Mohon tunggu...
wmeilanaa
wmeilanaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Diponegoro

Saya adalah seorang yang memiliki passion dalam menulis dan senang berpartisipasi dalam berbagai lomba kepenulisan. Bagi saya, menulis bukan hanya tentang menuangkan ide, tetapi juga cara untuk mengaplikasikan ilmu yang saya pelajari di bangku kuliah. Setiap pengalaman belajar saya jadikan bahan untuk menciptakan karya yang bermakna dan relevan. Saya percaya bahwa melalui tulisan, saya bisa terus belajar, berkembang, dan memberikan dampak positif bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Tren Masa Kini Kian Menghantui; Self-Development Sebagai Solusi

24 Desember 2024   15:20 Diperbarui: 25 Desember 2024   00:53 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Era globalisasi yang terus meningkat telah membawa perubahan besar pada pola perilaku manusia, salah satunya adalah meningkatnya gaya hidup konsumtif, dimana perilaku ini adalah perilaku yang menunjukkan bahwa individu senang membelanjakan uangnya tanpa pertimbangan yang matang. Kemajuan teknologi, terutama pengaruh media sosial, menjadi salah satu faktor utama yang mempercepat dinamika konsumsi masyarakat. Saat ini, hampir seluruh manusia di dunia sulit terlepas dari smartphone yang menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Tidak dapat disangkal, smartphone kini dianggap sebagai salah satu penunjang utama gaya hidup, khususnya bagi generasi muda.

Tren digitalisasi yang semakin mudah diakses oleh berbagai kalangan telah memunculkan fenomena Fear of Missing Out atau lebih dikenal FOMO, di mana individu merasa cemas jika tidak mengikuti tren atau informasi terbaru. Hal ini bahkan diperkuat oleh anggapan sosial seperti, “ga FOMO, ga gaul.” Akibatnya, banyak individu, terutama generasi muda, terbawa arus gaya hidup konsumtif yang berorientasi pada gengsi dan status sosial. Mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, bahkan uang demi memenuhi keinginan untuk tetap tampil eksis sejalan dengan tren agar dapat diterima dalam lingkup sosial mereka.

Perilaku konsumtif ini memang memberikan kepuasan emosional dalam jangka pendek karena mereka merasa berhasil memenuhi keinginan dan mendapat pengakuan sosial. Namun, dalam jangka panjang, pola hidup semacam ini dapat menjadi ancaman serius. Ketidakseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan berpotensi menciptakan krisis finansial individu, yang pada akhirnya menjadi rantai kemiskinan. Generasi yang tidak mampu mengelola keuangannya dengan baik akan terjebak dalam lingkaran utang, kehilangan peluang investasi, dan kesulitan untuk mencapai stabilitas ekonomi. 

Tahukah kalian bahwa para peneliti sebenarnya telah memprediksi fenomena ini sejak bertahun-tahun lalu? Bahkan, beberapa teori telah dikembangkan untuk menjelaskan kemungkinan terjadinya fenomena tersebut. Salah satunya adalah Hipotesis Daur-Hidup yang dikemukakan oleh Franco Modigliani (1954,1980). Teori ini memberikan penjelasan mendalam tentang bagaimana fenomena tersebut dapat terjadi dan dampaknya terhadap pola perilaku manusia. Dalam teorinya, Modigliani menekankan pentingnya alokasi pendapatan sepanjang hidup secara bijak. Menurut hipotesis ini, konsumsi seharusnya tidak hanya didasarkan pada pendapatan saat ini, tetapi juga memperhitungkan kebutuhan di masa depan. Generasi muda yang terlalu fokus pada konsumsi jangka pendek tanpa perencanaan finansial akan menghadapi risiko keuangan serius di kemudian hari, terutama saat mereka memasuki masa pensiun atau menghadapi situasi darurat. Hipotesis lain yang dikembangkan oleh Milton Friedman juga menyatakan bahwa konsumsi bukan hanya didasarkan pada pendapatan sementara (jangka pendek), tetapi juga didasarkan pada pendapatan permanen (jangka panjang). Apabila individu hanya bergantung pada pendapatan sementara untuk memenuhi gaya hidup konsumtif, mereka akan kesulitan menjaga kestabilan keuangan jangka panjang.

Paparan media sosial juga turut mendorong generasi muda untuk lebih menyukai produk luar negeri dibandingkan produk buatan dalam negeri. Hal ini dipicu oleh anggapan bahwa produk impor memiliki kualitas yang lebih baik atau terlihat lebih keren dibandingkan produk lokal. Persepsi seperti ini terus diperkuat oleh influencer, iklan, serta gaya hidup yang dipamerkan di media sosial, sehingga produk domestik kerap dipandang sebelah mata. Dampaknya, rasa nasionalisme dalam diri generasi muda perlahan terkikis. Mereka cenderung mengabaikan potensi produk lokal. Padahal, sebenarnya produk lokal pun memiliki kualitas yang tidak kalah saing. Dengan mendukung produk dalam negeri berarti turut membantu perekonomian bangsa, menciptakan lapangan kerja, serta memperkuat identitas budaya lokal. Ketergantungan pada produk luar negeri juga dapat melemahkan daya saing industri lokal di pasar global. 

Langkah awal solusi dari permasalahan diatas berasal dari diri sendiri, dimulai dengan kesadaran bahwasanya hidup bukan hanya tentang gengsi atau pengakuan sosial, melainkan tentang bagaimana kita dapat bertahan dan menciptakan masa depan yang lebih baik. Kesadaran ini dapat mengurangi dampak negatif dari gaya hidup konsumtif dan membantu generasi muda agar lebih bijak dalam mengambil keputusan finansial serta sosial. Bijak dalam penggunaan teknologi juga menjadi kunci penting untuk menyaring informasi, generasi muda dapat menghindari mengikuti tren yang tidak memberikan manfaat bagi kehidupan mereka. Sebagai contoh, memilih untuk menggunakan media sosial sebagai sarana pembelajaran, inspirasi, dan pengembangan diri dapat memberikan dampak positif dibandingkan hanya menggunakannya untuk memenuhi hasrat konsumtif. 

Langkah selanjutnya yang dapat dimulai adalah dengan meningkatkan literasi keuangan, yang mencakup kemampuan untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Memahami prioritas keuangan membantu individu untuk mengalokasikan dana dengan lebih efisien dan bertanggung jawab. Selain itu, mengatur anggaran bulanan merupakan kebiasaan penting yang perlu diterapkan sejak dini. Generasi muda dianjurkan untuk mulai berinvestasi, bahkan dengan nominal kecil sekalipun, sebagai bentuk persiapan untuk masa depan yang lebih baik. Beberapa contoh investasi yang dapat dilakukan meliputi reksa dana, saham, tabungan emas, atau memulai usaha sampingan. Usaha sampingan ini merupakan bentuk investasi non-keuangan atau lebih dikenal dengan investasi sosial-budaya yang dapat mendukung produk lokal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menumbuhkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Misalnya, generasi muda dapat menjual produk kerajinan tangan, makanan khas daerah, atau barang hasil kreativitas lainnya yang memiliki nilai jual tinggi. Dengan memilih produk dalam negeri, generasi muda tidak hanya berkontribusi pada perekonomian bangsa, tetapi juga membantu mengangkat kualitas dan citra produk lokal di pasar internasional. Langkah ini juga memperkuat rasa nasionalisme serta membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. 

Self-Development sendiri memiliki pengertian sebagai strategi yang dilakukan untuk mengembangkan kesadaran diri, bakat, potensi, keterampilan, dan kemampuan seseorang, yang artinya sangat penting untuk pengembangan diri orang tersebut dengan tujuan untuk membuat kualitas hidup dan pribadi menjadi lebih baik lagi. Dalam realisasinya, Self-Development dapat diwujudkan dengan memperdalam keterampilan tertentu, seperti keterampilan digital, komunikasi, atau manajemen waktu. Kita bisa memulainya dari langkah-langkah kecil seperti menetapkan tujuan hidup yang jelas, mengembangkan kebiasaan produktif, dan membangun jaringan sosial yang positif. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menciptakan visi dan misi hidup yang jelas untuk menjaga konsistensi dalam mencapai tujuan, mengembangkan bakat dan minat secara optimal, dan bergabung dengan komunitas yang mendukung pengembangan diri. Selain itu, pemerintah dan lembaga pendidikan juga perlu menyediakan program literasi keuangan dan pelatihan pengembangan diri sejak usia sekolah karena dengan adanya kolaborasi dari berbagai pihak, perubahan menuju pola hidup yang lebih sehat, seimbang, dan produktif dapat terwujud.

Di tengah derasnya arus digitalisasi dan semakin kuatnya gaya hidup konsumtif, solusi sejati dimulai dari kekuatan dalam diri. Self-development menjadi kunci untuk melepaskan diri dari jeratan tren dan wabah FOMO yang melanda kehidupan di era globalisasi. Dengan mengembangkan diri, generasi muda dapat menemukan keseimbangan antara kebutuhan, keinginan, dan masa depan. Melalui literasi keuangan yang lebih baik, penggunaan teknologi yang bijak, serta dukungan terhadap produk lokal, kita tidak hanya membangun kehidupan yang lebih stabil dan produktif, tetapi juga berkontribusi pada kemajuan bangsa. Masa depan yang cerah bukanlah tentang mengikuti tren, melainkan tentang keberanian untuk melangkah dengan bijak dan membangun jalan menuju perubahan yang lebih baik.

REFERENSI

Sampoerna University. Self-Development adalah Hal Penting untuk Diri, Kenali Cirinya!. (2023). Diakses pada 22 Desember 2024, https://www.sampoernauniversity.ac.id/news/pengertian-self-development

Sovi Sovianti. Perilaku Konsumtif Pembawa Petaka Di Era Modern. (2022). Diakses pada 22 Desember 2024, https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-bandung/baca-artikel/15276/Perilaku-Konsumtif-Pembawa-Petaka-Di-Era-Modern.html

Salsabila Nanda. Mengenal FOMO, Rasa Takut Ketinggalan Tren di Medsos. (2024). Diakses pada 22 Desember 2024, https://www.brainacademy.id/blog/apa-itu-fomo

Ellynda Kusuma Anggraeni. Fear Of Missing Out (FOMO), Ketakutan Kehilangan Momen. (2021). Diakses pada 22 Desember 2024, https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13931/Fear-Of-Missing-Out-FOMO-Ketakutan-Kehilangan-Momen.html

Sunaryati, SE., M.SI, Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc.; Dr. Denni Puspa Purbasari, M.Sc. (20181. Studi tentang Tabungan Rumah Tangga di Indonesia: Hipotesis Siklus Hidup, Struktur Demografi, Dampak Kepemilikan Asuransi dan Pensiun. Disertasi, Program Doktor Ilmu Ekonomi, Universitas Gadjah Mada.

Suharsono, S., & Nuryadin, E. (2019). Pengaruh Suhu terhadap Siklus Hidup Lalat Buah (Drosophila melanogaster). Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi, 5(2).

Benedictus Adithia. Mengapa Generasi Muda Lebih Bangga dengan Brand Internasional Ketimbang Lokal?. (2023). Diakses pada 22 Desember 2024, https://www-kompasiana com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/benedictusadithia9482/64f5ee6a5886fe18f0709582/mengapa-banyak-generasi-muda-lebih-bangga-dengan-brand-internasional-ketimbang lokal?amp_gsa=1&_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=17348860422439&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&share=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fbenedictusadithia9482%2F64f5ee6a5886fe18f0709582%2Fmengapa-banyak-generasi-muda-lebih-bangga-dengan-brand-internasional-ketimbang-lokal

Anna Theresia Simatupang. Mengurangi Ketergantungan pada Produk Impor bagi Generasi Z. (2024). Diakses pada 22 Desember 2024, https://rri.co.id/lain-lain/909288/mengurangi-ketergantungan-pada-produk-impor-bagi-generasi-z

Mufdana. Self-Improvement: 7 Cara Terbaik Meningkatkan Kualitas Diri. (2024). Diakses pada 22 Desember 2024, https://mufdana.muf.co.id/berita/2022/06/self-improvement-7-cara-terbaik-meningkatkan-kualitas-diri/

Redaksi OCBC NISP. Pengertian Self Development, Manfaat dan Cara Membangun. (2021). Diakses pada 22 Desember 2024, https://www.ocbc.id/id/article/2021/12/27/self-development-adalah

SMBC Indonesia. 6 Jenis Investasi Ideal untuk Generasi Muda. (2024). Diakses pada 22 Desember 2024, https://www.smbci.com/id/berita-media/blog/Keuangan/6-jenis-investasi-ideal-untuk-generasi-muda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun