Guru honorer adalah pahlawan pendidikan yang sering kali terabaikan. Mereka mengabdikan diri dengan tulus, namun harus menghadapi berbagai kesulitan yang membuat perjalanan mereka penuh derita. Omjay banyak mendengarkan cerita pak Acep Sopin ketika menjadi guru honorer di sekolah negeri.
Berikut adalah beberapa aspek dari derita yang dialami oleh guru honorer:
1. Ketidakpastian Finansial
Salah satu derita terbesar yang dialami guru honorer adalah ketidakpastian dalam hal gaji. Banyak dari mereka yang tidak menerima gaji secara teratur, bahkan ada yang harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan bayaran. Hal ini membuat mereka sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membayar sewa, membeli makanan, dan pendidikan anak.
2. Kurangnya Pengakuan
Meskipun memiliki peran penting dalam pendidikan, guru honorer sering kali merasa diabaikan. Mereka tidak mendapatkan pengakuan yang layak atas kontribusi mereka. Dalam banyak kasus, mereka tidak diikutsertakan dalam pelatihan atau program pengembangan profesional, yang mengakibatkan stagnasi dalam pengembangan diri dan kemampuan mengajar.
3. Beban Kerja yang Berat
Guru honorer sering dihadapkan pada beban kerja yang lebih berat dibandingkan dengan guru tetap. Mereka mengajar di beberapa sekolah sekaligus untuk memenuhi kebutuhan finansial, yang mengakibatkan waktu dan perhatian mereka terbagi-bagi. Hal ini tidak hanya mempengaruhi kualitas pengajaran, tetapi juga kesehatan fisik dan mental mereka.
4. Stigma Sosial
Ada persepsi negatif di masyarakat terhadap guru honorer, yang sering dianggap kurang profesional atau tidak sebanding dengan guru tetap. Stigma ini membuat mereka merasa kurang dihargai dan terkadang tidak dihormati oleh siswa, orang tua, atau bahkan rekan kerja.
5. Keterbatasan Akses Sumber Daya