Mohon tunggu...
Wiji Pasiani
Wiji Pasiani Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang Belajar Menulis

Alhamdulillah atas segala nikmat yang Allah berikan, i'm alive.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Melanggengkan Kesenian Jathilan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

26 April 2023   08:52 Diperbarui: 26 April 2023   09:01 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penonton dari berbagai usia /Dokumentasi pribadi

 

Sebagai orang asli Jawa, tentu tidak asing bagi kita kesenian jathilan. Nah apa itu jathilan?

Arti kata jathilan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kesenian khas Jawa Tengah berupa tarian yang penarinya menaiki kuda lumping, diiringi gamelan (bende, kendang, gong dsb).

Khususnya di area pedesaan, jathilan sering ditampilkan guna memeriahkan suatu acara semisal acara hajatan, perkawinan, sunatan, HUT kemerdekaan dll. Di samping sebagai hiburan masyarakat, kesenian jathilan merupakan sarana untuk menyampaikan pesan moral para leluhur kepada generasi bangsa. Yakni untuk bersatu melawan penindasan yang dilakukan oleh para penjajah pada zaman dahulu. Hal ini ditunjukkan dari kostum yang dikenakan pemain jathilan yakni kostum prajurit, kostum raja, kostum pasukan berkuda, serta sejumlah penari.  

Pada umumnya, untuk mengawali pentas jathilan dinyanyikan lagu-lagu campursari yang diiringi oleh tabuhan gamelan, diikuti pawang jathilan melakukan ritual berdoa memohon kepada penguasa setempat agar pementasan berjalan lancar tidak ada gangguan fatal.

Seiring dengan merdunya lagu campursari yang merupakan campuran dari genre music kontemporer, ditambah dengan irama gamelan yang lembut membuat para pemain jathilan tak sadarkan diri dengan apa yang mereka perankan.  Ini, dalam istilah Jawa disebut "ndadi" yakni gerakan tak beraturan yang disebabkan oleh roh halus sehingga pawang jathilan pun turun tangan. 

Penonton ramai memadati arenahingga selesai pementasan jathilan babak pertama /Dokumentasi pribadi
Penonton ramai memadati arenahingga selesai pementasan jathilan babak pertama /Dokumentasi pribadi

Tindakan yang tak masuk akal yang dilakukan oleh para pemain jathilan saat ndadi, antara lain memakan pecahan botol kaca dan mengupas kelapa dengan mulut serta banyak hal lagi tergantung benda-benda yang disediakan oleh pawang jathilan. Bagi masyarakat Jawa, tindakan tersebut bukanlah hal yang aneh ataupun mengerikan karena memang adegan dalam kesenian jathilan memang seperti itu. Oleh karenanya, disebutlah jathilan "jarane thil-thilan tenan".

Dalam rangka memeriahkan hari Lebaran 1444 H, warga masyarakat Grogol Carikan menggelar pentas Jathilan Kridho Mudho Budoyo dari Srandakan Bantul Yogyakarta. Yang dilaksanakan pada hari Senin (24/04), dimulai ba'da Zhuhur hingga pukul 23.00 malam.

Penonton dari berbagai usia /Dokumentasi pribadi
Penonton dari berbagai usia /Dokumentasi pribadi

Dengan pementasan jathilan, diharapkan agar kawula muda lebih mencintai dan melanggengkan kesenian jathilan sebagai warisan budaya takbenda apalagi bersedia menjadi praktisi jathilan tidak hanya sebagai penonton semata.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun