Mohon tunggu...
Wike Atul Jannah
Wike Atul Jannah Mohon Tunggu... Jurnalis - mahasiswi

Ahlan Wa sahlan :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Rantai Pengabdian

19 Maret 2020   20:11 Diperbarui: 19 Maret 2020   20:24 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selinap angin hampiri heningnya rebahan ini.

Desiran rindu kerap menyapa diri.

Lampau sudah tak bersua dengan Ilahi Rabbi.

Kalbuku memuncak, teringat rentetan jamuan pahit terasa kembali.

Hari ini  fajar bersua terlebih dini.

Pekat mungkin yang kurasa.

Malam sunyi menemani

Kisahku tumpah dengan Sang Murabbi

Hingga,

Tak terasa benih-benih langka jatuh dipangkuan hati.

Dada berkecamuk.

Bagai kuda bertarung dengan lawan.

Batinku menjerit, sesali diri.

Wahai Sang Maha pembolak-balik hati.

Dosa apa hingga hamba terbelenggu pedihnya batin ini?

Akankah diri tetap tegar?

Tak ada yang tau.

SkenarioMu memutar balik langkahku.

Dimana kutemui kembali setitik cahaya terang?

Kemana ku tapaki kembali langkah kancil mungil itu?

Semua telah sirna, terbekas celoteh dan canda tawa belaka, menurutku.

Saat ini kupasrahkan diri.

Biarkan Sang Maha Rahiim gerakkan langkah kaki.

Sejatinya Kepada-Nya meminta, mengadu serta memasrahkan diri.

Bersama sajak rantai pengabdian ini.

Diri harap tak ada penyesalan untuk kesekian kali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun