Mohon tunggu...
Wikan Widyastari
Wikan Widyastari Mohon Tunggu... Wiraswasta - An ordinary mom of 3

Ibu biasa yang bangga dengan 3 anaknya. Suka membaca, menulis,nonton film, berkebun.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Jual Tanah Untuk Beli Mobil, atau Jual Mobil Untuk Beli Tanah?

10 Juni 2022   09:46 Diperbarui: 10 Juni 2022   09:51 2308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Hari ini sudah hampir 6 bulan saya tidak punya mobil. Mobil saya jual karena saya tergiur membeli tanah di daerah dekat bandara NYIA. Lokasi dan viewnya indah, dan saya langsung jatuh cinta sejak pertama melihatnya. Di sisi barat, tanah yang saya beli berbatasan dengan parit pengairan sawah, dan pemandangan sawah membentang indah. Jalan menuju lokasi view sawah dan pengairannya sungguh sejuk dipandang mata. 

Jadi tanpa pikir panjang, tanah seluas 1011 M2 langsung saya beli, padahal uang di kantong belum mencukupi. Dan entah kenapa prosesnya begitu mudah dan cepat. Saya tawar, langusng dibolehkan sama  yang jual, proses jual beli di notaris  danseterusnya, semua proses berjalan lancar dan cepat. Ya, mungkin ini memang rejeki. Kalau orang Jawa bilang beli tanah itu "pulung". Kalau sudah rejekinya, semua dimudahkan. Bahkan harganya termasuk sangat murah, jauh dibanding harga pasaran yang berlaku di sana. 

Pindahnya bandara dari Adisucipto, Sleman ke  Wates, Kulon Progo, benar-benar melambungkan harga tanah di Kulon Progo. Dan saya sangat beruntung mendapatkan tanah dengan harga tidak sampai separo dari harga pasaran di sana. Jadilah untuk menutup pembayaran tanah, tanpa pikir panjang, saya jual mobil. Saya pikir, jual mobil untuk beli tanah adalah investasi yang baik. Karena harga tanah pasti akan naik terus, sementara harga mobil pasti turun terus. Beli mobil juga akan lebih mudah daripada tanah. Banyak pilihan mobil di pasaran. Mau yang merk apa, harga berapa, jenis apa. Mau baru atau second, semua tersedia. Gampanglah kalau mau beli mobil, tinggal nabung lagi. Ada uang, mobil pasti kebeli.

Kenapa saya memutuskan untuk membeli tanah? Bahkan sedikit memaksakan diri? Pertimbangannya adalah mengajarkan anak-anak untuk berinvestasi. Atas kemurahan Allah SWT, anak-anak saya setelah lulus dari kuliah S1 dan  yang mabrep S2nya langsung mendapat pekerjaan yang bagus, sesuai passion mereka, dengan gaji yang menurut saya sangat besar untuk fresh grad seperti mereka. Berlebih setelah dikurangi uang kos di Jakarta, tabungan, zakat, infaq dan sedekah, dan biaya hidup, sangat berlebih. 

Jadi genap setahun mereka kerja, dan tabungan cukup banyak, saya minta tabungan mereka untuk membeli tanah itu. Memang tidak cukup, jadi saya tambahin sedikti tabungan saya dan saya jual mobil opersioanl saya sehari-hari untuk menutup pembelian tanah itu. Saya pikir jika uang hanya ditabung maka pertumbuhannya tidak akan significant, bahkan bisa jadi malah nanti habis buat membeli barang-barang konsumtif. Belum lagi, jika saatnya mereka nanti menikah dan harus membeli rumah di Jakarta, akan lama untuk bisa membeli dengan cash. Kalau uang itu dibelikan tanah, maka 3 atau 4 tahun legi ketika dibutuhkan, harga bisa melambung tinggi  dan kana memudahkan mereka untuk membeli rumah di Jakarta.

Saya beruntung bahwa anak-anak saya sangat percaya pada ibunya dan tidak mengajukan pertanyaan apapun ketika saya memint atabungan mereka untuk ditransfer  dan saya belikan tanah. Mereka percaya bahwa apa yang menjadi keputusan ibunya insyaaLlah baik untuk mereka.  Tentu bahwa selain investasi tanah, mereka juga harus punya tabungan cash, sehingga ketika sewaktu-waktu membutuhkan akan bisa dipakai. Karena kalau investasi tanah tidak mudah untuk diuangkan, butuh waktu untuk menjual tanah sehingga tidak bisa diandalkan untuk keadaan darurat. 

Selain itu saya juga mengajak anak-anak untuk sedikit demi sedikit menabung emas. Baik itu berupa perhiasan yang bisa dipakais ehari-hari maupun logam mulia. Sedikit demi sedikit lama lama menjadi bukit. saya juga mengajarkan anak-anak untuk hidup biasa saja, tidak konsumtif namun tidak pelit. Tak usah membeli barang-barang branded, biasa saja, asal memiliki kualitas baik dan bisa dipakai cukup lama.

Saya pikir, anak-anak sekarang semua harus melek finansial, agar mereka bisa menjalani hidup dengan baik. Bisa banyak bersedekah, berzakat dan tidak menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu atau sekedar menjaga gengsi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun