Pernahkah anda terjebak dengan rutinitas kerja? Rutinitas ini adalah kisah Omjay di tahun 2009. Omjay tuliskan kembali di blog kompasiana untuk pelajaran buat kita, dan Omjay sendiri sebagai orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Malam ini Omjay merenung. Omjay mengingat kembali apa yang telah dilakukan hari ini. Letih rasanya semua tubuh tambun ini. Semua badan terasa pegal minta dipijiti. Tetapi karena hidup adalah perbuatan, maka semua itu harus dilalui. Pergi pagi pulang malam hari. Meninggalkan anak-istri demi mencari sesuap nasi. Semua itu Omjay lakukan dengan niat ibadah kepada Allah. Penguasa langit dan bumi.
Mohon maaf bila Omjay terlalu NARSIS menceritakan ini. Tak ada niat lain, selain ingin berbagi pengalaman hari ini. Mungkin apa yang Omjay alami sama dengan yang anda alami, sehingga waktu bersama keluarga menjadi sangat singkat dan tanpa kita sadari, kita telah terjebak dalam rutinitas kerja yang melupakan keluarga kita masing-masing.
Omjay teringat kembali waktu pagi hari terbangun. Masih pukul 04.30 pagi. Omjay pergunakan kesempatan itu untuk  pergi ke kamar mandi dan langsung mengguyur tubuh untuk mandi.Â
Dinginnya udara pagi hari tak dirasakan lagi karena sudah terbiasa mandi air dingin. Setelah mandi, seperti biasa Omjay langsung berpakain lalu bergegas ke masjid untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah.Â
Pada saat pergi untuk sholat subuh itu biasanya Omjay sudah berpakaian dinas lengkap, dan siap untuk berangkat ke sekolah. Sebab jarak tempauh dari rumah ke sekolah sekitar 35 km.
Setelah sholat subuh sekitar pukul 05.00 pagi, Omjay langsung bergegas menyiapkan barang bawaan dan juga  tas yang isinya laptop dan beberapa buku. Seperti biasa istri kedua saya (baca sepeda motor) telah siap mengantarkanOmjay ke sekolah.Â
Perjalanan dari rumah ke sekolah sekitar 45 menit bila tidak macet, dan bila macet, bisa lebih dari satu jam. Karena itu saya selalu membiasakan berangkat lebih pagi agar tak terjebak kemacetan Jakarta.Â
Apalagi saat itu adalah hari ketiga Omjay mengawas Ujian Nasional di sekolah lain. Bila sampai terlambat akan membuat citra sekolah akan malu. Karena itu Omjay jaga institusi Labschool ini baik-baik di mata teman-teman pengawas UN agar Omjay tak terlambat.
Sesampai di sekolah SMP Labschool Jakarta, jam telah menunjukkan hampir pukul 06.00 pagi. Omjay sarapan pagi dulu bersama teman-teman pengawas lainnya yang berasal dari sekolah lain.Â
Selesai makan pagi, Omjay langsung  tancap gas bergegas ke SMPN 74 tempat Omjay mengawas UN. Sekitar jam 7.00 pagi, Omjay telah sampai di sekolah tempatmengawas UN. Lalu mengobrollah Omjay sebentar dengan pengawas UN lainnya sambil menunggu waktu bel dimulainya UN.
Pukul 07.30 kami masuk ruangan dan membagikan soal dan LJK kepada siswa yang berjumlah 20 orang. Selama jam mengawas itu, Omjay menyempatkan diri sedikit demi sedikit menulis untuk buku pengayaan TIK SMP yang akan dibuat.Â
Alhamdulillah jadi juga outlinenya. Sambil mengawas itu, Omjay mencoba memanfaatkan waktu dengan banyak menulis di kertas menggunakan pensil. Apa yang Omjay ingat, itu yang ditulis.Pokoknya menulis saja, urusan editing nanti belakangan.
Bel berbunyi tanda waktu UN hari ini telah selesai. Jam dinding telah menunjukkan pukul 10.00 pagi. Setelah menyerahkan soal dan LJK UN kepada panitia, Omjay pun pamit dan kembali ke sekolah.Â
Telah banyak tugas sekolah menanti. Mulai dari pembuatan instrumen penelitian yang belum selesai, menyelesaikan buku TIK, persiapan ujian sekolah, dan seperti biasanya "ngenet"Â sebentar untuk membaca Kompasiana tercinta.
Tak terasa waktu sholat dzuhur tiba, dan Omjay pun berhenti sejenak dari rutinitas kerja. Pergi ke masjid sekolah untuk melakukan sholat berjamaah. Memang agak sulit menjaga sholat5 waktu berjamaah.Â
Omjay paksakan untuk berdisiplin dengan menjaga sholat berjamaah tepat pada waktunya. Selesai sholat dan makan siang, Omjay pun kembali bekerja. Tekun dan fokus dengan pekerjaan sebagai seorang guru di sekolah.
Sedang asyiknya melanjutkan pekerjaan, Omjay dikejutkan dengan bunyi suara handphone. Lalu terdengar suara di telinga Omjay, "Jay kita telah ditunggu rapat dengan Prof. Atwi Suparman."Â
Masya Allah Omjay lupa kalau hari ini ada rapat jam 2 siang di Fakultas Ilmu pendidikan UNJ. Lalu segeralah Omjay pergi menuju tempat itu. Untungnya tidak terllau jauh tempatnya dan tinggal jalan kaki.
Rapat ternyata telah dimulai dan Omjay termasuk orang yang datang terlambat. Malu juga rasanya, karena tak tepat waktu. Prof Atwi Suparman (mantan rektor Universitas Terbuka) telah memulai rapat, dan tampak peserta rapat sangat serius mendengar beliau bicara.Â
Omjay masih ingat perkataan beliau, "seminar nasional ini harus sukses dan kita perlu berpikir dan bekerja keras agar seminar  ini dapat berjalan dengan baik, mengingat waktunya yang tinggal sebentar lagi".Â
Lama juga Omjay menjadi pendengar yang baik, dan akhirnya Omjay pun dapat berinteraksi dalam rapat itu dan memberikan sedikit masukan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik.
Lagi-lagi tanpa terasa waktu telah menunjukkan hampir pukul 5 sore. Omjay lupa belum sholat Ashar. Rapat yang alot membuat Omjay terlupa bahwa waktu sholat Asahar sebentar lagi habis.Â
Pergilah Omjay ke masjid kampus sebentar. Selang 10 menit, lalu bergabunglah Omjay kembali dalam rapat itu. Diskusi rapat makin seru, dan terjadilah "dead lock". Kita masih belum ada kata sepakat.
Rapat selesai mendekati magrib. Tak berapa lama adzan magrib berkumandang, Omjay pun sholat berjamah di masjid sekolah. Selesai sholat, Omjay kembali ke ruang kerja dan mengemasi barang-barang bawaan lalu pulang dengan semangat 45. (Horee bisa pulang).
Macetnya Jakarta mengiringi perjalanan pulang Omjay. Sesampai di dekat rumah, adzan isya berkumandang. Omjay sempatkan mampir untuk sholat isya di masjid. Setelah itu baru kemudian pulang ke rumah. Jam telah menunjukkan pukul 19.45 malam.
Rupa-rupanya, si bungsu belum dibelikan susu, dan si sulung belum dibelikan Chiki. Setelah mandi Omjay antar putri bungsu membeli susu di supermarket. Alangkah bahagianya mereka.Â
Bukan karena dibelikan barang atau makanan oleh ayahnya, tetapi karena bisa pergi bersama ayah. Bagi mereka bisa pergi bersama, dan makan bersama sudah merupakan suatu kebahagiaan. Kebahagian itu sederhana bagi anak seusia mereka.
Begitu cepatnya waktu berlalu. Rutinitas kerja telah membawa Omjay kepada kegiatan yang sangat padat dan melupakan keluarga yang telah menunggu. Menunggu ayahnya yang terjebak rutinitas kerja.
Maafkan ayah, semoga besok bisa pulang lebih cepat dan bisa berkumpul bersama kalian lebih banyak. Wahai para pembaca, apakah anda juga pernah terjebak dengan rutinitas kerja?
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H