Mulai 16 Maret 2020 Hanif sekolah di rumah. Semakin meluas pandemi virus corona sekolah sekolah di jakarta aktivitas pembelajarannya dipindahkan di rumah.Â
Senang Bebasss mamah itu awal mula di hati dan pikiran anakku. Yaaa karena bisa di rumah bebas untuk melakukan permainan apa saja tanpa harus pusing belajar. Itu pikiran awal anakku. Akan tetapi anakku tidak menyadari bahwa itu yang dimaksud dengan adanya dia di rumah..
ya bukan kebebasan hakiki tetapi tetap sekolah di rumah. Hari pertama masih bahagia karena bisa bangun siang. Bisa main dan main games di hape tentunya dengan bebas. Hari kedua begitu pula...Â
Ya karena mamahnya masih harus masuk ke kantor tugas sekolah yang dikerjakan di rumah agak keteteran. Hari ketiga mamah sudah WFH. Senang ada yang bantu anakku. Itu awal pikiran anakku. Akan tetapi karena ada tugas kantor dikerjakan di rumah dan tugas sekolah dilakukan berbarengan , batas kesabaran seorang wanita mulai dipertanyakan. Hari pertama dan kedua WFH masih aman. Hari ketiga hati seorang wanita dan ibu mulai bergejolak.Â
"'Mamah marah marah mulu ''kata anakku. "Sabar mamah cantik"rayu anakku."Bentar lagi tanggung main gamesnya"teriak anakku."Iya abis ini selesai Hanif kerjain tugas''alasan anakku.
Ya begitu banyak alasan dan bujuk rayu dilakukan anakku. "Sabar istigfar sama anak gantenk ini"rayu anakku sambil tersenyum sangat maniss. Hari kelima belajar di rumah tugas sekolah mulai dikerjakan. Tetapi dengan bujuk rayu dan teriakann kencang. Ketidaksabaran seorang ibu diuji. Hingga tugas minggu kedua tugas sekolah yang dikerjakan di rumah sudah full dikerjakan di minggu ketiga.
"Alhamdulillah"kata anakku. "Hanif bisa dibeliin pesawat yang di mau yahh..mamah udah janji..."kata anakku merayu. Ya untuk membuat anakku duduk tenang mengerjakan tugas itu tidaklah mudah. Harus penuh rayuan dan rewards agar dikerjakan dengan"ikhlas".
Yahh kuakui dengan tugas tambahan disertai ketakutan akan virus tersebut, disertai pengeluaran semakin bertambah. Ya karena harga-harga kebutuhan pokok menjadi naik karena demand naik persediaan terbatas banyak tukang sayur pulang kampung karena takut tidak bisa kalau pulang menjelang lebaran. dan belanja untuk makan sehari hari menjadi bertambah karena ada di rumah. Itulah salah satu tingkat"stres"seorang ibu ibu.
Tetapi di balik "stres"itu. Aku bahagia. Melihat ke usilan , ke ceriwisan, ketidak diaman anakku. seorang mam bahagia. Walaupun bagi anakku tidak bahagia karena:1. tidak bisa bebas bermain di luar, 2. tidak ketemu teman, 3.dimarahin dan diteriakin mamah terus. akan tetapi anakku bahagia karena bisa terus dari pagi hingga malam sama mamah walau dengan ''nyanyian panajang mamah yang suka nasehatin" dalam hati anakku.
Saya jadi menyadari tugas full time mother yang saangaat berat menurut saya. Saya acungin two 2 thumbs up. dengan semakin diam di rumah saya sebagai manusia menajdi menyadari, bahwa saya ini tidak sempurna. Saya belum sanggup dengan sabar dan pintar menghadapi anak. Belum ok dengan tugas kantor untuk memenuhi dapur agar bisa ngepul. Ya Alloh Ya Rabb ampuni kesalahan dan ketidaksempurnaanku. kita ini sebenarnya sudah sombong dengan Tuhan dan alam. dengan hal yang tidak kasat mata kita sudah kocar kacir kebingungan. Alangkah baikknya jika kita kembali kepada Ilahi Rabb kita. Kita harus mempersiapkan"bekal" yang banyak. Karena kita tidak tahu akan sampai mana batas akhir kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H