Pada bulan Februari tahun ini terjadi banjir lagi yang disebabkan oleh curah hujan yang amat tinggi, beberapa faktor pendukung terjadinya banjir adalah tidak adanya rembesan untuk air dikarenakan padatnya penduduk, sehingga tanah untuk rembesan air berkurang yang disebabkan kurangnya lagan pepohonan untuk menyerap air,atau selokan yang tidak berfungsi dengan semestinya seperti didaerah banjir ini diwilayah hulu jakarta pada 19 dan 20 Februari 2021.
Selokan atau kali yang tidak berfungsi dengan semesetinya seperti tempat pembuangan sampah diselokan maupun kali, di wilayah perkotaan terkusus jakarta masih banyak ditemukan aliran pengalir air yang tercemar sampah, sampah rumah tangga, sampah plastik, sampah industri maupun sampah-sampah lainya bahkan saat terjaji banjir masyarakat banyak membuat perabotan yang terendam seperti kasur kursi dan jenis perabotan lain yang dibuang secara sembarangan diwilayah pengaliran air.
Pada banjir tersebut ditangani dengan sigap oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta yang telah membersihkan 338 meter kubik sampah banjir pasca hujan deras. Seperti yang kita ketahui baru satu daerah yang dikupas tentang penumpukan sampah dan terjadinya bencana banjir sedangkan sesuai data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) jumlah timbulan sampah secara nasional sebesar 175.000 ton perhari atau setara 65 juta ton pertahun jika mnggunakan asumsinsampah yang dihasilkan setiap orang per hari sebesar 0,7% kg.
Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sampah di indonesia terbilang banyak, namun berapa persen kah sampah yang dibuang tidak sesuai tempatnya? atau berapa banyak sampah yang dibuang sembarangan? Dan berapa persen sampah yang  termasuk 64 juta ton pertahun tersebut yang dapat dikelola?. Sebanyak 24% sampah di Indonesia masih tidak terkelola dan sekitar 15 juta ton mengotori ekosistem dan lingkungan sekitar karena tidak ditangani, dan hanya 7% saja yang didaur ulangdan 69% berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Dapat kita ketahui bahwa 15 juta ton sampah yang mengotori ekosistem dan lingkungan hal tersebut yang menjadi faktor utama terjadinya banjir, selain itu sampah-sampah mengganggu ekosistem darat maupun laut merusak habitat binatang, selain sampah limbah-limbah dari pabrik industri mencemari saluran air bersih maupun kali juga menjadi faktor terjadinya banjir dan meningkatnya populasi gizi buruk disekitar aliran air yang terkontaminasi.
Lalu tanggung jawab siapakah sampah, limbah, keterbengkalaian sampah dan akibat-akibat diatas?
Siapa lagi kalau bukan kita, kita sebagai warga negara yang tau dan melek akan kekacauan dan kerugian yang ditimbulkan didepan mata, tidak hanya pemerintah, masyarakat juga harus melihat dan bertindak tentang masalah sampah ini, jika hanya satu dua tiga pihak yang bergerak maka sampah di Indonesia tidak akan dengan mudah teratasi, sampah ini pun juga dihasilkan karena konsumsi kita sandang, pangan maupun papan yang  kita butuhkan setiap hari.
Namun mengapa seluruh rakyat Indonesia yang amat sangat terhormat ini terus mengulangi perbuatan yang fatal tersebut?
Banyak sekali faktor salah satunya keegoisan karena tidak mau disalahkan, kemudian faktor tidak mau mendengar kritik maupun wawasan untuk berubah kedepannya, karena pada dasarnya manusia tidak mau kalah. Namun mau sampai kapan?, Mau mencetak rekor negara dengan sampah timbunan sampah terbesar?
Masyarakat menyalahkan pemerintah, pemerintah meladeni dan mencoba membuat visi untuk kedepanannya namun tidak ada kerja sama dalam waktu berkepanjangan dari masyarakat. Bahkan hal kecil saja seperti membuang sampah pada tempatnya, stop buang sampah di kali, stop buang limbah di aliran air, gerakan-gerakan tersebut dapat dimulai dari diri sendiri, untuk apa jika peraturan yang ditetapkan pemerintah sangat bagus namun tidak di laksanakan dengan indah oleh masyarakat?
Mulai dari hal-hal kecil disekitar lingkungan kita, lalu bagaimana dengan sampah yang terkumpul namun tidak dikelola dengan baik, saya rasa pemerintah dan masyarakat sudah cukup kreatif untuk pengolahan limbah sampah namun yang pelaksanaanya yang masih dalam sekala kecil sehingga belum begitu terlihat perubahan yang signifikan dari presentase sampah yang terkumpul.Â
Salah satu inovasi masyarakat adalah pembuatan paving dari tumpukan sampah yang dipres dan masih banyak lagi. Lalu untuk inovasi dari pemerintah sendiri yang akhir-akhir ini dirilis yaitu pengolahan atau daur ulang dari sampah plastik berupa peraturan tentang peta jalan pengurangan sampah oleh produsen melalui peraturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor 75/2019.
Kalau bukan kitasiapa lagi? Mari memulai gerakan kecil dari diri kita dan lingkungan sekitar tempat tinggal, karena dengan hal kecil itu dapan membantu pengurangan sampah yang mencemari ekosistem dan lingkungan sekitar.
Abstrak
Sampah di indonesia sebanyak 175.000 ton perhari dan 64 juta ton pertahun namun hanya 7% yang dapat didaur ulang dan 69% yang berada ditempat pembuangan sedangkan 15 juta ton sampah berada di tempat yang tidak semsetinya sehingga menimbulkan pencemaran terhadap ekosistem dan lingkungan sekitar, selain itu sampah dan limbah dapat menjadi faktor terjadinya banjir dan sumber penyakit berkelanjutan.
Dan oknum-oknum yang dapat meminimalisir dan membuat perubahan adalah kita masyarakat Indonesia dari semua golongan, dengan menerapkan hal-hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, menjaga saluran air agar tetap bersih, gerakan-gerakan kecil tersebut sangat berpengaruh jjika penerapannya secara menyeluruh dan berjangka pajang, sehingga penumpukan sampah di indinesia dapat tertangani. Lalu untuk pendaur ulangan sampah dapat diperbesar sekala industri masyarakat lokal dengan bantuan pemerintah atau kerja sama dengan pihak terkait.
Kata Kunci :
Populasi sampah di Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H