Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kekerasan oleh Siswa Mengapa Terjadi?

30 September 2023   05:40 Diperbarui: 30 September 2023   05:48 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kekerasan oleh siswa mengapa terjadi?

Malam ini Omjay mendengarkan diskusi dari narasumber radio elshinta. Kebetulan yang menjadi narasumber diskusi tersebut adalah mas Doni Kusuma. Omjay kebetulan sangat kenal dengan beliau. Salah seorang tokoh pendidikan karakter yang sangat kritis dan berbasis data.

Beliau berkomentar bahwa masalah perundungan dan bulying di sekolah harus segera ditangani oleh Kemdikbudristek. Semua guru juga harus terlibat dan dilibatkan. Termasuk juga orangtua murid.

Guru jangan terlalu asyik dengan administrasi dan aplikasi PMM sehingga kebersamaan guru bersama muridnya menjadi kurang. Demikianlah sedikit informasi yang Omjay dengar melalui radio elshinta Jakarta.

Perlu juga Omjay akui sebagai guru. Apa yang disampaikan mas Doni Kusuma ada benarnya. Omjay sendiri berusaha berbagi ilmu dan pengalaman lewat aplikasi PMM.

Bapak ibu semoga apa yang Omjay tuliskan dalam praktik baik ini bermanfaat buat Anda.

https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/pdf/179803

Mohon saran dan komentarnya. Terima kasih.

Dengan aktif di aplikasi PMM guru menjadi lebih bisa berbagi ilmu dan pengalamannya. Namun, jangan juga terlalu asyik sehingga interaksi dengan murid atau siswa menjadi terabaikan.

Bapak/Ibu Guru yang baik hatinya, coba cek karya rekan sejawat ini. Semoga ada manfaatnya buat Anda.

Beliau membutuhkan bantuan kita untuk memberi masukan tentang karya ini. Mari bantu berikan umpan balik di tautan berikut.

https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/pdf/179803?from=share

Kekerasan yang terjadi antara siswa dengan siswa di daerah Cilacap sungguh membuat kita miris dan bersedih hati. Omjay sendiri sudah menonton video tersebut. Kagak menyangka kalau ada anak yang seperti itu dan berbuat jahat kepada temannya sendiri.

Apa yang harus dilakukan sebagai seorang guru melihat kejadian itu? Guru harus mengumpulkan mereka dan mulai diberikan pengertian dan pemahaman untuk menjauhi kekerasan dan memiliki rasa kasih sayang kepada sesama. Jauhi kekerasan dengan banyak berdiskusi dan berdialog secara kekeluargaan. Komunikasi antara guru, siswa, dan orangtua siswa juga harus terjaga.

Guru juga harus mulai memantau kegiatan siswa di luar kelas sehingga semua anak terpantau dengan baik. Namun, rasanya tidak mungkin kalau guru sudah asyik dengan ponselnya. Begitu juga dengan muridnya. Mereka juga sangat asyik dengan ponsel atau hp masing-masing.

Di sekolah kami, saat ujian Sumatif Tengah Semester atau STS di semester satu, semua HP siswa dikumpulkan di meja guru pengawas selama ujian berlangsung. Sehingga siswa benar-benar fokus untuk menjawab soal dan tidak menyontek melalui ponselnya. Juga tidak main games lewat ponsel pintarnya.

Semua siswa kita khususnya di kota Jakarta, setiap siswa punya ponsel atau HP. Mereka sangat asyik dengan HP mereka masing-masing. Termasuk juga guru dan orangtua siswa. Jadi kita semua harus mulai mengurangi penggunaan HP dan mulai saling berkomunikasi tanpa ada gangguan dari ponsel kita masing-masing.

Kekerasan terjadi karena siswa sering melihatnya lewat games dan internet. Sehingga mereka lupa bahwa kita adalah manusia yang seharusnya berkasih sayang. Tidak boleh ada kekerasan di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Namun, karena siswa sudah sering melihatnya lewat HP, maka mereka praktikan di dunia nyata.

Siapa yang bertanggung jawab agar kekerasan tidak terjadi di sekolah kita? Kita semua harus saling bertanggung jawab. Saling melengkapi antara guru dan orangtua serta masyarakat sekitar sekolah sehingga tidak terjadi kekerasan di lingkungan sekolah yang perlu segera dicarikan solusinya. Tanpa kolaborasi dengan orangtua, guru akan mengalami kesulitan dalam mengatasinya.

Dimana kita memulainya agar tindak kekerasan tidak terjadi? Kita harus memulainya dari rumah. Pengalaman mengatasi anak yang bermasalah, rata-rata masalahnya dimulai dari rumah. Jadi orangtua juga harus ikut menjaga Putri dan putranya masing-masing.

Kekerasan hanya bisa ditaklukan dengan kelembutan. Ambil hati anak-anak kita sehingga antara guru dan murid saling menyayangi. Antara siswa dengan siswa dan antara orangtua dengan anaknya. Sifat kasih sayang kepada sesama harus kembali muncul dalam diri kita semua.

Demikianlah sedikit kisah Omjay kali ini. Semoga bermanfaat buat pembaca Kompasiana. Semoga tidak terjadi lagi tindak kekerasan di sekolah kita.

Salam blogger persahabatan

Omjay

Guru blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

sumber gambar dokpri 
sumber gambar dokpri 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun