Mas Donny BU ketua Umum Siberkreasi sekarang berada di Kyoto Jepang. Beliau membagikan informasi tentang kegiatan tata kelola internet dari IGF Kyoto Jepang d WA Group Siberkreasi.
Pada 8/10/2023 di Internet Governance Forum (IGF) Kyoto, baru saja berlangsung pertemuan bilateral antara Indonesia yang dipimpin oleh Wamen Kominfo, Nezar Patria dengan Daniel Braun, Head of Cabinet, Europa Union (EU). Sejumlah isu bersama terkait dinamika dan tantangan tata Kelola Internet, didiskusikan dengan hangat, semisal terkait Artifisial Intelejen (AI) dan maraknya deep fake, fake account dan misinformasi. Polarisasi dan manipulasi konten negatif lantaran AI, terkait dengan demokrasi dan pemilu, turut dirasakan oleh EU, juga Indonesia.
Selain itu gagasan untuk bekerjasama antara EU dan Indonesia turut dipertukarkan, semisal terkait dengan bagaimana menyikapi dominasi online platform, penguatan perlindungan data pribadi, pengembangan teknologi 5G/6G dan juga isu keamanan digital. Indonesia, sebagaimana ditegaskan kembali oleh Wamen Kominfo, adalah negara kepulauan dengan pengguna Internet mencapai lebih dari 215 juta dan menjunjung tinggi prinsip keberagaman dalam koridor Bhinneka Tunggal Ika.
Kadang kita sedih melihat banyak orang membahas manipulasi deep fake dan konten negatif AI. Kenapa kita justru tidak mengedepankan dampak positif dan kebaikan AI untuk umat manusia? Pendekatan negatif justru mencemaskan, karena akan timbul anggapan bahwa AI itu negatif, buruk bagi manusia. Apakah kita tidak tertarik untuk mengubah POV dan kampanye positifnya AI yang justru bisa dipakai menangkal misinformasi dan Disinformasi?
Inovasi teknologi selalu punya dua sisi. Positif dan negatif. Kitalah yang memilih untuk mengedepankan sisi yang mana. Kalau yang dilihat hanya sisi negatifnya, maka kita khawatir ada pihak yang mengutamakan untuk memblokir AI saja. Padahal enggak begitu aturan mainnya. Bukan AI yang kita khawatirkan, tapi justru manusia di belakang AI itulah yang rasanya mesti diwaspadai motif dan intensinya. Itulah mengapa kita harus bijaksana dalam menerima informasi dan teknologi terbaru.
Betul sekali...lebih banyak yang takut, itu mungkin karena kurang paham....
Mungkin, kalau lebih banyak ulasan atau informasi kemudahan menggunakan AI, kita akan lain cara berpikirnya. Persepsi AI yang menakutkan bisa ditekan. Manusialah yang membuat Generative AI controlable atau uncontrolable. termasuk peningkatan kasus kesepian dan bunuh diri. Demikian Maria Ressa, jurnalis kawakan dari Filipina menyampaikan infonya di IGF.
Kasus kesepian dan bunuh diri itu bisa diintervensi oleh manusia. Kalau lingkungan keluarga, misalnya, tidak mendukung, maka anak akan lari ke AI. Lalu yang disalahkan AI. Hal ini yang sedang didiskusikan di IGF, sesi high. Bgitulah Mas Donny BU menyampaikan di WA Group Siberkreasi.
Mas Ndoro Kakung menyampaikan info di WA Group Siberkreasi, "Pasang ChatGPT dan plugin biar nanti dapat ringkasannya saja dalam bahasa Indonesia. Itu wakil dari Uni Eropa? Sepertinya POV dia konservatif sekali".
Sebenarnya, AI as teknologi supposed to be neutral. bener, AI adalah bagaimana dia di develop dan digunakan. Tapi how to develop, manage dan use wisely, belum ada aturannya hingga saat ini. Sementara itu, AI makin gila-gilaan perkembangannya, for good and bad. Bahkan diindikasikan AI sudah bisa generate sendiri bahasa program (robot) yang hanya dapat diketahui oleh sesama AI lainnya.
Kita mungkin lebih kerap melihat AI sebatas pada apps "lucu2an" di gadget kita. Tapi sesungguhnya, risiko generative AI seperti gunung es. Itulah yang harus kita waspadai.
Wow saking "ngeri"-nya AI, sampai-sampai Bill Gates, Elon Musk dan Mark Zuckerberg membuat pertemuan khusus belum lama berselang. Mereka padahal jawara2 teknologi dunia. Beritanya dapat dibaca di bawah ini.
https://edition.cnn.com/2023/09/13/tech/schumer-tech-companies-ai-regulations/index.html
Nah, kalau AI yang semisal untuk luculucuan kayak faceswap, bikin avatar, chatgpt, mungkin risiko damage-nya tidak seberapa (walau bisa u/ generate deep fake jg).
Tetapi ini ada isu mendasar tentang AI sebagai sebuah teknologi yang luar biasa bak "tsunami" teknologi, tanpa kita punya persiapan sekoci pengaman. Infonya bisa dibaca di bawah ini.
https://www.thestreet.com/technology/ai-meeting-capitol
Kemarin kami diskusi banyak tentang ini bareng temen2 prosa.ai. Terminator mindset (merujuk ke film Terminator) memang tidak bisa dihindarkan. Kita dibesarkan dengan narasi & fiksi tentang teknologi yang menguasai manusia. Padahal sejatinya teknologi itu hanya alat bantu saja. Ini topik yang menarik & perlu untuk terus dielaborasi sama-sama.
Betul, kayak jaman internet sehat dulu dikenalkan tahun 2002. Dunia ternyata sedang tidak baik-baik saja. Setidaknya demikian yang dirasakan oleh para pihak yang bergelut di isu Artificial Intelligence (AI). Untuk itulah di Internet Governance Forum (IGF) 2023 di Kyoto, sejumlah tokoh dunia hadir, berdiskusi untuk secara bersama menghadirkan tata Kelola pengembangan dan penggunaan AI yang bertanggung-jawab, bermanfaat dan bermakna.
Mari kita ikuti diskusi yang disampaikan antara lain oleh Bapak Internet Dunia Vint Cerf, Wakil Menteri Komunikasi Indonesia Nezar Patria, penerima Nobel Perdamaian Maria Ressa dan sejumlah pimpinan tinggi multi stakeholder dunia.
Simak secara online di https://live.siberkreasi.id pada Senin (9/10/2023), 09.00 – 11.00 WIB live dari ajang IGF 2023 – Kyoto. Pastikan kita terlibat dan menjadi saksi peletakan tonggak sejarah teknologi digital bagi generasi mendatang.
Perkembangan pesat teknologi Artificial Intelligence (AI) ternyata membuat sejumlah pihak resah. Kekuatan AI tentu di satu sisi dapat memberikan dampak positif dalam hal pengembangan pengetahuan. Namun, ketika tidak dikelola dengan baik, AI dapat mengancam manusia dan kemanusiaannya. Untuk itulah maka sejumlah pimpinan tinggi dunia berkumpul di Kyoto, dalam kegiatan Internet Governance Forum (IGF) 2023.
“Dalam konteks AI, harus ada keberimbangan antara melakukan promosi dan menegakkan regulasi!’, demikian ditegaskan oleh Kishida Fumi, Perdana Menteri Jepang, Senin (9/10/2023), pada diskusi panel khusus AI. Hanya dengan demikian, menurutnya, AI akan dapat memberikan manfaat yang luas, juga mengurangi risiko negatifnya. Disampaikan pula olehnya bahwa negara-negara G7 memiliki target akhir tahun ini akan telah memiliki acuan tata kelola AI yang diharapkan.
Adapun Indonesia, menghadapi dinamika AI terkini, tidak tinggal diam. Indonesia telah memiliki sejumlah rujukan yang bersifat nasional, semisal Strategi Nasional AI, Klasifikasi Standar Pengembangan Lini Bisnis Pemrograman Berbasis AI dan juga UU Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) yang telah mengakomodir pemrosesan data yang kompleks.
Demikian Wakil Menteri Kominfo Indonesia, Nezar Patria, menyampaikan di panel yang sama. “Dalam menyikapi perkembangan AI, tentu saja juga perlu ada kebijakan yang mendukung pada sejumlah hal terkait, semisal perihal moderasi konten, keberimbangan dan non-diskriminasi pasar (teknologi digital – Red.) dan juga upaya (penguatan) literasi digital,” tambahnya.
Di sisi lain, Vinton G Cerf, yang lebih dikenal sebagai Bapak Internet Dunia, menyampaikan kepeduliannya tentang AI berdasarkan pengalamannya sebagai dedengkot programmer. “Semakin kita tergantung kepada teknologi, maka akan semakin datang pula risiko-risikonya kepada kita,” tegasnya. AI, menurutnya, tidak hanya soal bagaimana system tersebut akan dikelola, “tapi kita juga harus memastikan darimana sumber materi yang digunakan AI sebagai sebuah machine learning. Kita baru dapat mempertimbangkan kualitas (AI – red.) apabila kita tahun sumber materi yang diolahnya,” ujarnya.
Cerf pun mengingatkan, “teknologi AI juga dapat menghasilkan hal yang tak benar. Jika teknologi memiliki probabilitas untuk benar, maka dia juga memiliki probablitas untuk menjadi salah,” tandasnya.
Demikianlah kisah Omjay kali ini. Semoga bermanfaat buat pembaca kompasiana. Terima kasih.
Salam Blogger Persahabatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H