasi, yaitu meningkatnya tingkat risiko seorang narapidana ketika masuk ke dalam Lapas karena pembinaan yang dilakukan dalam aspek hidup, kehidupan, dan penghidupannya tidak berjalan dengan benar. Narapidana yang awalnya hanya pemakai ketika masuk ke dalam Lapas bisa menjadi pengedar ataupun bandar yang beroperasi di dalam Lapas karena bertemu dengan bandar-bandar narkoba lainnya dalam Lapas, ataupun narapidana yang sebelum masuk Lapas tidak pernah bersentuhan dengan narkotika ataupun obat-obatan terlarang sekalipun ketika masuk ke dalam Lapas dapat dengan mudah bersentuhan dengan hal tersebut. 

Hal tersebut dapat dilihat ketika Nelson Biederman IV dengan mudahnya membeli obat yang dapat membunuh seseorang ketika dia ingin melakukan bunuh diri karena ketakutan terhadap masalah yang akan ia hadapi atas akibat telah melaporkan kepada petugas bahwa pemimpin kelompok "White Power" melakukan pemukulan kepada narapidana lainnya yang mengakibatkan ketua tersebut diisolasi di dalam sel penghukuman.

Narapidana yang meninggal dalam Lapas juga merupakan hal yang wajar di dalam film tersebut, hal ini dapat dilihat ketika pemimpin kelompok "White Power" yang mati ketika menyuntikkan obat yang akan digunakan Nelson Biederman IV untuk bunuh diri ke dalam tubuhnya sendiri yang mengakibatkan ia meninggal tidak diselidiki oleh petugas tetapi dibiarkan begitu saja bahkan Nelson Biederman IV yang terakhir kali  terlihat sedang berkelahi dengannya tidak diperiksa sama sekali oleh petugas.

Penyimpangan berupa perlakuan yang tidak adil dan memihak oleh petugas juga ditunjukan dalam film ini. Salah satu contohnya adalah ketika kelompok "White Power" yang telah dipimpin oleh Nelson Biederman IV karena dianggap sudah membunuh pemimpin sebelumnya melakukan pengeroyokan kepada Barry (salah satu narapidana yang menyimpang secara seksual) karena dianggap memaksa dan melakukan kekerasan seksual kepada Nelson Biederman IV. 

Ketika petugas datang untuk menghentikan pengeroyokan tersebut, yang diberikan hukuman disiplin bukanlah narapidana yang melakukan pengeroyokannya tetapi John Lyshitski yang kebetulan berada di tempat kejadian. Ini membuktikan perlakukan petugas yang semena-mena dan memihak kepada kelompok yang lebih besar sehingga narapidana yang tidak salah tetapi merupakan kelompok yang lebih kecil atau tidak mempunyai kelompoklah yang diberikan hukuman. Hal tersebut melanggar prinsip pemandu kesebelas dalam Panduan SMR yang menyatakan bahwa  tidak boleh ada diskriminasi dari petugas kepada narapidana berdasarkan latar belakang apapun.

Penyimpangan lainnya adalah petugas yang mengadakan pertarungan ilegal antar narapidana dengan ketentuan yang meninggal yang kalah, petugas bahkan mengadakan taruhan besar-besaran dalam pertarungan tersebut. Ini membuktikan bahwa terjadi penyimpangan dalam Lapas tersebut karena petugas yang harusnya bertugas memperbaiki relasi hidup, kehidupan, dan penghidupan narapidana malah iikut serta dalam memeperparah kerusakan yang terjadi pada narapidana tersebut.

Walaupun film ini bergenre komedi, tetapi film ini menunjukkan banyak sekali penyimpangan yang terjadi dalam Lapas baik itu dilakukan oleh narapidana ataupunn petugas yang seharusnya membina narapidana tersebut ke arah yang lebih baik. Film ini memvisualisasikan dengan nyata bahwa penyimpangan ataupun pelanggaran yang dilakukan merupakan bentuk implementasi dari dimensi hidup, kehidupan, dan penghidupan seseorang yang rusak dan tidak diperbaiki melainkan dipelihara kerusakan tersebut sehinngga menjadi semakin parah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun