Semoga program pendidikan guru penggerak dihentikan oleh pemerintah, dan pemerintah fokus kepada kesejahteraan guru dan meningkatkan kompetensi semua guru di Indonesia. Jadi bukan hanya guru pilihan saja seperti guru penggerak Kemdikbudristek.
Semua guru harus mendapatkan pelatihan dan pendidikan seperti halnya seorang tentara yang akan naik pangkat. Jadi bukan hanya guru terpilih saja yang ikut seleksi calon guru penggerak. Di sampaing itu, guru yang berusia di atas 50 tahun, seolah-olah sudah dimatikan karirnya menjadi kepala sekoalh di sekolah negeri. Padahal, kinerja mereka sangat bagus dan layak menjadi kepala sekolah.
Namun, karena guru yang terpilih menjadi kepala sekolah adalah lulusan Pendidikan guru penggerak, maka karir guru yang berprestasi dan berdedikasi tersebut tidak bisa menjadi kepala sekolah. Guru tersebut tidak bisa menjadi kepala sekolah hanya karena tidak mengikuti program pendidikan guru penggerak.
Selain itu, Omjay melihat banyak lulusan guru penggerak menjadi sombong dan jumawa. Walaupun tidak semuanya seperti itu. Guru penggerak tidak lagi menjadi sesuatu yang menarik bagi sekolah swasta yang semua gurunya terus bergerak agar sekolahnya berakreditasi A. Itulah yang Omjay lihat sebagai guru di sekolah swasta.
Seorang guru harus kritis dan memiliki empati yang tinggi kepada sesama guru. Semoga program guru penggerak dihapuskan dan diganti dengan program yang berpihak kepada semua guru. Uang rakyat yang dikeluarkan harus tepat sasaran. Bagaimana menurut anda? Silahkan dituliskan di kolom komentar.
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.comÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H