Mohon tunggu...
Wikan Sunindyo
Wikan Sunindyo Mohon Tunggu... Dosen - dosen

Wikan Danar Sunindyo, seorang pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar Tidak Takut Sengsara dari Didi Kempot

14 April 2021   21:08 Diperbarui: 14 April 2021   21:24 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Didik Prasetyo, atau lebih dikenal dengan nama "Didi Kempot" adalah sosok yang fenomenal dan mungkin tiada duanya, dalam kancah jagad permusikan Indonesia, khususnya musik tradisional Jawa dan campursari.

Meninggal 5 Mei 2020 yang lalu, Mas Didik Kempot, mungkin satu-satunya musisi Jawa dan campursari yang paling terkenal dan mendapatkan respon yang meluas dari berbagai macam kalangan, tidak hanya dari generasi tua di Jawa, tapi juga sampai generasi muda, dan di berbagai negara, terkenal sampai Belanda dan Suriname. 

Meskipun sudah meninggal, namun karya-karyanya abadi dan masih sering dinyanyikan oleh penyanyi-penyanyi zaman sekarang, dan musiknya mengalun di televisi maupun saluran video online, seperti youtube.

Didi Kempot adalah fenomena yang anti-mainstream. Di saat orang-orang banyak memuja budaya manca, seperti lagu-lagu barat, K-Pop, dan J-Pop, Mas Didi malah menawarkan kembali ke musik tradisional, yang dulunya dianggap "ndeso" dan tidak keren, ternyata bisa enak juga, keren, dan digandrungi oleh generasi-generasi muda Indonesia.

Tahun 2010-an menjadi penanda bangkitnya kembali sang legenda, dengan konser Didi Kempot yang senantiasa heboh dihadiri oleh kaum muda mudi milenial yang berjuluk "sad boys" dan "sad girls". 

Didi Kempot sendiri dijuluki sebagai "The Godfather of Brokenhearts", karena lagu-lagunya banyak bercerita tentang kisah patah hati. Namun alih-alih bersedih hati, Lord Didi, julukannya yang lain, mengajak para sobat ambyar, julukan untuk penggemarnya, untuk tidak perlu menangisi patah hati, tapi dijogeti.

Sebelumnya, di tahun 90-an, mas Didi sempat melanglang buana ke Belanda dan Suriname, membuat banyak lagu, membuat rekaman, konser, dan mendapatkan sambutan meriah dari penggemar-penggemarnya yang banyak keturunan Jawa.

Sebelumnya lagi, mas Didi adalah penyanyi jalanan. Julukan Kempot berasal dari singkatan nama grupnya, Kelompok Penyanyi Trotoar, yang kemudian menjadi julukan dan nama tenarnya. Meskipun ia adalah anak dari Ranto Edi Gudel, seorang seniman, ia benar-benar memulai hidupnya dari bawah, bersama para musisi jalanan.

Akhir hidupnya ditutup dengan kisah yang cukup mengesankan. Dalam konser dari rumah dalam rangka pengumpulan dana bagi penanggulangan pandemi covid-19, Mas Didi berhasil mengumpulkan sejumlah 7,6 Milyar rupiah. Suatu jumlah yang sangat besar untuk sebuah konser tunggal untuk amal. Sebulan kemudian Mas Didi wafat meninggalkan berjuta kenangan di hati para penggemarnya masih di tengah suasana pandemi covid-19.

Banyak nilai-nilai menarik yang bisa dipelajari dari Mas Didi Kempot ini.

1. Mas Didi sangat aktif mengarang dan menciptakan lagu. Ia juga membawakan lagunya sendiri. Tidak kurang 700 lagu sudah dibawakannya, sebagian terkenal, sebagian tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun