Mohon tunggu...
Wiji Raharjo
Wiji Raharjo Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lulusan Diploma III Akuntansi yang tersesat sebagai PNS di Biro Hukum salah satu kementerian yang menangani uang, mantan mahasiswa Geografi UGM Angkatan 2007 yang di-DO, penikmat bola, pecinta game dan konsol, bibliomaniak akut, hamba Allah yang tengah munyuci dosa dan seorang musafir pengembara di jalan sastra. Tapak jejaknya bisa ditengok di http://esjerukmanisanget.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jangan Hidup seperti Babi

9 Desember 2013   08:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:09 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika hidup hanya sekedar hidup, babi di hutan juga hidup

Jika bekerja hanya sekedar bekerja, kera juga bekerja

(Prof. Buya Hamka)
Sama seperti kata-kata mutiara lain yang ndilalah mengena pada saat saat tertentu, kata-kata ini menohok saya cukup dalam.. Mungkin sejauh ini paling dalam diantara wise words dari para tokoh terkenal lain. Jika dibandingkan dengan penyair terkemuka India, Rabindranath Tagore yang biasanya menggunakan bahasa yang halus dan tidak terlalu tajam untuk menyindir, Buya Hamka to the point tanpa tedeng aling-aling memperbandingkan kita dengan kera dan babi.

Hmm..kita? Sorry, saya, karena yang akan saya ceritakan adalah saya. Jika kita tengok konteks kata mutiara tersebut maka yang akan kita dapat adalah perbandingan hiperbolis antara manusia sebagai makhluk yang menurut Tuhan paling sempurna dengan makhluk yang menurut manusia paling hina. Yang disinggung bukan lagi masalah sepele lagi, karena yang dibicarakan disini adalah HIDUP.

Sekarang mari kita lihat bagian pertama kata Buya Hamka tersebut, Buya Hamka intinya disitu mengatakan kalau hidup sekedar hidup apa bedanya kita dengan babi. Nah seperti apa babi hidup? Gampangnya, apa yang dilakukan babi dalam hidupnya. Menurut embah google dan pengalaman dari tetangga-temen-saya-yang-mempunyai-peternakan-babi, babi hidup hanya makan, minum, tidur, berak, makan, minum, tidur, berak lagi begitu seterusnya hingga mati. Siklus tersebut bervariasi di setiap babi dan pada intinya bermuara pada satu kata: monoton!

Jika melihat hubungan sebab akibat, maka tidak logis apabila seorang Buya Hamka mengatakan sesuatu tanpa mengalami atau melihat fakta. Buya Hamka seperti melihat kecenderungan itu dalam diri kita, manusia. Dan saya sebagai orang yang tidak ada apa-apanya dibanding dengan Buya Hamka, saya melihatnya juga di lingkungan masyarakat kita.

Saya melihatnya justru bukan di hidup orang susah, saya melihatnya di hidup orang menengah, saya melihatnya di hidup orang kantoran, PNS, saya melihatnya di hidup bos-bos berdasi yang duduk di kursi nyamannya.

PNS

Justru ketika orang mulai nyaman dengan apa yang dia kerjakan, pewe terhadap rutinitasnya, orang akan berubah seperti apa yang Buya Hamka katakan, seperti babi. Bedanya babi disumpal makanan, orang disumpal gaji (tetap). Orang cenderung menjadi heartless dan egois, orang jadi lebih sering memakai kata pokoknya, pokoknya yang penting gw gajian, pokoknya yang penting kerjaan kelar, pokoknya asal bos senang, pokoknya, pokoknya, pokoknya hidup?

Sebagai makhluk paling sempurna harusnya kita malu dipersonifikasikan dengan babi, namun pada kenyataannya banyak orang yang secara tidak sadar mengakuinya bahkan yang ironis ada budaya di masyarakat untuk menekan kreativitas, untuk menghalangi orang perkembang, bahasanya mereka beternak babi.

Mengakui bahwa kita seperti babi adalah langkah pertama, sekaligus langkah tersulit untuk memulai sebuah perubahan dalam hidup. Karena dengan memberikan berbagai alasan dan eksepsi, kita hanya akan menjadi babi pintar, biar kata sepintar apapun tetap saja babi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun