Mohon tunggu...
wiji wahyuni
wiji wahyuni Mohon Tunggu... wiraswasta -

nothing about me. I just like music,reading,writing,and black lover forever.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Pernah Menilai Kebahagiaan Orang Lain Berdasarkan Kebahagiaan Kita

8 Januari 2012   05:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:11 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak lama diam-diam aku mengagumi kehidupan tetanggaku. Mereka pasangan suami istri yang masih muda dengan 2 anak yang masih duduk di Sekolah Dasar.

Sang suami seorang dokter umum pemilik klinik kesehatan,petinggi partai dan juga dikenal sebagai da'i yang sering memberi tausiyah di berbagai acara. Sang istri seorang Apoteker yang juga memiliki sebuah apotek dan juga aktif dalam berbagai aktifitas kegiatan sosial.

Dua orang anaknya tercatat sebagai siswa dengan segudang prestasi di sebuah SD bertaraf Internasional.

Sebagai seorang perempuan lajang yang hampir tiap hari melihat kehidupan rumah tangga mereka,aku menilai rumah tangga mereka sangat harmonis. "Betapa bahagianya mereka," ucapku dalam hati setiap kali melihat mereka.

Namun tiba-tiba mereka bercerai. Entah apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah tangga mereka sampai memutuskan untuk bercerai. Langsung buyar penilaianku selama ini. Ternyata rumah tangga mereka tak seindah dan tak sebahagia seperti yang kukira selama ini.

Pasti tak hanya tetanggaku yang punya kisah seperti itu. Ada banyak artis yang hampir tiap saat menghiasi berbagai acara infotainment di layar kaca,pejabat,politisi hingga menteri. Kita melihat rumah tangga mereka tampak harmonis hingga membuat siapapun merasa iri. Namun tiba-tiba rumah tangga mereka harus berakhir di ujung perceraian. Tentu tanpa kita sadari ternyata ada masalah dalam rumah tangga mereka.

Bahkan tak jarang terjadi,beberapa artis atau tokoh dunia yang terkenal bergelimang harta,kemewahan,penggemar hingga bisa dikatakan tak kekurangan suatu apapun hidupnya berakhir dengan bunuh diri yang tragis. Padahal banyak orang bilang,kebahagian apa sih yang tidak mereka raih? Segalanya sudah ada di genggaman.

Ada kalanya seseorang yang kita anggap kurang atau tidak bahagia bahkan sengsara malah terkadang merasa hidupnya sangat bahagia.

Pernah ada sepotong peristiwa yang kualami. Ada seorang lelaki tua penjual dipan kayu keliling. Istrinya yang juga sudah tua menderita kelumpuhan. Karena tak tega meninggalkannya di rumah seorang diri,istrinya selalu diajak berkeliling bersama gerobak dorongnya sambil menjajakan dipan kayu yang belum tentu laku. Aku sempat ngobrol dengan pak tua itu ketika ia dan istrinya istirahat di dekat rumahku. Mulanya aku merasa iba melihatnya,pasti tak ada kebahagiaan yang dirasakannya. Ternyata aku salah besar! Dari obrolan singkat aku jadi. Pak tua itu merasa bahagia dan bersyukur atas hidupnya saat ini. Ia masih bisa mendampingi istrinya dan masih bisa makan dari hasil keringatnya sendiri.

Kudapat satu pelajaran berharga,jangan pernah menilai kebahagiaan orang lain berdasarkan kebahagiaan kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun