Cakupan UN juga terlalu sempit untuk mengevaluasi sistem pendidikan karena hanya berfokus pada aspek kognitif dan tidak menyertakan informasi kontekstual penting lainnya yang mempengaruhi capaian pembelajaran dalam kurikulum merdeka.Â
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, PSPK merekomendasikan:Â
- pengembangan dan implementasi sistem asesmen terstandar nasional yang selaras dengan tujuan pendidikan nasional,Â
- asesmen nasional berbasis sampel untuk menjaga agar asesmen tetap bersifat low-stakes sehingga dapat memberikan gambaran akurat mengenai capaian pembelajaran anak,Â
- asesmen juga harus dilengkapi dengan informasi kontekstual yang lengkap, danÂ
- asesmen tidak dilakukan di akhir jenjang sehingga dapat menjadi umpan balik untuk perbaikan pembelajaran.Â
Upaya ini perlu didukung dengan peningkatan kapasitas guru, kepala sekolah dan dinas pendidikan dalam merancang dan melaksanakan asesmen yang sesuai dengan kebutuhan murid. Guru Indonesia harus dilatih membuat asesmen yang baik.
Soal dirancang berdasarkan konteks dunia nyata untuk mendorong murid berpikir kritis dengan menerapkan pengetahuan dan pemahaman tentang fakta-fakta, relasi, proses, konsep, prosedur, dan metode terkait persamaan dan pertidaksamaan linier pada konteks situasi nyata untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan.Â
Siswa atau murid tidak hanya dilatih untuk melakukan prosedur perhitungan algoritma, tetapi juga menerapkan konsep tersebut untuk pemecahan masalah di dunia nyata.Â
Hasil pengukuran dapat dihubungkan dengan capaian kompetensi murid pada beberapa mata pelajaran yang melibatkan kemampuan numerasi.Â
Demikianlah kisah Omjay tentang pertanyaan Gue Benci Ujian Nasional (UN) Yang Dipaksakan Generasi Tua, Mengapa? Semoga bermanfaat buat pembaca kompasiana tercinta.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay/Kakek Jay
Guru Blogger Indonesia