Kedua jenis guru penggerak tersebut sama-sama hebat. Kehebatan keduanya seharusnya mengharumkan nama Indonesia. Anak Indonesia harus cerdas karena dibimbing oleh guru yang cerdas pula. Sejatinya semua guru adalah guru penggerak.
Mari kita saling bahu-membahu untuk membersamai anak didik dengan sepenuh hati. Tanggalkan baju kesombonganmu dan mulailah belajar bersama membentuk komunitas belajar.
Masalah kesejahteraan guru, kita harus bersatu untuk mewujudkannya. PGRI selalu bersama kita para guru. Mari kita pikirkan bersama bagaimana meningkatkannya.
Tetap Semangat! Terus belajar sepanjang hayat dan menjadi guru yang dirindukan oleh anak didiknya. Menjadi teladan buat rekan sejawatnya. Itulah pesan Mendikbud ristek Nadiem Makarim.
Jadi jangan sombong ketika anda sudah dinyatakan lulus program pendidikan guru penggerak. Jangan congkak ketika anda menjadi admin wa group guru penggerak. Biarkan orang lain membagikan ilmunya lewat tulisan dan jadilah guru yang melek literasi digital dan literasi finansial.
Guru penggerak seharusnya mau membagikan ilmunya kepada guru lainnya. Tetap rendah hati dan tidak menganggap dirinya paling hebat. Jangan sombong ketika anda terpilih dan diberi amanah menjadi kepala sekolah atau pengawas. Tetap rendah hati dan menerapkan ilmu padi. Kian berisi kian merunduk.
Demikian kisah Omjay kali ini tentang kesombongan seorang guru penggerak yang sudah dinyatakan lulus menjadi seorang guru penggerak Kemdikbudristek.Â
Tulisan ini Omjay buat untuk saling menasehati serta introspeksi diri dan siap menerima masukan atau kritik agar menjadi guru tangguh berhati cahaya. Guru yang tak pernah mengeluh dan mampu mengatasi semua masalah dengan senyuman termanisnya.
Salam blogger persahabatanÂ
OmjayÂ