Mohon tunggu...
Wiji Utami
Wiji Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Urgensi Kemerdekaan Belajar bagi Negara dengan Tingkat Pendidikan Rendah

15 Mei 2022   20:47 Diperbarui: 14 Juni 2022   23:58 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Urgensi KemerdekaanBelajar bagi Negara dengan Tingkat Pendidikan Rendah

Wiji Utami

Cimahi, Jawa Barat

ABSTRAK

Dewasa ini, pendidikan menjadi salah satu faktor penting dalam memajukan suatu bangsa dan negara. Sehingga, banyak negara yang terus berupaya untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka miliki, termasuk sumber daya manusianya. Namun, dibalik kemajuan teknologi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan yang ada saat ini, ada beberapa negara yang masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah, khususnya bagi anak perempuan. Padahal, kaum wanita memiliki peranan yang penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan adanya sumber daya manusia yang baik, tentu akan meningkatkan kualitas pendidikan di suatu negara tersebut. Merdeka belajar yang dahulu diperjuangkan untuk kaum wanita oleh Ibu R.A. Kartini, tentunya tidak hanya untuk kaum wanita di Indonesia saja, tetapi bagi seluruh wanita yang ada di berbagai negara. Oleh karena itu, melalui tulisan ini, penulis berharap agar merdeka belajar bagi kaum wanita lebih diperhatikan, baik di Indonesia maupun di negara lainnya, agar terciptanya generasi yang lebih baik di masa depan. Pada kesempatan ini, penulis akan membahas tentang beberapa negara yang masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah, peran wanita dalam pengembangan sumber daya manusia, dan upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pendidikan, khususnya di negara yang masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Merdeka belajar tentu akan tercipta seutuhnya apabila pendidikan benar-benar merata, tidak hanya di Indonesia tetapi juga diberbagai negara.

Kata Kunci: anak, merdeka belajar, pendidikan


A. Negarayang Masih Memiliki Tingkat Pendidikan Rendah

Setiap tanggal 2 Mei, di Indonesia akan diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Dan tidak jauh dari tanggal tersebut, tepatnya tanggal 21 April, Indonesia juga memperingati hari lahirnya tokoh wanita yang memperjuangkan kesetaraan pendidikan, khususnya bagi kaum wanita.  Hal tersebut membuktikan bahwa Indonesia sangat memperhatikan pendidikan, bahkan jauh sebelum kemajuan teknologi yang ada saat ini. Hal tersebut dikarenakan pendidikan menjadi salah satu faktor penting dalam tolak ukur kemajuan suatu negara. Oleh karena itu, setiap negara berlomba-lomba untuk terus memperbaiki dan meningkatkan sistem pendidikan yang ada. Namun, dibalik pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini, masih ada beberapa negara yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan sebagian besar dari usia sekolah yang tidak mendapat pendidikan adalah anak-anak perempuan. Hal tersebut dapat terjadi karena pengaruh dari perang dan konflik berkepanjangan, biaya pendidikan yang sangat mahal, tradisi yang ada pada suatu golongan masyarakat, korupsi, gejolak politik, pembersihan etnis, dsb. Banyak anak perempuan di kawasan rawan tersebut yang terpaksa bekerja ataupun menikah muda sehingga peluang untuk mengenyam pendidikan cukup sulit.

Menurut Greensatsystem.com, ada 10 negara dengan sistem pendidikan terburuk di dunia tahun 2021, yaitu :

1. Nigeria

Di negara ini, mayoritas penduduknya bekerja pada bidang pertanian. Sehingga, membuat orang tua cenderung mengirim anak-anaknya ke ladang daripada ke sekolah. Selain itu, masyarakat di negara ini masih hidup secara nomaden atau berpindah-pindah. Sehingga, membuat akses untuk pergi ke sekolah cukup sulit. Nigeria yang berpenduduk 21 juta ini, memiliki 15% orang dewasa yang dapat membaca dan menulis, 5,2% warga yang memiliki pendidikan menengah dan hampir 31% yang putus sekolah di sekolah dasar. Lebih buruk lagi bagi kaum wanita di negara ini. Pada tahun 2012, 70% anak perempuan tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah dasar. Hanya 17% perempuan berusia 15-24 tahun yang melek huruf/angka.

2. Burkina Faso

Burkina Faso merupakan salah satu negara Afrika yang sering bergejolak. Negara ini memiliki hampir 19 juta penduduk, dimana hanya 29% orang dewasa yang dapat membaca dan hanya 2% yang memiliki pendidikan menengah. Hanya ada 1% anak perempuan yang menyelesaikan sekolah menengah. Biaya pendidikan yang mahal, membuat kebanyakan orang tua di negara ini melarang anaknya untuk bersekolah.

3. Mali

Tidak jauh berbeda dengan negara sebelumnya, di negara ini biaya untuk membeli seragam, buku, dan perangkat sekolah lainnya masih terhitung mahal. Tenaga pendidik pun masih kurang di negara ini, sehingga tingkat putus sekolah di negara ini cukup tinggi. Hanya ada 38% anak perempuan yang menyelesaikan sekolah dasar di Mali.

4. Republik Afrika Tengah

Di negara ini, 56,6% orang dewasa telah melek huruf, tetapi tingkat pendidikan mereka masih tertinggal dari eksodus massal atau pembersihan etnis. Bentrokan agama yang terjadi menyebabkan kematian ribuan orang dan jutaan lainnya mengungsi dari rumah mereka sejak awal kekerasan pada tahun 2012. Peran pemerintah dinilai belum maksimal dalam memberikan sumber daya keuangan dan materi untuk sistem pendidikan. Hal ini menyebabkan sekolah-sekolah di negara ini ditutup. Kurangnya tenaga pendidik pun menjadi salah satu faktor sulitnya mengenyam pendidikan di negara ini. Diketahui bahwa satu guru dinegara ini bertugas untuk mengajar 80 murid.

5. Ethiopia

Ethiopia memiliki beberapa statistik pendidikan terendah di dunia. Diketahui dua dari lima anak perempuan di Ethiopia menikah sebelum berusia 18 tahun.

6. Eritrea

Eritrea memiliki penduduk sebanyak 6 juta jiwa di Afrika Timur. Rasio melek huruf pada orang dewasa pun sebesar 67,8%. Namun, rata-rata siswa di Eritrea putus sekolah sebelum usia 10 tahun. Eritrea juga mengalami kekurangan pengajar dalam beberapa tahun terakhir.

7. Guinea

Negara Afrika Barat yang berpenduduk 11,8 juta jiwa ini hanya 38% dari populasi usia sekolah menengahnya. 41% anak sekolah putus sekolah di tingkat dasar. Hal tersebut disebabkan ketidakmampuan masyarakat untuk membayar biaya sekolah. Rata-rata waktu yang dihabiskan untuk pendidikan di kalangan perempuan di atas 25 tahun adalah kurang dari satu tahun.

8. Pakistan

Masalah pendidikan di Pakistan sangat dipengaruhi oleh latar belakang agama yang kuat di negara tersebut dan juga pengaruh militan Taliban di sebagian besar wilayah Pakistan. Akibat konflik yang terjadi sekolah-sekolah banyak yang ditutup. Kesenjangan gender menjadi alaan anak perempuan sulit mengenyam pendidikan di negara ini.

9. Gambia

Keaksaraan orang dewasa di Gambia berperingkat 50% (terendah kesebelas di dunia). Hanya ada 4,1% rasio pendaftaran tersier untuk sistem pendidikan nasional yang terdiri dari 574 sekolah di Gambia.

10. Sierra Leone

Sierra Leone berada pada peringkat  ke-183 untuk  Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Peringkat tersebut berada sepuluh peringkat di bawah Ethiophia, yang memiliki  gini koefisien sebesar 33,6  (UNDP,  2013). Tingkat pendidikan di Sierra Leone rendah dikarenakan akses pendidikan yang sangat elitis dan eksklusif, tingginya  angka  putus sekolah yang mencapai 30% dan pada daerah pedesaan mencapai 70% dari populasi sekolah, sekolah  yang terletak  di daerah terpencil, rendahnya  gaji  dan  moral  para  guru, dan 40%  dari  total  anggaran  pendidikan dialokasikan untuk pendidikan tinggi.

B. PeranWanita dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia

Dalam meningkatkan mutu pendidikan, selain dibutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempuni, tentu dibutuhkan pula sumber daya manusia yang bagus sebagai faktor utamanya. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang bagus, tentu diperlukan generasi penerus yang cerdas dan unggul. Oleh karena itu, faktor genetik orang tua akan berpengaruh pada penerusnya, terutama gen yang diwarisi ibu. Menurut penelitian ahli dari University of Washington, wanita cenderung mentransmisi gen kecerdasan ke anak yang terbentuk dari kromosom X.  Hal tersebut dikarenakan wanita memiliki dua kromosom X, sedangkan pria hanya memiliki satu kromosom X. Artinya, wanita dua kali berpeluang mewariskan kecerdasan pada anaknya ketimbang pria.

Sejak 1994 dan dilakukan tiap tahunnya, para peneliti di Glasgow, Skotlandia mewawancarai 12.686 orang yang berusia 14 sampai 22 tahun. Hasilnya, ditemukan bahwa prediktor kecerdasan terbaik adalah IQ dari gen ibu. Ada pula penelitian dari University of Washington, AS, mereka menemukan bahwa ikatan emosional yang baik antara ibu dan anak sangat penting dalam pertumbuhan beberapa bagian otak, contohnya pada area hippocampus (area yang berhubungan dengan memori, belajar, dan respons stres). Setelah dilakukan analisis antara hubungan ibu dan anak selama tujuh tahun, ditemukan bahwa jika seorang anak mendapatkan dukungan emosional dan intelektual dengan baik, maka area hippocampusnya akan lebih besar 10% daripada anak-anak yang kurang mendapatkan dukungan dari ibunya.

Namun, faktanya kecerdasan anak tidak hanya diwarisi dari faktok genetik saja. Dalam sebuah penelitian, diperkirakan hanya 40-60 persen kecerdasan yang diwarisi oleh faktor genetik, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Ahli dari Melbourne University's Graduate School of Education berpendapat bahwa anak tidak hanya berbagi gen saja, tetapi mereka juga berbagi keluarga dan lingkungan. Hal itu berarti kecerdasan seorang anak juga akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, makanan, kualitas pendidikan, dan lain sebagainya.

C. Upayayang dilakukan dalam Rangka Meningkatkan Pendidikan

Dengan masih banyaknya kesenjangan pendidikan di era modern ini, tentu peran dari organisasi-organisasi internasional sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara yang tingkat pendidikannya rendah tersebut. UNICEF memiliki peran yang penting dalam upaya meningkatkan pendidikan tersebut dan menjadikan Afrika sebagai prioritasnya. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan EFA (Education for All) GMR 2003, statistical annex, tingkat keaksaraan Sub-Sahara Afrika hanya 60% dari jumlah populasi, jauh dibawah rata-rata dunia yakni sebanyak 80%. Oleh karena itu, pada tahun 2003 diluncurkan UNLD (United Nation Literacy Decade) di bawah kerangka kerja UNESCO. UNESCO menciptakan strategi yakni LIFE (Literacy Initiative for Empowerment) sebagai implementasi pencapaian tujuan dan sasaran dari UNLD. LIFE dirancang sebagai strategi global melalui kerja sama pemerintah nasional, LSM, masyarakat sipil, sektor swasta, lembaga-lembaga PBB, serta sebagai lembaga bilateral dan multilateral lainnya. LIFE memiliki tujuan untuk menghidupkan kembali serta memajukan upaya keaksaraan dalam negara yang mengalami krisis di bidang keaksaraan. LIFE merupakan implementasi pendukung pendidikan dasar melalui peningkatan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.

Selanjutnya ada negara Sudan Selatan yang merupakan negara termuda di dunia. Setelah merdeka dari negara Sudan, ada banyak aspek kehidupan yang harus diperbaiki, salah satunya pada aspek pendidikan. Banyak anak-anak yang bersekolah di sekolah dasar kurang dari setengah dan adanya diparitas antara anak laki-laki dan anak perempuan. Kurangnya infrastruktur, material-material pendukung, dan tenaga pengajar menjadikan masalah ini menjadi sasaran utama untuk perbaikan di Sudan Selatan. Oleh karena itu, UNICEF menjalankan Education Programme 2012-2013. Program ini dibuat untuk merespon kebutuhan pendidikan di Sudan Selatan sebagai negara yang baru merdeka. Program ini membantu dalam memperbaiki kondisi pendidikan di negara tersebut. Sehingga, program ini dapat memberikan fondasi terhadap akselerasi dalam memberikan bantuan-bantuan pendidikan bagi anak-anak di Sudan Selatan.

Lalu di negara Sierra Leone, dalam rangka meningkat pendidikannya PBB menerapkan 5 program pendidikan, yaitu :

1.      Pelatihan keterampilan 

2.      Pendidikan melindungi anak-anak 

3.      Membangun kembali 'normalitas' 

4.      Memperbaiki modal sosial 

5.      Berkontribusi pada transformasi sosial

Dan di Indonesia sendiri terdapat program Merdeka Belajar. Merdeka belajar merupakan pendekatan pendidikan yang diusung oleh Nadiem sejak pertama menjabat sebagai menteri. Kemerdekaan belajar memiliki arti keleluasaan bagi siswa untuk memilih pelajaran sesuai minat dan bakat mereka. Sehingga, siswa dapat lebih mengembangkan potensi yang dimilikinya. Diharapkan dengan adanya program ini, kualitas pendidikan di Indonesia akan semakin meningkat sesuai dengan minat dan bakat siswa.

Oleh karena itu, diharapkan kemerdekaan belajar ini dapat diwujudkan hingga ke berbagai negara, khususnya bagi negara-negara yang masih memiliki tingkat pendidikan rendah. Agar dimasa depan, generasi-generasi penerus bisa mendapatkan akses pendidikan yang lebih mudah dan menjadi generasi yang bermutu sesuai dengan bidang yang diminati. Sehingga, hakikat dari merdeka belajar dapat terwujud secara utuh dan sempurna.

 

DAFTAR PUSTAKA

BBC NEWS INDONESIA. (2017). Sepuluh tempat terburuk di dunia bagi anak perempuan untuk bersekolah. https://www.bbc.com/indonesia/majalah-41581451

CNNIndonesia. (2021). Nadiem: Ortu dan Guru Masih Bingung Konsep Merdeka Belajar. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210624133154-20-658861/nadiem-ortu-dan-guru-masih-bingung-konsep-merdeka-belajar

Greensatsystem.com. (2021). 10 Sistem Pendidikan Terburuk Di Dunia Tahun 2021. http://greensatsystem.com/10-sistem-pendidikan-terburuk-di-dunia-tahun-2021/

Halodoc. (2021). Benarkah Kecerdasan Anak Diwarisi dari Ibu? https://www.halodoc.com/artikel/benarkah-kecerdasan-anak-diwarisi-dari-ibu-

Liputan 6. (2016). 5 Negara dengan Tingkat Pendidikan Terendah di Dunia. https://www.liputan6.com/citizen6/read/2597089/5-negara-dengan-tingkat-pendidikan-terendah-di-dunia

Merdeka.com. (2014). Eksodus muslim berlangsung di Afrika Tengah. https://www.merdeka.com/dunia/eksodus-muslim-berlangsung-di-afrika-tengah.html

Rizki, Oktavia. http://repository.upnjatim.ac.id/2255/2/OKTAVIA%20RIZKI%20P-13-40.pdf

Rizky, U. F. (2020, Desember). Peran Pendidikan Dalam Proses Peacebuilding di Sierra Leone. 6(2). 2-3. https://www.researchgate.net/publication/352251924_Peran_Pendidikan_dalam_Proses_Peacebuilding_di_Sierra_Leone

Sarwabhaswara, Abhista. (2019, Juli). Peran United Nations Children's Fund ( UNICEF ) dalam Membantu Sudan Selatan Memperbaiki Kondisi Pendidikan Anak-Anak Melalui Education Programme Tahun 2012-2013. https://www.academia.edu/40098044/Peran_UNICEF_Dalam_Membantu_Sudan_Selatan_Melalui_Education_Programme_Tahun_2012


#KampusMerdeka#KampusMengajar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun