Mengapa masih ada guru yang membenci PGRI? Katanya pengurus PGRI masih sibuk dengan urusannya sendiri. Tidak begitu memperhatikan nasib guru, dan segudang kekecewaan lainnya. Kebanyakan pengurusnya pensiunan guru atau pejabat dinas pendidikan kota dan kabupaten. Kegiatannya lebih banyak untuk kegiatan HUT PGRI, dan kurang menggema di hati guru Indonesia.
Omjay terdiam sejenak. Berharap itu bukan guru anggota PGRI. Namun, Omjay menjadi semakin berduka, karena beliau adalah guru anggota PGRI yang mengajar di sekolah negeri dan rutin membayar iuran PGRI. Merekalah anggota asli PGRI.
Begitulah informasi yang Omjay dengar dari seorang kawan guru yang ikut dalam uji publik rancangan permendikbudristek tentang pembentukan organisasi profesi guru di hotel Gammara kota Makassar. Nampaknya beliau belum tahu bahwa kegiatan PGRI itu banyak sekali. Bahkan Ketua umum PB PGRI, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, sudah dijadwalkan berkunjung ke Sidoarjo.
Mendengarkan celotehan guru tersebut, Omjay menjadi tersenyum sendiri mendengarnya. Omjay justru sedang mentertawakan diri sendiri, sebab dahulu Omjay seperti itu. Kalau ada guru swasta yang membenci PGRI beberapa waktu lalu adalah Omjay. Sebab saat itu Omjay belum tahu bagaimana sepak terjang PGRI dalam membela dan memperjuangkan nasib guru. Omjay hanya tahu kalau PGRI itu organisasi untuk guru sekolah negeri.
Dahulu Omjay sering meledek kalau PGRI itu adalah Pensiunan Guru Republik Indonesia. Sebab pengurusnya kebanyakan pensiunan guru. Jarang ada pengurus PGRI yang masih aktif menjadi guru saat itu. Belum terlihat guru-guru muda yang aktif menjadi pengurus di PGRI. Kebanyakan pejabat atau mantan pejabat yang menjadi pengurus besar PGRI.
Sampai suatu ketika Omjay berdebat dan berdiskusi dengan ayah Didi. Waktu itu beliau pengurus PB PGRI. Katanya kalau pengurus PGRI ingin diisi oleh guru muda, maka aktiflah di PGRI. Bikin kegiatan perubahan yang membuat PGRI menjadi dicintai guru.
Jangan mencari hidup di PGRI. Justru kita harus menghidupkan organisasi PGRI. Bila ada pengurus PGRI yang tidak aktif dan melayani anggotanya dengan baik, sebaiknya anda berani mengusulkan agar pengurus tersebut diganti atau diberhentikan sesuai dengan amanat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga PGRI.
Dahulu kala Omjay sangat membenci PGRI. Kini kebencian itu berubah menjadi kecintaan. Omjay tidak lagi membenci PGRI, tapi justru mencintai PGRI dengan sepenuh hati. Omjay kemudian menjadi anggota PGRI, dan memiliki kartu anggota PGRI. Omjay mulai menghafal lirik lagu Mars dan Hymne PGRI.
Tak kenal maka tak sayang, tak cinta maka tak kawin, hehehe. Semenjak bergabung di PGRI, Omjay mulai mewarnai PGRI dengan berbagai kegiatan bersama guru-guru dari sekolah lainnya. Kita belajar secara online walaupun jarak berjauhan.
Kita bergabung di kelas bicara, serta kelas belajar menulis nusantara (KBMN) PGRI, dan kita bergabung di asosiasi profesi dan keahlian sejenis (APKS) Persatuan Guru Republik Indonesia.
Mengapa Masih Ada Guru Yang Membenci PGRI? Mungkin mereka belum aktif dan mengaktifkan diri di PGRI. Sebagai anggota PGRI kita memiliki kewajiban untuk membesarkan PGRI dengan berbagai kegiatan.
Jadilah kader PGRI yang militan dan bukan keder PGRI yang tidak tahu apa tujuan kita berorganisasi. PGRI itu organisasi KADER. Organisasi itu adalah kumpulan orang-orang yang saling bekerjasama dan melengkapi. PGRI harus terus hidup dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota, hingga provinsi. Diperlukan kepengurusan yang solid dan saling melengkapi sehingga PGRI selalu di hati. Tentunya di hati para guru Indonesia.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H