Sekarang Omjay kagak punya uang. Tadi pagi terpaksa ngutang dulu sama bang darwis tukang bubur langganan. Hari ini Omjay lupa ambil uang cash di ATM depan sekolah. Pas mau beli bubur ayam tak ada uang cash. Padahal cuma Rp. 10.000 harga bubur ayamnya.
Abang Darwis belum punya barkot untuk bisa dibayar pakai uang digital. Jadi Omjay terpaksa utang dulu. Untunglah Abang Darwis punya e-walet yang bernama dana. Omjay langsung transfer ke nomor dana bang Darwis pakai akun rekening bank BNI.
Sewaktu belajar di China university of mining technology atau cumt, semua pedagang di sana sudah punya barkot digital. Semua pembeli tinggal bayar pakai ponsel masing-masing. Sangat praktis dan tidak memerlukan uang kembalian.
Sekarang kalau ditanya pernahkah Omjay tak punya uang kertas? Pernah. Tapi uang cash atau uang kertas yang tinggal bayar kalau mau belanja. Sekarang uang ada di HP bukan lagi di dompet.
Tadi pagi Omjay ambil uang di ATM bank BNI. Uang kertas Rp. 250.000 masuk dompet. Omjay panggil tukang lontong sayur untuk makan siang. Bayar Rp  12.000 sudah cukup kenyang. Alhamdulillah harga kaki lima rasa bintang lima.
Setelah makan lontong sayur, datang tukang es cendol campur. Rasanya enak sekali. Harganya cuma Rp. 10.000. Alhamdulillah semuanya dibayar pakai uang kertas dan bukan uang digital. Rasa lapar dan hauspun hilang.
Jadi pernahkah kamu tak punya uang? Pernah. Saat masih bayi Omjay tak punya uang dan bahagia bersama keluarga tercinta. Ayah dan ibu selalu memberi Omjay uang jajan buat jajan di sekolah. Itulah Masa terindah dalam hidupku.
Salam blogger persahabatanÂ
Omjay/Kakek Jay
Guru blogger IndonesiaÂ