Nah, untuk makan atau sarapan pagi biasanya jarang. Kami baru makan siang dengan nasi di saat istirahat kuliah di kampus UNJ yang waktu itu bernama IKIP Jakarta. Kami makan di kantin sastra yang murah meriah. Dengan uang hanya Rp. 5.000 sudah kenyang sampai malam hari. Kalau sekarang sudah susah cari makan kenyang dengan uang segitu.
Siapa saja yang menjadi para pemburu takjil?
Para pemburu takjil biasanya mahasiswa dan anak-anak sekitar kampus. Sore hari kami sudah kumpul di masjid kampus dan antri mengambil takjil dan nasi kotak.Â
Saat menjadi guru di SMP Labschool Jakarta Timur, Omjay menjadi panitia buka puasa masjid Baitul Ilmi Labschool UNJ. Omjay dan kawan-kawan diminta untuk membagikan takjil kepada para mahasiswa dan anak-anak sekitar kampus UNJ Rawamangun Jakarta Timur. Juga para musafir yang datang untuk ikut berburu dan berbuka puasa bersama. Senang sekali rasanya.
Kapan Omjay menjadi para pemburu takjil?
Omjay menjadi mahasiswa IKIP Jakarta dari tahun 1990 sampai 1994. Saat menjadi mahasiswa itulah Omjay suka berburu takjil di saat bulan ramadan. Kebetulan Omjay juga aktif menjadi aktivis lembaga dakwah kampus musholla mahasiswa IKIP Jakarta. Omjay pernah menjadi ketua musholla Al Biruni Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan atau FPTK IKIP Jakarta.
Dimana Omjay menjadi para pemburu takjil?
Omjay menjadi pemburu takjil di masjid kampus yang bernama masjid at takwa Rawamangun Jakarta Timur. Waktu itu banyak kawan-kawan kampus IKIP Jakarta yang juga tinggal di masjid kampus.Â
Mengapa Omjay menjadi para pemburu takjil?
Waktu itu Omjay tak punya uang banyak untuk makan di warung makan setiap hari selama bulan Ramadan. Sementara itu tak ada kiriman uang dari orang tua. Jadi kami benar-benar mandiri hidup di ibukota Jakarta.
Bagaimana caranya Omjay dapat sukses menjadi para pemburu takjil?