Selinap angin hampiri heningnya rebahan ini.
Desiran rindu kerap menyapa diri.
Lampau sudah tak bersua dengan Ilahi Rabbi.
Kalbuku memuncak, teringat rentetan jamuan pahit terasa kembali.
Hari ini  fajar bersua terlebih dini.
Pekat mungkin yang kurasa.
Malam sunyi menemani
Kisahku tumpah dengan Sang Murabbi
Hingga,
Tak terasa benih-benih langka jatuh dipangkuan hati.
Dada berkecamuk.
Bagai kuda bertarung dengan lawan.
Batinku menjerit, sesali diri.
Wahai Sang Maha pembolak-balik hati.
Dosa apa hingga hamba terbelenggu pedihnya batin ini?
Akankah diri tetap tegar?
Tak ada yang tau.
SkenarioMu memutar balik langkahku.
Dimana kutemui kembali setitik cahaya terang?
Kemana ku tapaki kembali langkah kancil mungil itu?
Semua telah sirna, terbekas celoteh dan canda tawa belaka, menurutku.
Saat ini kupasrahkan diri.
Biarkan Sang Maha Rahiim gerakkan langkah kaki.
Sejatinya Kepada-Nya meminta, mengadu serta memasrahkan diri.
Bersama sajak rantai pengabdian ini.
Diri harap tak ada penyesalan untuk kesekian kali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H