Pendahuluan
Dahulu Omjay adalah anak kost. Kami ngekost di depan kampus IKIP Jakarta yang sekarang menjadi kampus UNJ. Omjay sekamar dengan pak Warisno yang sekarang menjadi teman mengajar Omjay di SMP Labschool Jakarta. Beliau mengajar PPKN bersama pak Erwin Marwiansyah.
Waktu itu kami tidak punya dapur untuk memasak. Jadi setiap hari anak ibu kost mengirimkan kami termos air panas. Kalau lagi mujur suka dikasih pisang goreng oleh ibu kost. Pisang goreng diberikan oleh anak ibu kost yang cantik.
Salah satu dari kami berharap jadi menantu ibu kost. Tapi sayang gagal total, karena anak ibu kost ternyata sudah punya pacar. Kami langsung patah hati. He-he-he.
Supaya uang makan tidak terlalu banyak keluar, kami membeli satu kardus Indomie. Kami masaknya pakai teko listrik yang biasa dipakai untuk membuat air panas. Pokoknya saat itu Indomie menjadi makanan kesukaan kami.Â
Saat berbuka puasa, kami biasa ke tukang soto dan pecel lele yang ada di depan kampus IKIP Jakarta, sekarang UNJ. Di warung itu kami bisa ngutang dulu bila belum ada uang. Tak ada kreasi apapun selama menjadi anak kost. Kami hampir tak pernah masak. Jadwal kami berbuka puasa di masjid atau kampus yang menyiapkan takjil gratis. Hehehe.
Setelah Pak Warisno lulus, beliau keluar dari kamar kost, dan Omjay digantikan sama Imam. Belum 2 bulan bersama Imam, Omjay ditawari teman satu jurusan untuk mengontrak rumah di jalan Haji Ten III Rawamangun Jakarta Timur. Katanya bisa lebih enak dan luas tempatnya.Â
Akhirnya kami mengontak rumah 7 orang. Acep (Garut) sama Dida (GARUT) di kamar depan, Agus (Cianjur), Muksin (Condet), dan Omjay (Bekasi) di kamar tengah, dan Sulis (Malang) sama Jaman (Medan) di kamar atas. Kami juga mengajar kursus komputer di kampus IKIP Jakarta/UNJ.
Setelah mengontrak rumah, kami terbiasa makan sahur dan buka puasa di rumah kontrakan. Kalau tidak sempat masak, kami beli di warung makan terdekat. Kalau urusan masak, Muksin paling pinter. Sekarang Muksin jadi dosen di UNJ Rawamangun, Jakarta Timur. Kabarnya beliau akan diangkat menjadi guru besar UNJ. Salut juga dengan kesuksesan teman sekamar Omjay ini.
Kreasi Berbuka Puasa Anak Kost Mahasiswa IKIP Jakarta/UNJ nyaris tidak ada, dan relatif biasa-biasa saja. Tak ada hal yang luar biasa. Kami biasanya buka puasa dari masjid ke masjid atau ikut buka puasa bersama di kampus IKIP Jakarta/UNJ.
Beda lagi sama Acep Sopian. Biasanya Acep suka menyimpan makanan kecil baut sahur dan berbuka. Acep suka bikin teri kacang dan kripik tempe di kamarnya. Jadi kalau telat bangun gampang aja. Tinggal makan teri kacang sama kripik tempe. Acep makannya sedikit dan tidak pernah banyak. Sekarang Acep sudah menjadi orang sukses. Jabatannya kepala rumah tangga Labschool Jakarta.
Sekarang semuanya sudah berkeluarga dan punya anak. Dida teman sekamar Acep sudah menjadi pejabat di kementrian kelautan. Kabarnya juga sudah menjadi doktor dari IPB.Â
Agus Suryadi juga sudah menjadi pejabat di kementrian kelautan. Sulis menjadi direktur di kontraktor terkenal Agung Sedayu, dan Jaman Marpaung sekarang menjadi guru di SMK negeri yang ada di Bogor.
Begitulah hidup perjalanan anak kost dan anak kontrakan dari IKIP Jakarta yang sekarang bernama UNJ. Semoga dapat memberikan semangat kawan-kawan mahasiswa untuk terus belajar sepanjang hayat. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang berilmu. Jadi teruslah belajar walaupun jauh dari kampung halaman.
Penutup
Demikianlah kisah Omjay kali ini tentang kreasi anak kost dalam berbuka puasa. Semoga bermanfaat dan memotivasi pembaca Kompasiana. Anak kost itu pada dasarnya anak yang kreatif. Sebab harus bertahan hidup di ibu kota Jakarta yang katanya lebih kejam dari ibu tiri, hehehe
Salam blogger persahabatan
Omjay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H