Kembali kepada topik. Lantas apakah dalam setiap aktivitas manusia itu selalu digerakkan oleh Sang Dalang, atau Sang Maha Kuasa? Inilah pertanyaan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan setidaknya 3 aliran pemikiran : 1)manusia digerakkan oleh Sang Maha Kuasa; 2)manusia punya kekuasaan dalam beraktivitas dan 3)kombinasi antara aliran 1 dan 2.
Dalam terminologi sehari-hari kita mengenal kata "takdir". Takdir dapat dimaknai sebagai "hukum sebab-akibat", artinya setiap aksi akan ada reaksi terhadap aksi tersebut. Misalnya sifat api adalah membakar. Apa saja yang dibakar? Bisa minyak, kayu, kertas, dll. Nah, apabila benda-benda itu kena api, maka ia akan terbakar. Siapa yang mengenakan benda itu kepada api? Bisa manusia, bisa pula hewan. Dengan catatan manusia dan hewan itu masih hidup dan tidak dalam keadaan sakit berat, atau stroke. Hehehe.
Singkat kata, maka sebenarnya kita manusia ini diberi nyawa, oleh Sang Maha Hidup, sehingga kita dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Dan pada saatnya nyawa itu akan dicabut atau diambil kembali oleh Sang Maha Hidup, sehingga kita jadi mayat yang tak bisa berbuat apa-apa.
Aktivitas kita sehari-hari adalah inisiatif kita. Segala konsekuensinya tentu kita juga yang menanggung. "Main api hangus, main air basah", itlah peribahsa ringkas yang menggambarkan adanya hukum sebab-akibat di dunia ini.
"Kekuasaan" manusia ini besifat terbatas. Tidak semua keinginan manusia dapat terwujud, walau kita sudah berusaha maksimal. Nah, pada titik inilah kita sadar bahwa ada peranan Sang Maha Kuasa. Kita manusia hanya bisa berusaha, berdo'a, dan selebihnya kita tawakkal kepada-Nya.
Sekian dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H