Seorang kawan yang baik hati bertanya kepada Omjay. Alhamdulillah Omjay baru saja sholat berjamaah di masjid. Pertanyaanya gampang-gampang susah. Bagaimana mengatasi guru toxic di sekolah dan lingkungan pendidikan?
Artikel kisah Omjay kali ini untuk menjawab pertanyaan tersebut. Omjay mulai mencari tahu jawabnya dan dibantu kecerdasan buatan atau AI untuk menjawabnya. Ditambah pengalaman Omjay menjadi guru di sekolah SMP Labschool Jakarta.
Mengenali dan mengatasi Guru Toxic di sekolah dan Lingkungan Pendidikan tidaklah mudah. Semoga kisah Omjay ini dapat memberikan pencerahan buat kawan-kawan pembaca Kompasiana tercinta.
Dalam dunia pendidikan, peran guru sangat krusial dalam membentuk karakter dan pengetahuan siswa.Â
Namun, tidak jarang kita menemukan guru yang memiliki sifat atau perilaku yang dapat dikategorikan sebagai "toxic".Â
Guru toxic dapat mempengaruhi psikologis dan perkembangan siswa secara negatif.
Artikel kisah Omjay ini akan membahas ciri-ciri guru toxic, dampaknya, serta cara mengatasinya.
Ciri-Ciri Guru Toxic adalah:
1. Komunikasi Negatif:
Guru toxic seringkali menggunakan bahasa yang merendahkan atau menghina siswa. Mereka mungkin mengkritik siswa secara berlebihan di depan teman-teman sekelasnya, yang dapat merusak rasa percaya diri siswa. Hal ini tentu saja tidak baik buat perkembangan karakter siswa.
2. Kurangnya Empati:Â
Mereka tidak menunjukkan perhatian atau pemahaman terhadap kebutuhan dan perasaan siswa. Ketidakpedulian ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang tidak mendukung.
3. Favoritisme:Â
Guru toxic cenderung memiliki siswa favorit dan memberi perlakuan yang berbeda kepada siswa lainnya. Hal ini bisa menimbulkan rasa tidak adil dan kecemburuan di antara siswa. Hal ini tentu saja kurang baik untuk perkembangan siswa yang sedang belajar di sekolah.
4. Kekuasaan Berlebihan:Â
Mereka seringkali menyalahgunakan otoritasnya, membuat siswa merasa tertekan dan tidak nyaman. Ini dapat menciptakan suasana kelas yang menakutkan sekaligus juga menegangkan. Siswa tidak merasa menyenangkan berada di sekolah.
5. Menolak Masukan:Â
Guru toxic umumnya tidak menerima kritik atau masukan dari siswa maupun rekan kerja. Mereka cenderung mempertahankan pandangan mereka tanpa bersedia untuk mendengarkan perspektif orang lain. Kalau hal ini dibiarkan akan membawa citra sekolah menjadi kurang baik di mata masyarakat.
Adapun Dampak Guru Toxic adalah:
1. Kesehatan Mental Siswa menjadi terganggu:Â
Lingkungan belajar yang toxic dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi pada siswa. Mereka yang mengalami perlakuan negatif secara terus-menerus mungkin merasa putus asa. Hal ini harus segera diketahui oleh guru lainnya di sekolah. Khususnya guru bimbingan dan konseling.
2. Penurunan Prestasi Akademik:
Ketidaknyamanan di dalam kelas dapat mengganggu konsentrasi dan motivasi siswa, yang pada akhirnya berdampak pada prestasi akademik mereka.
3. Hubungan Sosial yang Buruk:Â
Lingkungan kelas yang tidak sehat dapat menciptakan konflik di antara siswa, serta mengurangi kemampuan mereka untuk bekerja sama dan berinteraksi secara positif.
Cara Mengatasi Guru Toxic adalah:
1. Komunikasi Terbuka:Â
Siswa dan orang tua perlu memiliki saluran komunikasi yang baik dengan pihak sekolah. Melaporkan perilaku guru yang tidak pantas dapat membantu menciptakan perubahan.
2. Dukungan dari Rekan Kerja:Â
Guru lain di sekolah juga perlu bersolidaritas dan mendukung satu sama lain untuk menciptakan lingkungan yang positif. Mereka bisa saling berbagi pengalaman dan strategi untuk mengatasi situasi yang sulit.
3. Pelatihan untuk Guru:Â
Sekolah harus menyediakan pelatihan tentang kecerdasan emosional dan komunikasi yang baik untuk guru. Ini bisa membantu mereka memahami dampak dari perilaku mereka terhadap siswa.
4. Fasilitasi Sesi Konseling:Â
Jika perilaku guru toxic sudah berakar, sesi konseling untuk siswa dapat menjadi solusi. Ini memungkinkan siswa untuk mengekspresikan perasaan mereka dan mendapatkan bantuan profesional.
5. Pendidikan untuk Siswa:Â
Mendidik siswa tentang cara mengenali dan menghadapi perilaku toxic dapat memberdayakan mereka untuk berbicara dan mencari bantuan saat diperlukan.
Penutup dan Kesimpulan
Menghadapi guru toxic memang merupakan tantangan tersendiri dalam dunia pendidikan.
Namun, dengan komunikasi yang baik, dukungan dari berbagai pihak, dan kesadaran akan dampak negatif yang ditimbulkan, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat dan mendukung bagi semua siswa.
Pendidikan seharusnya menjadi tempat yang aman dan inspiratif, bukan sebaliknya.
Demikianlah kisah Omjay tentang bagaimana mengatasi guru toxic di sekolah dan lingkungan pendidikan. Semoga bermanfaat buat pembaca kisah Omjay. Aamiin.
Salam blogger persahabatanÂ
Omjay/Kakek Jay
Guru blogger IndonesiaÂ
Blog https://kompasiana.com/omjaylabs
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H