Guru yang menjalankan tugas, pokok, dan fungsinya dengan baik. Mereka adalah para guru yang mampu menjadi guru tangguh berhati cahaya. Wajahnya beraroma surga. Enak dipandang mata karena keiklasannya menyinari dunia pendidikan.
Secara falsafati eh filsafati, pendidikan adalah proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta, beserta segenap isi dan peradabannya. Itulah sebenarnya tujuan dari sebuah pendidikan. Kita pasti sepakat tentang itu untuk menjadikan Indonesia lebih baik.
Pendidikan di dalamnya pasti ada mendidik. Untuk mendidik Indonesia yang lebih baik, kita harus memiliki kesadaran bertujuan, kesadaran berperaturan, dan kesadaran berprestasi. Ketiga kesadaran itu harus masuk dalam relung hati kita yang terdalam.
Omjay menjadi teringat kembali ketika menjadi mahasiswa baru di Jurusan Elektro FT UNJ/IKIP Jakarta tahun 1990. Ada sebuah tujuan yang ditargetkan, Omjay harus lulus dari kampus ini tepat waktu.Â
Oleh karena itu, Omjay memiliki kesadaran untuk mentaati aturan akademik yang ada. Dengan mentaati aturan yang ada Omjay berusaha untuk menjadi mahasiswa berprestasi.Â
Alhamdulillah beasiswapun Omjay terima dan nyaris tanpa keluar biaya untuk menyelesaikan kuliah di kampus tercinta ini. Omjay mendapatkan beasiswa Program Peningkatan Akademik (PPA) dari departemen pendidikan dan kebudayaan (depdikbud) saat itu.
Sebagai seorang mahasiswa calon guru, Omjay pahami betul hakikat mendidik dengan hati. Tak ada cara yang paling ampuh selain keteladanan yang kita lakukan. Dengan keteladanan kita berusaha untuk menjadi contoh pancasila yang berjalan.Â
Walaupun harus disadari Omjay bukan manusia yang sempurna. Sebab tak ada manusia yang sempurna di dunia ini, kecuali para nabi dan Rasul Allah. Mereka adalah manusia yang diutus Allah untuk memperbaiki akhlaq manusia.
Untuk mendidik generasi emas Indonesia yang lebih baik, haruslah dimulai dari diri kita sendiri. Perbanyak introspeksi diri lalu tularkan apa yang kita kuasai agar dapat bermanfaat buat orang banyak. Apalah artinya hidup, bila kita seperti mayat yang berjalan. Ada atau tidak ada sama saja situasinya.
Jadilah manusia yang keberadannya dirindukan oleh manusia yang lain. Bila gak ada "elo", rasanyanya gak rame. Keberadaan kita benar-benar dibutuhkan dan dirasakan oleh teman sejawat dan apa yang kita lakukan memberikan kesan tersendiri di hati orang lain. Itulah contoh manusia unggul.