Seorang kawan yang baik hati sedang sedih sekali. Pasalnya tulisannya di kompasiana sepi pembaca, dan jarang dipilih admin kompasiana. Omjay eh Kakek Jay membaca curhatnya saat sedang mengadakan syukuran kelahiran cucu pertama kakek Jay di rumah secara sederhana.Â
Ayah Fazar, mantu Omjay datang ke rumah bersama keluarganya. Jadilah rumah kami menjadi ramai. Kakek Jay sendiri belum sempat menulis di kompasiana. Sebab sibuk sekali melayani para tamu yang datang ke rumah kami di Jatibening, Bekasi. Baru bisa santai setelah diminta istri menjaga cucu pertama Omjay tidur nyenyak. Omjay mengamati wajahnya yang cantik mirip mamahnya ketika pertama lahir ke dunia.
Apa yang harus dilakukan agar tulisan kita tidak sepi pembaca?
Lakukan apa yang pernah Omjay alami. Waktu itu tulisan Omjay sepi pembaca. Setiap kali menulis artikel di Kompasiana, Omjay jarang membagikan tulisan Omjay itu ke media sosial. Â Omjay berharap akan banyak yang membaca tulisan omjay.
Akhirnya tulisan Omjay sepi pembaca. Kemudian Omjay membuat banyak WhatsApp group dan bergabung bersama komunitas penulis Kompasiana. Alhamdulillah setelah bergabung, tulisan Omjay tak pernah lagi sepi pembaca. Sebab tulisan Omjay itu selalu ada dalam berbagai WhatsApp group dan media sosial yang Omjay ikuti.
https://chat.whatsapp.com/D64wRcXQ3B7FuAdpPDn1gg
Menulis itu seperti menghidangkan buah pepaya yang manis. Ada yang suka dan ada yang tidak suka memakannya. Mereka yang suka pasti akan melahapnya sampai habis. Bila tak suka mereka hanya melihatnya saja.
Penulis tidak boleh memaksa orang lain untuk membaca tulisannya. Biarkan pembaca menikmati tulisanmu. Kalau dibutuhkan oleh pembaca, pasti tulisan anda akan menemui takdirnya. Tanpa dibagikan pun akan banyak yang membacanya.