Ada sebuah pertanyaan yang sulit dijawab dengan matematika Allah. Kalau berdasarkan logika matematika, seharusnya mereka merugi. Namun Allah Maha Adil. Mereka semua bisa bertahan hidup di kota Bandung.
"Indit tunduh teu indit butuh' artinya pergi ngantuk. Tidak pergi perlu. Itulah falsafah orang Sunda yang sangat bagus maknanya.
Inilah jawaban terindah dari Allah. Omjay tanya apa resepnya kang Asep Surya bisa bertahan di kondisi sulit saat ini?Â
Ternyata jawabannya ketemu dan lucu. Omjay dibuat tersenyum pagi ini. Setiap bulan mereka membantu mengumpulkan donasi untuk anak yatim. Alhamdulillah sampai saat ini rutin mereka lakukan.
Secara kebetulan Omjay diberi amanah oleh sekolah untuk menyalurkan zakat fitrah. Omjay langsung kirimkan donasinya kepada Allah. Semoga dapat digunakan untuk membahagiakan anak yatim di hari raya idul Fitri nanti.
Kalau dipikir-pikir lucu juga ya. Jumlah pemasukan berjualan menurun. Namun mereka masih bisa mendapatkan keuntungan walaupun kecil. Mental mereka dalam berjualan memang bermental baja dan tetap fokus berjualan setiap harinya.
Omjay sendiri menjadi tersenyum dan mentertawakan diri sendiri. Sekarang Omjay menjadi seorang penulis. Setiap hari menulis apa yang Omjay kuasai dan sukai. Omjay menuliskannya di https://kompasiana.com/wijayalabs
Setiap tulisan Omjay belum tentu dibaca oleh orang lain. Omjay selalu rajin membagikannya di media sosial yang Omjay ikuti. Termasuk juga berbagai WhatsApp group yang Omjay ikuti. Bahkan ada admin WhatsApp group yang langsung mengunci wag supaya Omjay tidak berkirim tulisan di wag tersebut. Oh my God!
Bagi Omjay membagikan tulisan itu sedekah. Jadi Omjay tersenyum saja bila mereka tak mau membacanya. Bila dibaca akan banyak pencerahan yang diterima, dan bila tak dibaca ya tidak apa-apa.
Seperti kang Asep Surya yang menjadi pedagang di pasar tumpah Jerman ini. Banyak orang yang datang melihat barang dagangannya. Namun, tak semua orang membelinya. Beliau tetap tersenyum ramah bahkan kepada orang yang memarkirkan mobilnya di depan dagangannya.