Meskipun Poros baru yang akan digulirkan Ketua Umum Partai Demokrat SBY hingga kini belum diketahui kemana arahnya. Namun dari gelagat yang muncul, poros baru SBY ini dinilai akan memiliki makna penting dalam konstalasi politik dalam Pilpres 2014.
Poros baru yang akan digulirkan Partai Demokrat dan SBY diyakini bisa menimbulkan kejutan dalam panggung politik nasional. Wacana poros baru Partai Demokrat bisa menjadi bola panas dalam pemetaan koalisi partai politik (parpol) menghadapi pemilu presiden (pilpres) yang akan digelar pada 9 Juli 2014. Namun banyak yang berpendapat wacana pembentukan poros keempat yang dimotori oleh Partai Demokrat di Pilpres 2014 ternyata akan mengancam posisi poros koalisi lain.
Lahirnya poros baru tersebut jelas mengacaukan langkah pematangan koalisi yang dibangun calon presiden (capres) Partai Gerindra Prabowo Subianto dan capres Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB). Peta koalisi pun berkembang sangat cepat dari prediksi awal yang hanya terdapat tiga poros menjadi empat, yakni PDI Perjuangan, Partai Gerindra, Partai Golkar, dan Partai Demokrat. PDIP pun sempat ketar-ketir meski koalisinya sudah aman bersama Partai Nasdem.
Sementara Partai Golkar, Partai Gerindra, dan Partai Demokrat harus bersaing untuk memperebutkan dukungan parpol menengah sebagai mitra koalisi. Meskipun tidak ada jaminan parpol menengah khususnya partai berbasis massa Islam lebih dekat ke poros baru Demokrat. Meskipun poros baru Demokrat akan bersaing ketat dengan poros Prabowo. Keduanya memang harus berupaya menggalang kekuatan dari partai menengah seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Hanura.
Partai Demokrta meskipun sudah tidak dapat lagi mencalonkan diri sebagai presiden dan perolehan suara Partai Demokrat mengalami penurunan, pengaruh SBY tetap patut diperhitungkan dalam mengubah peta koalisi. Banyak yang mengakui pergerakan dan komunikasi politik Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sangat kuat untuk mewujudkan poros keempat, namun itu semua Kuncinya ada di SBY. Jika SBY mau bergerak, maka peluang sangat besar.
Peluang dari Partai Demokrat dalam membentuk koalisi sendiri itu sangat besar. Perolehan suara yang didapatkan Partai Demokrat tidak sedikit dan sosok-sosok hasil konvensi adalah faktor yang membuat Partai Demokrat bisa membentuk poros tengah. Bahkan menurut pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, Partai Demokrat mempunyai ahli strategi yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tidak dipunyai partai lain.
Peluang PD
Meskipun Partai Demokrat berada di posisi keempat hasil hitung cepat, Partai Demokrat tetap merupakan partai politik yang luar biasa di bawah koordinasi ketua umumnya. Pada saat ini, partai lain sibuk membentuk koalisi akan tetapi Partai Demokrat terlihat tenang. Hanya saja banyak isu-isu yang menyebut Partai Demokrat akan berkoalisi ke partai ini atau itu. Selain itu juga, tak banyak komentar dari SBY maupun kader partai soal hasil pemilihan legislatif (pileg).
Ini adalah bagian dari strategi yang diterapkan. Munculnya kabar tiba-tiba soal rencana Partai Demokrat membentuk koalisi baru, lepas dari tiga besar pemenang versi hitung cepat adalah contohnya. Dengan isu ini tentu membuat banyak partai lain kelabakan.
Bisa kita bayangkan apabila Partai Demokrat bisa menarik mitra koalisi yang sudah merapat sejak 2009 lalu yakni PKS, PPP, PAN, PPP bahkan PBB. Tentu saja Partai Golkar dan Partai Gerindra akan terancam tidak akan mendapatkan kawan koalisi atau kekurangan persyaratan untuk mengajukan capresnya. Sementara PDI telah cukup berkoalisi dengan Nasdem.
Partai Demokrat memang belum punya capres akan tetapi Partai Demokrat punya stok melimpah dari hasil konvensi. Perolehan hampir 10 persen suara juga bakal jadi penentu. Apalagi Partai Demokrat mempunya sosok SBY yang tidak dipunyai partai lain.
Jangan lupakan kita akan efek SBY, dimana perolehan suara Partai Demokrat melebihi hasil survey selama ini, yang semula diprediksi Partai Demokrat hanya akan meraih 4 persen suara namun ternyata bisa mencapai 10 persen. Oleh karena itu bisa kita bayangkan apabila kekuatan yang diperoleh apabila Partai Demokrat berkoalisi dengan partai yang berkoalisi sejak tahun 2009 yang lalu, maka dapat dipastikan partai lain tentu akan terancam.(***)
Salam kompasiana, Suroboyo 30 April 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H