"Guru penggerak kok malas bergerak?". Itulah sindiran halus bapak haji Sarmilih ketua masjid Baitul Ilmi dan kepala sekolah atlit di SMP Labschool Jakarta. Beliau hari ini bersama Omjay di labkom SMP Labschool Jakarta. Beliau sedang melaksanakan program remedial dan susulan untuk siswa atlit nasional. Ada 23 orang siswa yang menjadi atlit nasional slompn di sekolah kami.
Menjadi guru penggerak memang harus banyak bergerak. Namun Omjay lebih banyak bergerak jarinya dengan menulis artikel di kompasiana dan rajin menulis komentar di tulisan kawan-kawan kompasiana. Isi tulisannya bagus-bagus sehingga membuat Omjay tidak bergeming dari komputer yang ada di labkom SMP Labschool Jakarta.
Menjadi guru penggerak memang harus menjadi contoh guru lainnya. Pak Haji Sarmilih sebenarnya mau melamar juga menjadi guru penggerak kemdikbudristek. Tapi tidak bisa mendaftarkan diri karena usianya sudah lebih dari 50 tahun. Padahal beliau sudah pernah menjadi wakil kepala sekolah bidang akademik.
Kasihan juga kawan-kawan guru yang masih enerjik tapi tidak bisa mengikuti program pendidikan guru penggerak kemdikbudristek selama 6 bulan. Mereka sudah berumur di atas 50 tahun dan sebenarnya sangat cocok menjadi guru penggerak.
Namun apa mau dikata. Kemdikbudristek sudah memberikan ketentuan bahwa yang bisa ikut pendidikan guru penggerak hanya guru yang berusia di bawah 50 tahun. Jadi diharapkan setelah mengikuti program pendidikan guru penggerak, dapat ikut seleksi menjadi calon kepala sekolah dan pengawas.
Lantas bagaimana dengan guru yang sudah di atas 50 tahun? Apakah mereka tidak bisa lagi menjadi kepala sekolah dan pengawas? Kalau melihat ketentuan sekarang, guru yang sudah lebih dari 50 tahun tidak bisa mengikuti pendidikan guru penggerak, dan otomatis tidak bisa juga mengikuti seleksi calon kepala sekolah dan pengawas sekolah di sekolah negeri.
Beda dengan di sekolah swasta. Kami di sekolah swasta, buat guru yang bukan lulusan guru penggerak diperbolehkan untuk ikut seleksi calon kepala sekolah dan mengikuti fit and proper test.
Omjay sendiri sudah ikut seleksi calon kepala sekolah di Labschool. Omjay santai saja menerima keputusan panitia seleksi. Bila dipercaya menjadi kepala sekolah Omjay laksanakan tugas tersebut dengan baik.Â
Sebagai guru penggerak yang sudah lulus program pendidikan guru penggerak, Omjay harus siap ditempatkan dimana saja. Omjay banyak belajar dari pak Asdi, Pak Treza, dan Pak Pandu, pimpinan SMP Labschool Jakarta.
Jadilah guru penggerak yang terus bergerak, tergerak dan menggerakkan orang lain. Bisa melalui tulisan atau lisan. Sampaikan ide-ide positif anda dalam dunia pendidikan. Karya tulis atau non tulis para guru penggerak sangat dibutuhkan untuk memotivasi dan menginspirasi guru penggerak lainnya.
Guru penggerak tak boleh malas bergerak. Jangan diam dan teruslah bergerak seperti mata air yang turun dari atas gunung hingga mengalir ke bawah. Teruslah menjadi cahaya bagi semua muridnya dan menjadi patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa.
Guru penggerak sudah semestinya mampu menggerakkan guru lainnya. Habis sholat Jumat pukul 13.00 WIB, Omjay diminta untuk berbagi ilmu menulis kepada kawan-kawan guru sekolah dasar di SDN Cipayung 04 pagi Jakarta Timur.Â
Alhamdulillah Omjay sudah siapkan materinya, dan semoga dapat Omjay sampaikan dengan baik kepada semua guru yang ada di sana. Tak lupa akan omjay ajak juga untuk menulis dan bergabung di kompasiana.
Demikianlah kisah Omjay tentang guru penggerak. Semoga kawan-kawan guru penggerak terus bergerak dan menerima setiap kritikan dengan senyuman. Hari ini kita harus melakukan tindakan nyata dan bukan sekedar kata-kata.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Guru Blogger Indonesia