Siang hari ini istri mengajak makan siang di rumah makan masakan Padang. Kami meluncur dari rumah Intan dengan mobil Omjay. Letak rumah makannya tak jauh dari stasiun Cisauk Tangerang. Kami makan siang bersama keluarga di rumah makan karya Minang masakan Padang. Kata istri masakannya enak dan banyak pengunjungnya.
Omjay memesan ikan lele goreng dan perkedel. Juga kerupuk putih yang garing. Segelas teh tawar panas menemani Omjay sekeluarga makan siang. Alhamdulillah kami bisa makan siang bersama. Sudah lama juga kami sekeluarga tidak makan siang bareng. Aktivitas masing-masing membuat kami jarang kumpul bersama.
Ternyata bahagia itu sederhana. Bisa makan siang bareng bersama keluarga tercinta sudah merupakan kebahagiaan yang tak terhingga. Rasa lele gorengnya enak sekali. Intan dan Berlian sempat menggigit daging lelenya yang gurih. Perkedelnya juga enak dengan sambal ijo yang tidak begitu pedas. Intan makan dengan lauk kikil sapi dan Berlian makan dengan ayam pop. Sementara istri makan ayam gulai bersama mantunya Fazar.
Pulang dari makan siang anak dan istri melanjutkan nonton film Korea Selatan. Judulnya Vincenzo sudah masuk episode 16. Omjay langsung ke kamar mandi untuk berwudhu. Tadi belum sempat sholat dhuhur. Setelah itu ikut kembali nonton bareng bersama keluarga tercinta.
Seorang mafia saja menangis ketika ibunda tercinta mati dibunuh oleh orang jahat. Apalagi kita yang bukan seorang mafia. Dalam dunia mereka hanya dua pilihan. Mati terbunuh atau membunuh. Sadis sekali kelihatannya. Semoga itu hanya di film saja.Â
Habis menonton film Omjay mengantuk sekali. Omjay tertidur sampai waktu sholat ashar tiba. Sudah lama juga Omjay tidak tidur bareng anak-anak. Setelah besar anak-anak hidup dengan kehidupan masing-masing. Intan bekerja di BSD Tangerang dan Berlian kuliah di Bandung.
Seorang teman mengajar mempunyai anak banyak. Ternyata sekarang tinggal berdua saja dengan istrinya. Setelah menikah anak-anak memilih tinggal di rumahnya masing-masing. Kalau liburan sekolah saja mereka bisa kumpul bersama lagi.
Begitulah perjalanan hidup manusia. Dahulu menikah berdua dan tinggal bersama. Lalu punya anak dan mereka akhirnya juga berkeluarga. Puluhan tahun berumah tangga tentu kebahagiaan bersama keluarga tercinta yang kita inginkan.
Rasanya sedih sekali bila kita berumah tangga justru tidak bahagia. Anda Yang tak mampu mempertahankan rumah tangganya dan akhirnya Mereka bercerai. Anak menjadi korban perceraian ayah dan ibunya.
Keluarga sakinah dan mawadah tentu menjadi impian semua orang. Di dalamnya ada rasa kasih dan sayang. Mereka saling menyayangi sampai ajal menutup mata.
Omjay banyak belajar dari tulisan opa Tjipta dan Oma Roselina di Kompasiana. Mereka bahagia di hari tua. Bersama anak, cucu, dan cicitnya. Tinggal di Australia bersama anak dan cucunya. Selalu ada kisah yang membuat pembaca tercerahkan. Terima kasih Oma dan opa. You are the best family!
Sabtu siang hari ini Omjay makan siang bersama keluarga tercinta. Bukan makan siang biasa. Makan siang yang tercipta dan tak terencana. Istri tercinta yang mengajaknya. Sebab sudah lama kami tak makan siang bersama.Â
Keluarga adalah harta yang paling berharga. Tak ternilai harganya. Tak bisa dibayar dengan uang apapun. Bahagiakan keluarga Anda dan sayangi mereka dengan jiwa dan raga. Jagalah keluargamu dari siksa api neraka.
Demikianlah sedikit kisah Omjay kali ini. Semoga bermanfaat buat pembaca Kompasiana. Bahagia itu sederhana. Seringlah makan bersama keluarga tercinta. Bisa makan bersama di rumah. Bisa juga makan bersama di rumah makan Padang seperti keluarga Omjay hari ini.
Salam blogger persahabatan
Omjay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H