Mohon tunggu...
wijaya segara
wijaya segara Mohon Tunggu... -

vamos

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilu 2014 dan Prediksi SBY

11 Maret 2014   23:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:03 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak pelak lagi tahun 2014 ini merupakan tahun politik. Untuk keempat kalinya di era reformasi, Indonesia akan disuguhi oleh hingar-bingar pesta demokrasi memilih anggota legislatif (aleg), presiden dan wakil presiden baru.

Daftar calon anggota legislatif (caleg) pun sudah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan beberapa parpol telah pula mendeklarasikan calon presidennya (capres). Di tingkat nasional ada 12 parpol nasional yang akan bertarung. Selain sembilan parpol yang ada di parlemen saat ini, ada juga dua parpol lama nonparlemen, yakni Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Satusatunya parpol baru peserta pemilu 2014 adalah partai Nasionalis Demokrat (Nasdem).

Lepas dari berbagai macam prediksi hasil survei selama ini, pemilu 2014 tampaknya akan tetap dikuasai tiga parpol nasionalis besar hasil pemilu 2009 yakni Partai Demokrat, Partai Golkar, dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Hanya peringkatnya saja yang mungkin berubah. PDIP dan Partai Golkar agaknya yang akan bersaing ketat memperebutkan posisi pertama dan kedua. Sedangkan Partai Demokrat yang dilanda kasus-kasus korupsi bisa jadi akan melorot ke posisi ketiga.

Sebagaimana Partai Golkar, pengalaman pemilu selama ini menunjukkan bahwa umumnya penurunan partai besar tak membuatnya jatuh drastis. Sangat mungkin pemilu 2014 milik PDIP, menyalip Partai Golkar dan Demokrat. Selain paling solid dan konsisten sebagai partai oposisi, PDIP juga merupakan satusatunya partai berkepala banteng yang tersisa. Partai berkepala banteng lainnya, seperti PNI Marhaenisme dan Partai Banteng Nasional Kerakyatan (PNBK) tak lagi menjadi peserta pemilu.

Partai Golkar sendiri agaknya akan tetap berada di posisi kedua sebagaimana pemilu 2009. Salah satu sebabnya adalah karena kurangnya soliditas internal partai, khususnya, berkenaan dengan proses pencapresan Aburizal Bakrie. Partai Golkar juga didera oleh larinya sebagian elite dan kadernya yang mendirikan Partai Nasdem (2011). Bagaimanapun, hal tersebut cukup mengganggu.

Memang dua belas partai politik (Perpol) peserta pemilihan umum (Pemilu) 2014 masing-masing memiliki kesamaan dari segi visi misinya, dengan begitu tidak ada partai yang lebih dominan. Sebab, mereka semua memiliki komitmen untuk merubah Indonesia menuju lebih baik.

Prediksi SBY

Dalam sebuah acara makan malam bersama para pimpinan redaksi di Menara Bank Mega, Senin malam 10 Maret 2014 yang di hadiri 50 pimpinan redaksi dan wartawan senior. Presiden SBY memprediksi untuk pemilu 2014. Dia melihat, tidak akan ada partai yang sangat dominan dan memenangkan pemilu dengan telak. Saat ini, kekuatan politik relatif menyebar ke semua partai.

Dua belas partai politik (Perpol) peserta pemilihan umum (Pemilu) 2014 masing-masing memiliki kesamaan dari segi visi misinya, dengan begitu tidak ada partai yang lebih dominan. Sebab, mereka semua memiliki komitmen untuk merubah Indonesia menuju lebih baik.

Memang sudah bisa di pastikan Pemenang Pemilu Legislatif 2014 diperkirakan tetap tidak akan menjadi partai politik dominan di parlemen mengingat ada tren penurunan perolehan suara, saya perkirakan  Pemenang Pemilu 2014 belum tentu mencapai perolehan suara nasional 30 persen.

Kenapa saya bilang tidak sampai 30 persen kita bisa lihat tentunya terdapat tren penurunan perolehan suara partai politik peserta pemilu legislatif di setiap edisinya, selama 1999-2009 yang memungkinkan pengulangan serupa pada 2014.

Pada Pemilu 1999 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mendapat suara terbanyak mencapai 33,74 persen suara nasional, kemudian turun pada saat Partai Golongan Karya (Golkar) menjadi pemenang Pemilu 2004 dengan 21,58 persen suara. Penurunan juga kembali terjadi pada perhelatan berikutnya, Partai Demokrat hanya membutuhkan raupan suara sebesar 20,58 persen untuk ditasbihkan menjadi pemenang Pemilu 2009.

Apa yang di prediksikan Presiden SBY pada makan malam bersama pimpinan redaksi saya rasa ada benarnya bahwa, pemilu 2014 tidak ada partai yang domonan. Kalau kita amati memang sekarang ini kecenderungan belum ada partai yang sangat dominan karena belum ada partai yang dapat 25 persen hingga bisa mencalonkan capres-cawapres.

Terakhir penulis hanya berharap bahwa, Partai politik dari mana pun yang menjadi pemenang pemilu 2014 seharusnya bukan hal yang perlu dirisaukan. Yang terpenting adalah bahwa parpol pemenang pemilu tersebut idealnya merupakan parpol yang paling mampu memahami kehendak rakyat. Oleh karena itu, pemilu harus menjadi momentum untuk melakukan koreksi atas penyimpangan dan ketidakadilan atau ketidakbenaran dalam berpolitik dan bernegara.(**)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun